Indeks penampilan relatif Relative Performance Index RPI Faktor biotik dan abiotik

b. Faktor abiotik yang diamati adalah: 1. Tanah komposit tanah Pengamatan sifat tanah dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengambilan data. Contoh tanah komposit diambil pada setiap satuan lahan homogen sebanyak 1 sampel, dengan jumlah keseluruhan sampel tanah sebanyak 3 buah. Analisis kimia tanah dilakukan dengan mmengambil contoh tanah menggunakan sekop pada lapisan topsoil dengan kedalaman 10 cm Hardjowigeno 2010. Contoh tanah untuk keperluan analisis fisika tanah diambil dengan menggunakan ring sampel tanah. Tempat pengambilan sampel tanah dilakukan pada titik-titik yang tersebar BPT 2008 Gambar 1. Gambar 1 Titik-titik pengambilan sampel tanah o 2. Iklim Temperatur dan kelembaban udara relatif di sekitar spesies yang diamati diukur dengan menggunakan lutrom LM 8000 digital 4 in 1 . Pengukuran dilakukan berdasar pada kesamaan kondisi lingkungan yang ditemui pada area pengamatan. Data iklim lokal suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, curah hujan, penguapan diperoleh dari Stasiun Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Citeko Bogor. 2. Kemiringan lereng lahan Kemiringan lahan diukur dengan menggunakan clinometer. Kemiringan lahan dikelompokan berdasarkan tingkat kemiringannya, yaitu 0-20°A, 21-40°B, 41-60°C, 60°D Zuidam RA Zuidam VC 1979. 3. Naungan Pengaruh naungan terhadap daya sintas dan laju pertumbuhan tanaman diketahui dengan penghitungan persentase naungan, berdasarkan kriteria naungan di kelompokkan berdasarkan intensitas naungan Synnott 1979 dalam Moravie et al. 1999: D : 4 = Naungan penuh dari atas. C : 3 = Naungan sebagian dari atas. B : 2 = Naungan sebagian dari samping. A : 1 = Tanpa naungan terbuka.

3.3.3. Analisis komponen utama

Dalam proses pertumbuhannya, spesies A. excelsa, S. wallichii dan D. imbricatus memiliki interaksi antara ke tiga tanaman tersebut dengan komponen abiotik. Komponen abiotik yang dimaksud adalah faktor iklim dan tanah. Interaksi antara ke tiga spesies dengan komponen-komponen abiotisnya, dapat diketahui dengan menggunakan analisis komponen utama Principal Components AnalysisPCA Supranto 2004. Secara teknis analisis komponen utama merupakan suatu teknik untuk mereduksi datavariabel menjadi lebih sedikit, tetapi tetap dapat menyerap sebagian besar jumlah varian keragaman dari data awal. Salah satu output dari hasil analisis ini adalah diagram loading plot. Diagram ini digunakan untuk menjelaskan interaksi antar variabel melalui korelasi antar variabel. Interpretasi sifat korelasi positif dan negatif tergantung pada sudut yang dibentuk oleh garis loading plot dua variabel. Apabila sudut yang terbentuk oleh garis loading plot berbentuk lancip, maka korelasi bersifat positif. Jika sudut yang terbentuk tumpul, maka korelasinya bersifat negatif Setiadi 1998. Korelasi yang bersifat positif mengandung pengertian bahwa apabila terjadi peningkatan nilai value variabel, maka akan diikuti dengan peningkatan nilai value variabel pasangannya. Sebaliknya, apabila korelasinya bersifat negatif, maka penambahan nilai suatu variabel akan menyebabkan penurunan nilai variabel yang lain. Eigenvalues akar ciri sebagai skor PC skor komponen dan eigenvector vektor ciri dapat ditentukan besarnya kontribusi suatu faktor Dewi 2005 Marzuki 2007, kontribusi faktor iklim, tanah dan kemiringan lahan terhadap pertumbuhan tanaman dapat ditentukan. Melalui pendekatan ini dapat diketahui kontribusi masing-masing variabel pada setiap faktor terhadap kecepatan pertumbuhan dan daya sintas tanaman dan dapat pula ditentukan total kontribusi setiap faktor.

3.3.4. Analisis laju pertumbuhan tanaman.

Analisis laju pertumbuhan meliputi pertumbuhan tinggi, diameter dan luas tajuk tanaman dilakukan dengan menggunakan model linear umum SPSS Statistical Package for the Social Sciences versi 16.0 untuk software Windows. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis ragam dan uji DMRT Duncan Multiple Range Test. Hubungan antar parameter pertumbuhan dikaji dengan uji regresi korelasi, apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan pula uji DMRT.

3.3.5. Iklim mikro dan iklim lokal.

Pengukuran suhu iklim mikro dilakukan sebanyak tiga kali: pukul 06.00 - 07.00, 12.00 -13.00, dan pukul 17.00 – 18.00 Aswandi 2006. Data ini kemudian diambil rataanya untuk mendapatkan data harian. Temperatur dan kelembaban udara relatif ditetapkan dengan menggunakan rumus berikut: T = � 7.30 �2 + � 13.30 +�17.00 4 RH = 7.30 �2 + 13.30 + 17.00 4 Keterangan: T = Temperatur udara °C; RH = relative humidity atau kelembaban udara relatif . Intensitas cahaya yang terdapat pada area pengamatan diamati dengan menggunakan digital Lutrom LM- 8000 4 in 1 antara pukul 11.00 – 14.00. Data ini selanjutnya diambil rataannya untuk mendapatkan data intensitas cahaya harian.