Kriteria analisis Tanah Interaksi komponen abiotik

Keberadaan unsur hara esensial dalam jumlah yang cukup, mutlak diperlukan pada pertumbuhan tanaman. Nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah yang paling banyak. Pertumbuhan dan kualitas daun sebagai tempat terjadinya fotosintesis sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur N dalam jaringan tanaman. Defisiensi N menyebabkan rusaknya kloroplas dan mengganggu perkembangan kloroplas Kirkby dan Mengel 1987. Berdasarkan hasil analisis laboratorium tanah di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanah Bogor dan Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian IPB, menunjukkan hasil Tabel 12. Tabel 12 Kriteria penilaian hasil analisis tanah di tempat pengamatan Parameter Satuanunit Kode sample Rata-rata Kriteria A B C pH H2O 4.7 4.9 4.6 4.73 Masam C-Organik 1.46 1.27 1.77 1.50 Rendah N-Total 0.11 0.09 0.15 0.12 Rendah CN 13 14 12 13.00 Sedang P2O5HCL Ppm 28 19 32 26.33 Sedang K me100gr 0.16 0.15 0.2 0.17 Rendah Na me100gr 0.35 0.4 0.33 0.36 Sedang Ca me100gr 2.94 3.86 2.27 3.02 Rendah Mg me100gr 0.96 1.94 0.96 1.29 Sedang KTK me100gr 12 15.8 14.74 14.18 Rendah Pasir 21 10 20 17.00 Liat Debu 29 26 31 28.67 Liat 50 64 49 54.33 Tekstur Sumber : Balai Penelitian tanah 2009 Kalium K merupakan aktivator dari banyak enzim khususnya enzim-enzim yang terlibat dalam fotosintesis dan respirasi. Sebagai osmoregulator kalium merupakan faktor yang sangat penting dalam pergerakan tanaman seperti pembukaan dan penutupan stomata, gerak tidur atau perubahan orientasi daun harian Hopkins Hüner 2004. Oleh karenanya gejala yang paling menonjol dari defisiensi unsur hara adalah pertumbuhan yang terhambat, sehingga tanaman mengalami pertumbuhan yang tidak optimum Taiz Zieger 2002. Salah satu sifat tanah yang paling mudah diukur dan banyak mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah pH atau reaksi tanah, yang merupakan indikator keasaman atau kebasahan tanah. Secara kimia, pH adalah ekspresi dari aktifitas ion H + . Pada lahan tempat penelitian dilakukan, nilai pH dapat dikatakan rendah yaitu antara 4,6 – 4,8. Spesies tanaman hutan pada 0 hingga 12 bulan waktu pengamatan tinggi rendah pH tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Lahan pada tempat penelitian mengandung unsur hara pada lapisan humus merupakan akumulasi dari hasil dekomposisi serasah Pausas 2004. Kandungan pH yang rendah identik dengan sebutan tanah masam berimplikasi terhadap karakteristik kimia tanah seperti kandungan Fe, Mn, Zn, Cu dan Co yang tinggi Bruun et al. 2010; Gungor et al. 2010; Hardjowigeno 2010 serta ketersediaan K, Ca, Mg, dan P yang rendah Salm et al. 1998; Strom 2005, dalam Yano et al. 2005. Rendahnya nilai kation berdampak kepada rendahnya nilai kapasitas Tukar Kation KTK. Lokasi penelitian yang berada di wilayah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan wilayah yang curah hujan tertinggi di Pulau Jawa Sunarno dan Rugayah 1992 dan proses pencucian akan cenderung menurunkan pH tanah. Tanah pada tempat penelitian yang mengandung liat clay yang tinggi sebesar 54,33 , akan dapat tersuspensi oleh butir-butir hujan yang jatuh kemudian pori-pori permukaan tanah akan tersumbat oleh liat sehingga laju infiltrasi akan menurun. Dengan demikian air yang tidak masuk ke dalam tanah melalui infiltrasi dan air perkolasi akan menjadi aliran permukaan run off sehingga erosi menjadi lebih besar.. Spesies A. excelsa memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi hara tanah dan mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi hara tanah Beekman 1947; Sunarno Rugayah 1992, sehingga adakalanya dalam jumlah yang kecil dan tersebar, namun pada akhirnya menonjol dalam pertumbuhannya dan mendominasi keadaan gambaran hutan Beekman 1947. Spesies D. imbricatus menyukai tanah yang subur dengan humus tebal. Namun demikian dapat tumbuh pada tanah pasir dan tanah kurang subur Tantra 1981. Sama seperti pada A. excelsa, spesies S. wallichii yang menyukai tanah kering namun dapat hidup pada tanah yang kritis Sunarno Rugayah 1992. Sesuai yang dikatakan Jacobs 1981 bahwa tumbuhan di hutan hujan primer terkenal efisien dalam menggunakan hara sehingga mampu hidup pada tanah dengan kondisi hara rendah.

5.4.2.3. Komponen iklim

Berdasarkan data klimatologi yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi terdekat maka kisaran suhu udara di lokasi penelitian adalah 19,5°C – 32,5°C, dengan kelembaban udara 74 - 90. Curah hujan terendah selama dua tahun terakhir terjadi pada bulan Agustus 2009 yaitu 0,5 mm, dan tertinggi pada bulan Januari 2009 yaitu 19,5 mm. Rata-rata lama penyinaran matahari berkisar antara 8,8 - 57,9 dengan kecepatan angin 1-2 knot. Data sekunder iklim yang diperoleh dari stasiun klimatologi terdekat, fluktuasi iklim di tempat pengamatan selama 24 bulan dapat terlihat dalam kurva periodik . Kurva periodik terbagi menjadi dua yaitu pertama bulan Februari 2009 – Januari 2010 sebelum pengamatan dilakukan dan kedua pada bulan Pebruari 2010 – Februari 2011 saat pengamatan dilakukan. Pada kurva periodik Gambar 15A, terlihat adanya peningkatan penyinaran yang cukup ekstrim mencapai 57,9 pada bulan September 2009. Pada kelembaban, curah hujan dan suhu mengalami fase naik turun. Sedangkan kecepatan angin, penguapan dan tekanan udara cenderung stabil. Pada kurva periodik Gambar 15B, kondisi iklim cenderung lebih stabil kecuali pada penyinaran dan curah hujan yang mengalami fase naik turun. Pada saat pengamatan kedua dilakukan 6 bst curah hujan pada kondisi menurun dan intensitas cahaya pada fase rendah kembali normal. Demikian juga pada saat pengamatan ke 3 12 bst curah hujan normal dan intensitas cahaya menurun Gambar 15. A A Pada B Gambar 15 Kurva periodik iklim A. Februari 2009 – Februari 2010 B. Maret 2010 – Maret 2011 Saat penanaman Pemasangan tagging Pengamatan ke 2 Pengamatan ke 3 Daya sintas ke tiga spesies tanaman pengamatan dipengaruhi oleh komponen iklim. Salah satunya adalah suhu yang dapat berperan baik secara langsung maupun tidak langsung. Suhu berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses metabolisme pada tumbuhan. Sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainya terutama suplai air. Ketiga spesies pengamatan memiliki kisaran suhu optimum untuk pertumbuhanya, dan berbeda antara satu tumbuhan dengan tumbuhan lain. D. imbricatus tergolong dalam jenis tanaman temperate dingin, walaupun pada daerah atau areal yang disinari matahari penuh dapat mempercepat pertumbuhannya, demikian juga pada A. excelsa dan S. wallichii. Jika suhu melampaui batas maksimum atau minimum dari kisaran suhu optimum, maka -30 -20 -10 10 20 30 40 50 2 4 6 8 10 12 D e v iasi r ata -r ata Bulan Suhu Curah hujan Penguapan Penyinaran Tekanan Udara kelembaban Kecepatan angin -20 -15 -10 -5 5 10 15 2 4 6 8 10 12 D e v iasi r ata -r ata Bulan