Kesehatan tanaman Live Crown Ratio LCR

Pada pengamatan kedua 12 bst seluruh spesies mempunyai nilai kesehatan tanaman yang tidak berbeda nyata yaitu A. excelsa 70,32, S. wallichii 71,51 dan D. imbricatus 76,65. Pengamatan 12 bst menunjukkan tingkat kesehatan tanaman relatif bagus. Kondisi tingkat kesehatan tanaman akan tetap optimum apabila kondisi lingkungan misalnya kompetisi antara spesies dengan lingkungannya tumbuhan bawah relatif kecil. Semakin banyak jenis tumbuhan bawah, persaingan perebutan unsur hara tanah dan cahaya matahari semakin tinggi, sehingga tingkat kesehatan tanaman akan terganggu yang berdampak pada menurunnya laju pertumbuhan tanaman.

5.1.4. Kekokohan tanaman

Selain pengukuran pertumbuhan tinggi, diameter, luas tajuk dan kesehatan tanaman, penentuan kualitas tanaman juga dilakukan melalui penentuan kekokohan pohon. Karakter penunjang ini dipakai untuk menilai sifat morfologi kekokohan tanaman muda Jayusman 2005. Indikator ini sangat penting untuk menunjang kriteria spesies yang memiliki daya sintas dan laju pertumbuhan tanaman yang baik Tabel 2. Tabel 2 Rata-rata kekokohan tanaman pada ke 3 spesies tanaman Spesies Interval Pengamatan Bulan 6 12 A. excelsa S. wallichii D. imbricatus 18,33 ± 15,25 b 24,02 ± 8,65 a 10,88 ± 3,20 a 24,13 ± 12,21 b 12,22 ± 4,12 a 9,97 ± 2,35 a 10,62 ± 18,14 b 9,83 ± 21,10 a 9,30 ± 20,97 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT. Kekokohan tanaman muda menggambarkan keseimbangan pertumbuhan antara tinggi dan diameter tanaman di lapangan. Nilai kekokohan yang tinggi akan menunjukkan kemampuan hidup yang rendah karena tidak seimbang perbandingan antara tinggi dan diameternya. Nilai kekokohan tanaman muda berkisar antara 6,3 hingga 10,8 dikelompokkan baik SNI 01- 5005- 1- 1999, diacu dalam Jayusman 2005. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kualitas tanaman muda berdasarkan kriteria tersebut baik. Pada Tabel 2 nilai kekokohan tanaman muda pada awal penanaman hingga 12 bulan setelah tanam berkisar antara 9,30 hingga 24,13. Pada awal penanaman 0 bulan hingga akhir pengamatan 12 bulan setelah tanam masing-masing spesies memiliki kekokohan yang relatif konstan. Kekokohan pohon di awal tanam 0 bulan nampak tidak beda nyata antara D. imbricatus dan A. excelsa. Hal tersebut terjadi hingga pada akhir pengamatan yaitu D. imbricatus sebesar 9,30, A. excelsa 9,83 dan S. wallichii sebesar 10,62. Hasil analisis komponen utama Principal Component Analysis PCA daya sintas tanaman dengan faktor lingkungan menunjukkan bahwa dua komponen utama telah mampu menerangkan keragaman total data lingkungan sebesar 100. Dua komponen utama tersebut PC1 dan PC2 memberikan kontribusi keragaman atau penciri lingkungan terhadap daya sintas masing-masing sebesar 56,3 dan 43,7 Tabel 3. Tabel 3 Nilai ciri matriks korelasi persentase hidup terhadap faktor lingkungan Komponen Nilai ciri Presentase keragaman Akumulasi presentase Keragaman PC1 5,62 0,563 0,563 PC2 4,37 0,437 1,00 Pada PC1 terdapat dua variabel sebagai penciri utama faktor lingkungan yaitu tinggi dan suhu. Sementara PC2 secara dominan dicirikan oleh variabel kemiringan lahan dan luas tajuk tanaman. Hasil analisis PCA pada Gambar 5 menggunakan loading plot menjelaskan, terjadinya korelasi negatif antara variabel luas tajuk dengan kemiringan lahan dan intensitas cahaya. Hal ini ditunjukkan dengan sudut tumpul yang dibentuk oleh plot luas tajuk dengan kedua variabel. Variabel persentase hidup berada berdekatan dengan keberadaan titik merah A. excelsa dan ini mengandung pengertian bahwa spesies A. excelsa memiliki persentase hidup yang lebih tinggi dari pada spesies lainnya. Korelasi positif yang mempengaruhi persentase hidup masing-masing tanaman ditunjukkan dengan sudut lancip yang dibentuk oleh beberapa vektor pengamatan. Persentase hidup tertinggi dimiliki oleh spesies A. excelsa, terlihat