7.3 Pola Pengambilan Keputusan
Mengacu pendapat Sajogyo 1981, pola pengambilan keputusan dalam rumahtangga dapat digolongkan menjadi lima kategori: 1 keputusan dibuat
oleh istri seorang diri tanpa melibatkan suami; 2 keputusan dibuat bersama oleh suami dan istri tetapi pengaruh istri lebih besar; 3 keputusan dibuat bersama
dan senilai oleh suami dan istri dengan tidak ada tanda-tanda bahwa salah satu mempunyai pengaruh yang relatif lebih besar; 4 keputusan dibuat bersama oleh
suami dan istri tetapi pengaruh suami lebih besar; dan 5 keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan istri. Pada bagian sebelumnya lihat Tabel
32 dijelaskan tentang kontrol atau pola pengambilan keputusan terhadap sumberdaya pada usaha gerabah di Desa Anjun sedangkan pada bagian ini
menunjukkan bidang pengambilan keputusan lainnya, yaitu: pengeluaran kebutuhan pokok rumahtangga, pembentukan rumahtangga, dan kegiatan
kemasyarakatan. Tabel 34. Persentase Pengambilan Keputusan di Bidang Pengeluaran Kebutuhan
Pokok pada 32 Rumahtangga Pengrajin Gerabah di Desa Anjun, 2009
Keterangan: SS = Suami Sendiri; IS = Istri Sendiri; BS = Bersama Setara; SD = Suami Dominan; dan ID = Istri Dominan
Pada Tabel 34, diketahui bahwa pola pengambilan keputusan di bidang pengeluaran kebutuhan pokok rumahtangga umumnya dilakukan oleh istri sendiri
IS dan bersama setara BS. Dalam hal makanan penentuan menu, pengeluaran Bidang Pengambilan Keputusan
SS IS
BS SD
ID Makanan
100 Perumahan
75 25
Pembelian pakaian 59,38
15,62 25
Biaya pendidikan 75
15,62 9,38
Pembelian alat-alat rumahtangga 100
Pemeliharaan kesehatan anak 40,62
12,5 46,88
anggaran dan pembagian untuk anggota rumahtangga, pembelian pakaian, dan pembelian alat rumahtangga dilakukan oleh istri sendiri IS. Hal ini berkaitan
dengan pekerjaan reproduktif yang umumnya dilakukan oleh istri perempuan. Dalam hal penentuan perumahan dan biaya pendidikan sebagian besar dilakukan
secara bersama setara BS. Hal ini dianggap tanggungjawab bersama suami dan istri untuk kelangsungan masa depan anak dan kelangsungan hidup dalam
rumahtangga. Pengambilan keputusan dalam pemeliharaan kesehatan anak mengikuti posyanduimunisasiberobat sebagian besar dilakukan secara bersama
akan tetapi pengaruh istri lebih besar ID. Intensitas pengasuhanperawatan terhadap anak umumnya dilakukan oleh istri sehingga yang mengetahui keadaan
fisik anak merupakan istri ibu. Tabel 35. Persentase Pengambilan Keputusan di Bidang Pembentukan
Rumahtangga pada 32 Rumahtangga Pengrajin Gerabah di Desa Anjun, 2009
Keterangan: SS = Suami Sendiri; IS = Istri Sendiri; BS = Bersama Setara; SD = Suami Dominan; dan ID = Istri Dominan
Tabel 35 menyajikan data mengenai sebaran rumahtangga pengrajin pada pengambilan keputusan di bidang pembentukan rumahtangga yang umumnya
dilakukan secara bersama setara suami dan istri. Pada aspek jumlah anak, disiplin anak, pendidikan penentuan jenis, jarak, dan tempat serta KB ditentukan
bersama setara BS sedangkan pada pembagian tugas anak dilakukan oleh secara Pengambilan Keputusan
SS IS BS SD ID Jumlah anak
84,38 15,62
Disiplin anak 78,12
21,88 Pembagian tugas untuk
anak 0 31,25
6,25 62,5
Pendidikan 0 100
Keluarga Berencana 6,25
93,75
bersama tetapi pengaruh istri lebih besar ID. Anak umumnya berada di lingkungan rumah sehingga pengaruh istri lebih dominan.
Tabel 36. Persentase Pengambilan Keputusan di Bidang Kegiatan Kemasyarakatan pada 32 Rumahtangga Pengrajin Gerabah di
Desa Anjun, 2009
Keterangan: SS = Suami Sendiri; IS = Istri Sendiri; BS = Bersama Setara; SD = Suami Dominan; dan ID = Istri Dominan
Berdasarkan Tabel 36, diketahui bahwa sebaran pengambilan keputusan di bidang kegiatan kemasyarakatan umumnya dilakukan oleh suami sendiri SS,
khususnya kegiatan gotong royong, ronda malam, selamatan dan rapat desa. Pengambilan keputusan pada kegiatan arisan dilakukan oleh istri sendiri IS
sedangkan kegiatan pengajian ditentukan secara bersama setara BS.
7.4 Budaya Lokal pada Masyarakat Pengrajin