Hipotesis Penelitian Definisi Operasional

2.3 Hipotesis Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga jenis kelamin merupakan pembeda utama yang memiliki hubungan dengan akses dan kontrol terhadap sumberdaya. 2. Diduga terdapat hubungan nyata antara karakteristik pribadi, yaitu: umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, pengalaman bekerja serta status pekerjaan dengan akses dan kontrol terhadap sumberdaya pada usaha gerabah. 3. Diduga terdapat hubungan nyata antara karakteristik rumahtangga, yaitu: jumlah anggota rumahtangga dan pendapatan rumahtangga dengan akses dan kontrol terhadap sumberdaya pada usaha gerabah. 4. Diduga terdapat hubungan nyata antara dukungan UPT Litbang Keramik dengan akses dan kontrol terhadap sumberdaya pada usaha gerabah.

2.4 Definisi Operasional

1. Pengrajin Gerabah didefinisikan sebagai individu yang mengelola atau membuat gerabah pada sebagian atau seluruh tahap produksi gerabah, mulai dari bahan baku tanah liat menjadi barang jadi atau hanya sampai barang setengah jadi barang belum dibakaratahan maupun sudah dibakarbiskuitan hingga tahap pemasaran produk gerabah dan merupakan usaha utama bagi pengrajin tersebut. 2. Jenis Kelamin adalah pembedaan pengrajin secara biologis. Jenis kelamin dapat digolongkan menjadi dua kategori: a laki-laki, dan b perempuan. 3. Karakteristik Individu X 1 diartikan sebagai identitas yang dimiliki secara pribadi oleh seseorang. Karakteristik individu terdiri atas lima kategori: umur, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman bekerja serta status pekerjaan. 4. Umur X 1.1 adalah lama hidup tahun responden mulai lahir sampai penelitian dilakukan yang diukur dalam skala rasio. Umur digolongkan menjadi tiga kategori: a dewasa awal 18-29 tahun, b dewasa pertengahan 30 hingga 50 tahun, dan c dewasa tua ≥ 50 tahun. Pengkategorian umur dewasa tersebut berdasarkan pendapat Havighurst 1950 dalam Mugniesyah 2006. 5. Pendidikan Formal X 1.2 adalah lamanya tahun anggota responden mengikuti pendidikan terakhir di bangku sekolah yang diukur dalam skala rasio. Tingkat pendidikan formal digolongkan menjadi tiga kategori: a rendah, jika tidak tamat SD dan tamat SD; b sedang, jika pengrajin tidak tamat SMP dan tamat SMP; c tinggi, jika anggota rumahtangga tidak tamat SMAtamat SMA maupun Perguruan Tinggi. 6. Pendidikan Nonformal X 1.3 adalah frekuensijumlah keikutsertaan kali responden dalam kursus atau pelatihan keterampilan gerabah dalam satu tahun terakhir yang diukur dalam skala rasio. Pendidikan nonformal dapat digolongkan menjadi tiga kategori: a tidak pernah mengikuti pelatihan; b sedang, jika anggota rumahtangga mengikuti satu hingga tiga kali pelatihan; c tinggi, jika anggota rumahtangga mengikuti minimal empat kali pelatihan. 7. Pengalaman Bekerja X 1.4 adalah lamanya tahun waktu kerja responden sampai penelitian ini dilakukan yang diukur dalam skala rasio. Pengalaman Bekerja dapat digolongkan menjadi tiga kategori: a rendah, jika anggota rumahtangga bekerja selama kurang dari 16 tahun; b sedang, jika anggota rumahtangga bekerja 15 hingga 30 tahun; c tinggi, jika anggota rumahtangga bekerja minimal 31 tahun. 8. Status Pekerjaan X 1.5 adalah posisikedudukan responden untuk melakukan pekerjaan dalam menjalankan unit usaha gerabah yang diukur dalam skala nominal. Status pekerjaan responden digolongkan menjadi tiga kategori: a pengrajin rumahtangga, yaitu orang yang terlibat secara langsung pada salah satusebagian atau seluruh tahapan proses produksi gerabah dan seluruh tenaga kerja merupakan tenaga kerja dalam rumahtangga; b pengusaha-pengrajin, yaitu orang yang terlibat secara langsung pada salah satusebagian tahapan proses produksi gerabah dan memiliki tenaga kerja luar rumahtangga; dan c pengusaha, yaitu orang yang terlibat dalam manajemen atau pengelolaan usaha gerabah yang dimiliki, baik pada proses tahapan produksi maupun pemasaran produk gerabah. Oleh karena itu, pada kategori ini pengrajin tidak terlibat secara langsung pada proses pembuatan gerabah dan memiliki tenaga kerja luar rumahtangga. 9. Karakteristik Rumahtangga Pengrajin X 2 adalah identitas pada sekelompok individu yang hidup bersama seatap dan sedapur, mungkin menyatu karena ikatan perkawinan dan kekerabatan, tetapi mungkin juga tidak pada rumahtangga pengrajin gerabah. 10. Jumlah Anggota Rumahtangga X 2.1 adalah banyaknya individu orang yang tinggal bersama dalam satu atap dan satu dapur yang mungkin menyatu dalam karena ikatan perkawinan dan kekerabatan tetapi mungkin juga tidak dan menjadi tanggungan kepala keluarga yang diukur dalam skala rasio. Jumlah anggota rumahtangga dapat digolongkan menjadi tiga kategori: a sedikit, jika total anggota rumahtangga berjumlah kurang dari empat orang; b sedang, jika total anggota rumahtangga berjumlah empat hingga enam orang; c banyak, jika total anggota rumahtangga berjumlah minimal tujuh orang. 11. Pendapatan Rumahtangga X 2.2 adalah total pemasukan uang rupiah yang bersumber dari usaha industri gerabah, luar usaha industri gerabah dan total penerimaan seluruh anggota rumahtangga yang menjadi tanggungan dalam pengasuhan orangtua yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dinyatakan dalam rupiah per bulan yang diukur dalam skala rasio. Pendapatan rumahtangga dapat digolongkan menjadi tiga kategori: a rendah, jika total pendapatan per bulan kurang dari Rp 5.000.000; b sedang, jika total pendapatan per bulan antara Rp 5.000.000 hingga Rp 9.999.999; c tinggi, jika total pendapatan minimal Rp 10.000.000. 12. Dukungan UPT Litbang Keramik X 3 adalah dorongan atau bantuan dari UPT Litbang Industri Keramik dalam mendukung peningkatan dan perbaikan komoditi gerabah. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan pihak UPT Litbang Keramik terhadap pengrajin dalam memberikan bantuan pinjaman modal, memberikan pelatihan, memberikan infromasi atau bantuan program kemitraan, kesesuaian program pelatihan dengan kebutuhan pengrajin serta mengadakan evaluasi program pelatihan. Dukungan UPT Litbang Keramik dapat digolongkan menjadi menjadi tiga kategori: a tidak pernah memberikan dukungan terhadap pengrajin; b sedang, jika total skor antara 1 hingga 3; c tinggi, jika total skor minimal 4. 13. Akses dan Kontrol terhadap Sumberdaya Y adalah kesempatan dan kemampuan individu dalam pengambilan keputusan terhadap bahan baku tanah liat, pelatihan, kredit usaha, teknologi, tenaga kerja, serta pemasaran komoditi pada usaha gerabah. Berikut ini definisi akses dan kontrol secara detail: Akses adalah kesempatan atau peluang pengrajin untuk memperolehmempunyai sumberdaya pada usaha gerabah. Tingkat akses terhadap sumberdaya pada usaha gerabah dapat digolongkan menjadi tiga kategori: a rendah, jika total skor kurang dari 4; b sedang, jika total skor antara 4 hingga 5; c tinggi, jika total skor 6. Kontrol adalah kemampuan pengrajin dalam pengambilan keputusan untuk memperolehmempunyai sumberdaya pada usaha gerabah. Tingkat kontrol terhadap sumberdaya pada usaha gerabah dapat digolongkan menjadi tiga kategori: a rendah, jika total skor kurang dari 4; b sedang, jika total skor antara 4 hingga 5; c tinggi, jika total skor 6.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan dilengkapi dengan analisis data secara kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survai pada rumahtangga pengrajin industri gerabah. Penelitian survai merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang lengkap Singarimbun, 1989. Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam in-depth interview dan observasi. Wawancara mendalam bertujuan untuk memperoleh informasi yang lengkap mengenai profil usaha pada sentra industri gerabah. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang aktivitas kegiatan pengrajin gerabah di lokasi penelitian.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Anjun, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa di lokasi ini merupakan sentra industri yang sebagian besar penduduknya bekerja pada usaha gerabah, diantaranya merupakan pengrajin. Selain itu, pada rumahtangga pengrajin di lokasi tersebut menunjukkan adanya permasalahan mengenai perbedaan akses dan kontrol antara laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya pada usaha gerabah. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Juni sampai Juli 2009.