yang diproduksi oleh pengrajin lainnya. Setelah produk tersebut dicat, produk gerabah dihampelas lagi dengan hampelas halus kemudian dilap sehingga tidak
terkena debu. Produk gerabah akhirnya disemir dan digosok dengan sikat ijuk. Setelah semir kering, produk tersebut dilap dengan kain hingga terlihat mengkilat.
Tenaga kerja yang terlibat pada tahapan ini dapat diakses oleh tenaga kerja laki- laki maupun perempuan. Akan tetapi, sebagian besar pekerjaan ini dilakukan
oleh pengrajin perempuan. Hal ini terkait dengan stereotipe masyarakat bahwa perempuan memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Pada tahapan penjualan produk, umumnya harga jual ditentukan oleh pemilik usaha tersebut. Jika pengrajin tersebut memiliki showroom atau toko,
keputusan harga jual ditentukan anggota rumahtangga lain karena pemilik usaha mengontrol proses produksi gerabah di pabrik. Umumnya toko menyatu dengan
dengan rumah pengrajin sehingga anggota rumahtangga yang mengontrol penjualan produk adalah perempuan istri karena sebagian besar pekerjaan istri
dilakukan di dalam rumah.
4.2.4 Informasi Bisnis beserta Pendukungnya
Kegiatan pemasaran pada industri gerabah di Desa Anjun dilakukan melalui beberapa saluran pemasaran, yaitu sebagai berikut:
1 Pengrajin - penjual produk gerabah - konsumen,
2 Pengrajin - pengrajin – konsumen
3 Pengrajin – konsumen
Keragaman saluran pemasaran ini didukung oleh jaringan pengrajin dalam mempromosikan produk dalam usahanya. Pengrajin gerabah umumnya
memiliki pelanggan khusus sehingga dapat memproduksi produknya setiap bulan dan pihak pembeli. Kegiatan promosi produk dilakukan melalui mulut ke mulut.
Penggunaan media massa iklan di internetradiotelevisi sebagai sarana promosi pengrajin jarang dilakukan. Akan tetapi, pangsa pasar produk gerabah tergolong
luas, baik dalam maupun luar negeri. Sebagian besar produk gerabah dipasarkan ke kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bogor, dan Bandung. Akan tetapi,
terdapat pengrajin yang memasarkan produk ke kota-kota di Pulau Sumatera, seperti Palembang dan Pekanbaru. Sementara itu, produk gerabah dipasarkan pula
di luar negeri, seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Italia. Salah satu kendala besar dalam pemasaran produk gerabah adalah kualitas produk yang
kurang diperhatikan pengrajin. Umumnya pengrajin lebih mementingkan kuantitas produk dibandingkan kualitas produk. Hal ini tentunya didukung oleh
pengetahuan dan manajemen usaha yang kurang baik. Berdasarkan pemaparan UPT Litbang Keramik, hambatan produksi
gerabah di Desa Anjun dapat disebabkan oleh beberapa hal, meliputi: a kenaikan harga bahan bakar, b kurangnya peralatan produksi yang baik, c rendahnya
pemahaman pengrajin terhadap perlakuan metodologi dan teknologi proses pembuatan keramik yang benar, d pengembangan desain produk yang tergolong
lemah, e terbatasnya kemampuan promosi dan pemasaran yang tergolong lemah, f tingkat keterampilan pengrajin umumnya diperoleh secara turun temurun
sehingga kreativitas pengrajin rendah, g proses
produksi dan finishingpenyelesaian produk tergolong lemah dari segi manajemen maupun
teknologi, h diversifikasi produk cenderung belum berkembang sehingga produk gerabah yang diekspor berdasarkan pesanan dengan desainyang sudah ditentukan
dengan nilai keuntungan rendah, dan i tingkat pendidikan formal masyarakat pengrajin tergolong rendah tidak tamat atau tamat Sekolah Dasar.
Oleh karena itu, UPT Litbang Keramik mengadakan pelatihan untuk pengrajin dalam pengembangan desain dan manajemen usaha. Tujuan pelatihan
berfokus pada tiga hal, yaitu pemasaran, diversifikasi produk, dan kolaborasi. Materi pelatihan berupa peningkatan saluran promosi melalui internet,
mengembangkan desain produk melalui penggabungan bahan baku tanah liat dengan bahan lain seperti rotan dan kayu sehingga memiliki daya jual yang lebih
tinggi. Akan tetapi, sebagian besar pengrajin berpendapat bahwa pelatihan tersebut kurang efektif karena umumnya bersifat teori sedangkan pengrajin
membutuhkan pelatihan secara praktik. Kendala lain dalam bidang pemasaran produk gerabah adalah tidak adanya merek khusus pada produk gerabah pengrajin
sehingga sulit untuk dipasarkan dan tidak memiliki harga jual yang cukup tinggi. Selain itu, kegiatan usaha ini tidak memerlukan izin usaha karena dilakukan pada
pabrik milik pengrajin.
BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN
DAN DUKUNGAN UPT LITBANG KERAMIK
5.1 Karakteristik Individu 5.1.1 Umur
Pada penelitian ini, responden berjumlah 32 orang yang terdiri atas 26 pengrajin laki-laki dan 6 pengrajin perempuan. Akan tetapi, mayoritas
responden berasal dari Kampung BantenAnjun dan Gunung Cupu Dusun 1. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar usaha gerabah terdapat pada kedua
kampung tersebut. Seluruh responden pada penelitian ini tergolong umur produktif, yaitu 15-64 tahun dan sudah menikah. Pada penelitian ini, umur
terendah responden adalah 24 tahun sedangkan umur tertinggi mencapai 70 tahun. Adapun sebaran responden menurut golongan umur dan jenis kelamin tertera pada
Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Responden menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
di Desa Anjun, 2009 Umur
Laki-laki Perempuan Total Jumlah
jiwa Persentase
persen Jumlah
jiwa Persentase
persen Jumlah
jiwa Persentase
persen 18-29 tahun
3 11,54
3 9,38
30-50 tahun 16
61,54 4
66,67 20
62,5 ≥ 50 tahun
7 26,92
2 33,33
9 28,12
Total 26 100
6 100 32
100
Mengutip pendapat Havighurst 1950 dalam Mugniesyah 2006, umur dewasa dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu dewasa awal 18-29
tahun, dewasa pertengahan 30-50 tahun, dan dewasa tua 50 tahun ke atas. Berdasarkan Tabel 8, sebaran umur responden dominan berada pada kategori