Proses Pembuatan Produk Gerabah

d. pangorekkorekan, yaitu alat yang digunakan untuk memberikan hiasan pada permukaan produk gerabah dengan cara digoreskan. e. papan, digunakan untuk meletakkan produk yang sudah dibentuk untuk selanjutnya dipoe atau dijemur. f. rak, yaitu tempat yang digunakan untuk mengeringkan produk gerabah yang tidak dijemur di bawah sinar matahari secara langsung hingga produk tersebut cukup kering. g. bak, yaitu tempat yang digunakan untuk mengolah tanah liat melalui proses ngalumpur. Waktu yang digunakan pada proses ini kurang lebih satu minggu. h. open atau tungku pembakaran, yaitu tempat yang terbuat dari bata merah tungku tradisional atau sejenis sengalumunium tungku modern untuk membakar produk gerabah. i. peralatan nyemir, terdiri atas kain, hampelas, sikat dan kuas.

4.2.3.2 Proses Pembuatan Produk Gerabah

Secara umum, proses pembuatan produk gerabah di Desa Anjun terdiri atas empat tahapan, mencakup a pengolahan tanah, b pembentukan barang, c pembakaran, dan d finishingpenyelesaian. Proses pengolahan tanah dilakukan dengan cara memasukkan tanah ke dalam mesin molen penghalus. Setelah melalui proses penggilingan melalui mesin tersebut, tanah liat dicampur dengan air secukupnya, pasir serta samon serpihan barang-barang pecah. Kemudian batu-batu kecilkerikil yang tercampur dengan tanah tersebut dipisahkan hingga tanah terasa halus. Tahapan selanjutnya adalah ngaluluh atau menginjak-injak tanah liat dengan kaki sehingga tanah liat mudah dibentuk dan tidak terdapat gelembung. Terdapat dua jenis proses pembentukan produk gerabah, yaitu dengan menggunakan citakan cetakan dan perbot. Jika membentuk produk gerabah dengan citakan, tentunya barang dibentuk sesuai dengan bentuk alat cetakan tersebut, misalnya vas payung dan celengan. Cetakan tersebut terdiri atas dua sisi, yaitu sisi kiri dan sisi kanan. Kemudian kedua cetakan diisi dengan tanah liat. Setelah selesai, kedua sisi cetakan tersebut disatukandisambungkan sehingga membentuk produk gerabah sesuai bentuk cetakannya. Pada proses pembentukan produk gerabah dengan menggunakan perbot, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu: 1 ngaplok, yaitu membentuk tanah liat yang telah diolah menjadi bulatan-bulatan sesuai dengan barang yang akan dibentuk, 2 ngaleler, yaitu meletakkan bulatan-bulatan tanah liat tersebut di atas perbot untuk dibentuk sesuai produk gerabah yang akan dibuat, 3 meletakkan produk gerabah yang telah dibentuk di atas papan yang untuk dijemur hingga eumeul-eumeul tidak terlalu basah, 4 ngadekor, yaitu menghias produk gerabah yang telah dijemur tersebut, dan 5 produk gerabah dijemur, baik secara langsung terkena sinar matahari jangan terlalu lama atau dibiarkan kering di rak. Pada tahapan ini, produk gerabah disebut produk atahan. Tenaga kerja laki-laki maupun perempuan memiliki akses yang sama untuk terlibat dalam tahapan ini. Tahapan selanjutnya adalah ngabeuleum atau proses pembakaran. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah sebagai berikut: 1 memasukkan produk atahan ke dalam tungku pembakaran selama 2-3 jam, dan tergantung ukuran dan banyaknya produk gerabah yang akan dibakar 2 membakar produk gerabah dengan menggunakan kayu bakar yang diletakkan di bawah tungku pembakaran selama 8-12 jam karena disesuaikan dengan ukuran produk gerabah. Suhu pembakaran yang digunakan pada proses pembakaran antara 800º C hingga 900º C. Proses pembakaran dengan menggunakan tungku modern lebih efisien karena dapat menghemat kayu bakar yang digunakan dan hasil pembakaran lebih baik dibandingkan dengan menggunakan tungku pembakaran tradisional. Selama proses pembakaran, pengrajin harus mengontrol panas api sehingga proses pembakaran produk gerabah merata 3 produk gerabah yang telah dibakar kemudian didiamkan selama 3-4 jam setelah api dimatikan. Setelah itu, ngabongkar atau mengeluarkan produk gerabah yang telah dibakar selama 2-3 jam. Barang yang telah dibakar disebut sebagai barang biskuitan atau barang setengah jadi. Proses pembakaran merupakan tahapan terpenting karena tolok ukur berhasil tidaknya proses pembuatan produk gerabah berada pada tahapan ini. Tenaga kerja yang terlibat pada tahapan ini adalah laki-laki dewasa. Proses pembakaran dianggap sebagai pekerjaan laki-laki karena memerlukan kemampuan fisik untuk memasukkan dan mengeluarkan produk gerabah sebelum dan sesudah pembakaran. Pada tahapan penyelesaian, produk gerabah yang sudah dibakar kemudian dihampelas dengan menggunakan hampelas kasar, didempul dengan menggunakan cat dasar berwarna putih, setelah cat dasar kering kemudian dicat lagi dengan cat tembokcat mobil. Produk yang menggunakan cat mobil akan memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan produk yang menggunakan cat tembok. Disamping itu, terdapat pengrajin yang membuat formula cat sendiri sehingga warna produk gerabah yang diproduksi berbeda dengan produk gerabah yang diproduksi oleh pengrajin lainnya. Setelah produk tersebut dicat, produk gerabah dihampelas lagi dengan hampelas halus kemudian dilap sehingga tidak terkena debu. Produk gerabah akhirnya disemir dan digosok dengan sikat ijuk. Setelah semir kering, produk tersebut dilap dengan kain hingga terlihat mengkilat. Tenaga kerja yang terlibat pada tahapan ini dapat diakses oleh tenaga kerja laki- laki maupun perempuan. Akan tetapi, sebagian besar pekerjaan ini dilakukan oleh pengrajin perempuan. Hal ini terkait dengan stereotipe masyarakat bahwa perempuan memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pada tahapan penjualan produk, umumnya harga jual ditentukan oleh pemilik usaha tersebut. Jika pengrajin tersebut memiliki showroom atau toko, keputusan harga jual ditentukan anggota rumahtangga lain karena pemilik usaha mengontrol proses produksi gerabah di pabrik. Umumnya toko menyatu dengan dengan rumah pengrajin sehingga anggota rumahtangga yang mengontrol penjualan produk adalah perempuan istri karena sebagian besar pekerjaan istri dilakukan di dalam rumah.

4.2.4 Informasi Bisnis beserta Pendukungnya