Analisis Pendapatan Usahatani Karet Produksi Penerimaan Usahatani Karet Produksi

55 VII ANALISIS USAHATANI KARET PRODUKSI

7.1. Analisis Pendapatan Usahatani Karet Produksi

Analisis pendapatan usahatani meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan serta analisis RC rasio usahatani karet produksi. Analisis ini juga meliputi analisis nilai yang bersifat tunai dan diperhitungkan yang membandingkan antara petani karet yang memroduksi koagulump segar harian dengan petani karet yang memroduksi koagulump dua harian. Analisis pendapatan usahatani membutuhan dua data pokok yaitu data penerimaan dan data pengeluaran selama periode waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu untuk dapat mengetahui besanya pendapatan yang diterima harus diketahui terlebih dahulu data penerimaannya dan biaya, untuk mendapatkan data penerimaan dilakukan analisis terhadap penerimaan responden per hektar. Sedangkan untuk mendapatkan data biaya yang dikeluarkan dilakukan analisis biaya. Pada kondisi dilapangan data yang diperoleh sangat bervariasi, sehingga untuk memudahkan proses penghitungan semua data penerimaan dan biaya dikonversi agar data yang diperoleh menjadi seragam dan bisa diperbandingkan. Setelah data dikonversi, maka analisis pendapatan usahatani karet yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis pendapatan usahatani karet yang dilakukan pada lahan seluas satu hektar dan dalam jangka waktu satu tahun. Analisis pendapatan pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu analisis pendapatan usahatani karet yang memroduksi koagulump segar harian dan analisis usahatani karet yang memroduksi koagulump dua harian. Hal ini dilakukan agar bisa membandingkan pendapatan dari kedua usahatani karet tersebut, usahatani manakah yang lebih baik.

7.2. Penerimaan Usahatani Karet Produksi

Penerimaan usahatani merupakan seluruh hasil dari usahatani karet diproduksi dikali dengan harga jual. Dalam konsep usahatani, penerimaan usahatani terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan yang langsung diterima dimana berasal dari hasil produksi yang dijual. Sedangkan penerimaan diperhitungkan berupa hasil 56 penerimaan yang berasal dari konsumsi sendiri serta yang digunakan untuk bibit. Gabungan dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan akan menghasilkan penerimaan total. Karena dalam pertanian karet tidak ada hasil karet yang dikonsumsi sendiri, maka tidak ada penerimaan yang diperhitungkan, sehingga penerimaan total hanya berupa penerimaan tunai. Petani karet responden di wilayah penelitian menjual bahan olah karetnya kepada tengkulak yang ada di sekitar desanya masing-masing. Karet di wilayah penelitian dijual dengan sistem timbang, dengan harga rata-rata per kg nya sebesar Rp. 2711,111 untuk koagulump segar harian dan untuk koagulump dua harian dijual dengan harga rata-rata per kg nya sebesar Rp.3071. Perbandingan penerimaan usahatani karet yang meroduksi koagulump segar harian dengan usahatani karet yang memroduksi koagulump dua harian disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Perbandingan Penerimaan Usahatani Karet Koagulump Segar dengan Koagulump Dua Harian per Hektar per Tahun uraian Petani koagulump segar Petani koagulump dua harian Produksi rata-rata pertahun kg 9.821,60 8.498,45 Harga rata-rata Rp 2.711,111 3.071 Total Penerimaan Rp 26.627.449 26.102.388,41 Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi koagulump segar sebesar 9.821,60 kg, angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan produksi koagulump dua harian yang hanya sebesar 8.498,45 kg. Sementara itu, harga jual koagulump dua harian lebih tinggi bila dibandingkan dengan koagulump segar. Total penerimaan yang diterima petani koagulump segar lebih tinggi jika dibandingkan dengan total penerimaan yang diterima oleh petani koagulump dua harian.

7.3. Biaya Usahatani Karet Produksi