61
Tabel 13. Perbandingan Biaya Penyusutan Peralatan Produksi dengan Masa Pakai
Lebih dari Satu Tahun Uraian
Koagulump Segar Koagulump Dua
Harian Talang sadap RpHaThn
43.014 32.971
Mangkuk RpHaThn 37.962
41.376 Cincin mangkuk RpHaThn
12.617 14.659
Tali pengikat cincin RpHaThn 12.969
22.899 Ember pengngkut RpHaThn
8.799 19.723
Total biaya penyusutan RpHaThn 115.361
131.628
7.3.2.2. Tenaga Kerja Dalam Keluarga
Analisis usahatani karet ini dikonversi kedalam luasan lahan satu hektar, sehingga untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan dari usahatani karet seluas
satu hektar ini dapat dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga saja. Nilai tenaga kerja dihitung dengan satuan hari orang kerja HOK. Upah rata-rata
tenaga kerja per HOK adalah Rp. 35.000 dengan lama jam kerja sebanyak delapan jam.
Biaya tenaga kerja ini tidak semuanya dihitung berdasarkan HOK karena biaya tenaga kerja untuk menyadap di wilayah penelitian dihitung berdasarkan
perjanjian bagi hasil antara tenaga penyadap dengan pemilik kebun. Besarnya bagi hasil adalah 13 dari total produksi untuk tenaga penyadap dan 23 dari total
produksi untuk pemilik kebun. Biaya tenaga kerja yang dihitung berdasarkan HOK adalah tenaga kerja
untuk melakukan kegiatan pemupukan dan tenaga kerja untuk melakukan kegiatan penyapuan daun kering. Berikut ini adalah perbandingan biaya tenaga kerja per
hektar per tahun antara petani koagulump segar dengan petani koagulump dua harian yang disajikan pada Tabel 14.
62
Tabel 14. Perbandingan Biaya Tenaga Kerja per Hektar per Tahun
Uraian Koagulump segar
Koagulump dua harian Penyadap
8.875.816 8.700.796
Pemupukan 95.304
85.950 Penyapuan daun kering
227.193 232.659
Total biaya tenaga kerja 9.198.313
9.019.405
7.4. Pendapatan Usahatani Karet
Pendapatan usahatani karet merupakan selisih antara total penerimaan usahatani dengan total pengeluaran usahatani.
Komponen pendapatan usahatani meliputi 1 pendapatan tunai yakni total penerimaan setelah dikurangi biaya tunai
dan 2 pendapatan total yakni total penerimaan setelah dikurangi total biaya. Analisis RC rasio digunakan untuk menunjukkan perbandingan antara nilai
output terhadap nilai inputnya sehingga dapat diketahui kelayakan usahatani karet yang dilakukan.
Dalam penelitian ini, penulis membandingkan pendapatan usahatani petani karet yang memroduksi koagulump segar dengan usahatani karet
petani yang memroduksi koagulump dua harian. Setelah dibandingkan maka dapat diketahui usahatani mana yang memberikan pendapatan lebih besar.
Tabel 15
menunjukkan bahwa penerimaan usahatani karet yang
memroduksi koagulump segar lebih besar jika dibandingkan dengan penerimaan usahatani yang memroduksi koagulump dua harian. Nilai RC rasio atas biaya
tunai koagulump segar sebesar 8,68 dan nilai RC rasio atas biaya tunai untuk
koagulump dua harian sebesar 10,51. Hal ini berarti bahwa setiap seribu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani responden maka akan memperoleh
penerimaan sebesar Rp 8.680,00 petani
koagulump segar dan Rp
10.510,00 petani
koagulump dua harian. Sedangkan untuk nilai RC rasio atas biaya total
koagulump segar sebesar 2,15 dan nilai RC rasio untuk koagulump dua harian sebesar 2,24. Hal ini berarti
setiap seribu rupiah biaya total yang dikeluarkan, petani koagulump segar akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2.150,00 dan petani koagulump dua harian
akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2.240,00.