58 menunjukkan bahwa petani sadar akan dampak pemupukan terhadap produksi
yang dihasilkan. Alasan yang dikemukakan petani responden dalam melakukan pemupukan dengan berbagai frekuensi tersebut di atas adalah karena keterbatasan
dana untuk yang tidak dipupuk dan hanya sekali setahun, mengikuti petani karet yang lebih dahulu untuk yang dua kali setahun, dan semakin sering dipupuk
semakin baik untuk yang tiga kali setahun. Menurut petani, semakin jarang dipupuk atau pemupukan terlambat produksi karet yang dihasilkan akan menurun.
Tabel 9. Biaya Penggunaan Pupuk per Hektar per Tahun
Uraian Koagulump segar
Rp Koagulump dua harian
Rp Biaya pupuk per hektar per tahun
2.239.370 1.436.743
Berdasarkan data lapang yang telah diolah, maka didapatlah biaya penggunaan pupuk oleh petani karet per hektar per tahunnya. Rata-rata biaya
pupuk yang dikeluarkan oleh petani karet yang memroduksi koagulump segar adalah sebesar Rp. 2.239.370 sedangkan biaya pupuk yang dikeluarkan oleh
petani karet yang memroduksi koagulump dua harian adalah sebesar Rp. 1.436.743. Dari sini dapat dilihat bahwa biaya pupuk yang dikeluarkan oleh
petani karet yang memroduksi koagulump segar lebih tinggi bila dibandingkan petani karet yang memroduksi koagulump dua harian.
7.3.1.2. Koagulan
Sebagian besar petani 77,78 persen menggunakan pupuk TSP sebagai koagulan zat pembeku lateks untuk menghasilkan koagulump. Sedangkan petani
lain 20,63 persen menggunakan tawas sebagai koagulannya dan hanya sebesar 1,59 persen petani responden yang tidak menggunakan zat pembeku koagulan.
Alasan digunakannya pupuk TSP dan Tawas sebagai zat pembeku adalah karena harga yang relatif terjangkau, kemudahan didapat, kemudahan pemakaian, dan
keamanan terhadap kesehatan. Jumlah petani pengguna koagulan dapat dilihat pada Tabel 10.
59
Tabel 10. Penggunaan Koagulan Lateks oleh Responden Penelitian di Kecamatan
Tulang Bawang Tengah Tahun 2009 No
Koagulan Jumlah petani
Persentase 1
TSP 49
77,78 2
Tawas 13
20,63 3
Tanpa Koagulan 1
1,59 Jumlah
63 100
Biaya zat pembeku koagulan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu biaya koagulan pada bulan ASO Agustus, September, Oktober dan biaya
koagulan pada bulan normal selain bulan ASO. Hal ini dilakukan karena pada bulan ASO tanaman karet mengalami proses gugur daun dan munculnya daun
muda sehingga produksinya menurun drastis, hal ini mengakibatkan kuantitas zat pembeku yang digunakan juga jauh berbeda. Pada bulan ASO kebutuhan
koagulan per harinya hanya separuh dari kebutuhan koagulan harian pada bulan normal. Perbandingan biaya koagulan per hektar per tahun antara petani
koagulump segar dengan koagulump dua harian dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perbandingan Biaya Koagulan
Uraian Koagulump Segar
Koagulump Dua Harian
Biaya koagulan total RpHaTahun 749.550
965.397
Berdasarkan data lapang yang telah diolah maka dapat diketahui bahwa biaya koagulan yang dikeluarkan oleh petani koagulump dua harian lebih tinggi
jika dibanding dengan biaya koagulan yang dikeluarkan oleh petani koagulump segar. Biaya koagulan untuk memroduksi koagulump segar sebesar Rp. 749.550
dan biaya koagulan untuk memroduksi koagulump dua harian sebesar Rp. 965.397.
7.3.1.3. Pajak Lahan