4 usahatani karet antara lain dengan cara memroduksi karet dengan kapasitas
optimal, memilih untuk memroduksi jenis bahan olah karet yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi, atau meningkatkan kualitasnya.
I.2. Perumusan Masalah
Indonesia sebagai salah satu eksportir karet alam dunia, mengekspor karet alam dalam berbagai jenis. Ekspor Karet Alam Indonesia Berdasarkan Tipe dan
Grade dapat dilihat dalam Tabel 2 yang menunjukkan bahwa ekspor Indonesia yang terbesar dari tahun ke tahun adalah SIR Standard Indonesian Rubber. SIR
sendiri merupakan karet spesifikasi teknis yang dibuat dari koagulump lateks Tim PS, 2009.
Tabel 2. Ekspor Karet Alam Indonesia 2003
– 2007 Berdasarkan Tipe dan Grade Type ang Grade
2003 ton 2004 ton 2005 ton 2006 ton 2007
ton Latex
Concentrate 12.526
11.755 4.014
8.334 7.610
0,3 Ribbed smoked
Sheet 46.165
145.895 334.125
325.393 275.497
11,4 RSS 1
68.237 RSS 2
551 RSS 3
540 RSS 4
532 RSS 5
114 Others
205.522 Standard
Indonesian Rubber SIR
1.589.387 1.684.959
1.674.721 1.952.268 2.121.863
88,15 SIR 3L
8.352 SIR 3 CV
74.451 116.145
64.880 50.726
4.287 SIR 10
59.809 32.248
3.381 -
33.792 SIR 20
1.332.270 1.524.435
1.605.956 1.897.205 2.063.306
Other SIR 122.857
12.131 504
4.337 12.126
Other types of Natural Rubber
12.842 31.652
10.921 3
1.786
Grand Total 1.660.920
1.874.261 2.023.781
2.285.998 2.406.756
Sumber : BPS, disusun oleh Gapkindo 2008
5 Sebagian besar koagulump lateks diproduksi oleh perkebunan karet rakyat,
hal tersebut dikarenakan 78,9 persen produksi karet nasional dilakukan oleh perkebunan rakyat, dan 84,66 persen lahan karet Indonesia merupakan
perkebunan rakyat Tabel 3. Besarnya proporsi perkebunan karet rakyat di Indonesia menggambarkan bahwa, sebagian besar produksi koagulump yang
digunakan sebagai bahan baku SIR dihasilkan oleh petani karet smallholder rubber farmer.
Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Karet Alam Menurut Pengusahaannya
Tahun Luas Areal 000 Ha
Produksi 000 ton PR
PBN PBS
Jumlah PR
PBN PBS
Jumlah 2000
2.882,8 212,6 277,0 3.372,4 1.125,2 169,9 206,4 1.501,5 2001
2.838,4 221,9 284,5 3.344,8 1.209,3 182,6 215,6 1.607,5 2002
2.825,5 221,2 271,7 3.318,4 1.226,6 186,5 217,2 1.630,3 2003
2.772,5 241,6 276,0 3.290,1 1.396,2 191,7 204,4 1.792,3 2004
2.747,9 239,1 275,2 3.262,2 1.662,0 196,1 207,7 2.065,8 2005
2.767,0 237,6 274,8 3.279,4 1.838,7 209,8 222,4 2.270,9 2006
2.833,0 238,0 275,4 3.346,4 2.082,6 265,8 288,8 2.637,2 2007
2.899,7 238,2 275,8 3.413,7 2.186,2 277,2 301,3 2.764,7 2008 3.000,5 239,5 276,8 3.516,8 2.241,8 285,9 311,0 2.838,7
Keterangan: Angka sementara
Angka Estimasi Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan 2008
Propinsi Lampung merupakan propinsi yang termasuk kedalam sepuluh besar propinsi penghasil karet terbanyak di Indonesia dengan total produksi
sebesar 68.366 ton per tahun. Luas areal perkebunan karet alam di propinsi Lampung mencapai 81.466 hektar dengan produktivitas menghasilkan karet
sebesar 1.165 kg per hektar Ditjenbun, 2007. Kecamatan Tulang Bawang Tengah termasuk kedalam lima besar kecamatan dengan luas lahan karet
produktif yang paling besar di Kabupaten Tulang Bawang Barat, yaitu seluas 6.758,37 hektar Dinas Kehutanan Tulang Bawang, 2009.
6 Sebagian petani karet rakyat memroduksi koagulump dikarenakan untuk
membuat bahan olah karet yang lebih baik dari koagulump membutuhkan alat dan bahan yang lebih canggih atau rumit seperti amoniak, asam format, alat pembeku,
alat sentrifugasi Tim PS, 2009. Oleh karena itu petani lebih memilih memroduksi bahan olah karet berupa koagulump yang relatif lebih mudah dalam
proses pengerjaannya. Koagulump yang diproduksi oleh petani terdiri dari berbagai jenis, yaitu
koagulump yang diproduksi harian, koagulump yang diproduksi dua harian, koagulump yang diproduksi mingguan, koagulump yang diproduksi dua
mingguan dan lain-lain. Setiap koagulump yang diproduksi oleh petani memiliki perbedaan karakteristik baik dilihat dari segi biaya maupun dilihat dari segi
penerimaan. Hal ini secara langsung mempengaruhi pendapatan dari usahatani yang dilakukan.
Petani karet di Tulang Bawang Tengah sebagian besar memroduksi jenis koagulump harian dan dua harian. Jika dilihat dari segi harga, harga koagulump
dua harian lebih tinggi dibandingkan harga koagulump harian. Berdasarkan hasil survey pendahuluan harga koagulump dua harian berada pada kisaran antara Rp
2.800 –3.000 per kg. Sedangkan harga koagulump harian lebih rendah dan hanya
mencapai kisaran antara Rp 2.300-2.750 per kg. Akan tetapi, petani karet masih ada yang memroduksi koagulump harian. Maka dari itu, penelitian mengenai
analisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani dalam menentukan jenis bahan olah karet yang diproduksi perlu untuk dilakukan.
Dari uraian diatas, beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1 Mengapa terjadi keragaman jenis bahan olah karet yang dihasilkan oleh
petani? 2
Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi terjadinya keragaman jenis bahan olah karet yang dihasilkan oleh petani?
3 Jenis bahan olah karet apakah yang menguntungkan bagi petani?
7
1.3. Tujuan