1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor yang berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi
sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto PDB. PDB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang ditujukan untuk mengetahui peranan dan
kontribusi yang diberikan oleh suatu produk terhadap pendapatan nasional. Walaupun sektor pertanian bukan merupakan sektor yang menyumbangkan nilai
yang terbesar, akan tetapi rata-rata persentase peningkatan nilai PDB dari sektor pertanian dari tahun 2005 sampai 2008 menempati urutan kedua setelah bangunan
yaitu sebesar 26,33 persen Tabel 1.
Tabel 1. PDB Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Milyar Rp
Tahun 2005 – 2008
Sektor 2005
2006 2007
2008 Persentase
Kenaikan Pertanian
364.169 433.223
541.593 731.291
26,33 Pertambangan dan
Penggalian 309.014
366.521 441.007
543.364 20,71
Industri Pengolahan 760.361
919.539 1.068.654
1.380.732 22,12
Listrik, Gas, Air Bersih 26.694
30.355 34.725
40.847 15,25
Bangunan 195.111
251.132 305.216
419.322 29,21
Perdagangan, Hotel dan Restoran
431.620 501.542
589.352 692.119
17,05 Pengangkutan dan
Komunikasi 180.585
231.524 264.264
312.454 20,19
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
230.523 269.121
305.214 368.130
16,92 Jasa
‐jasa 276.204
336.259 399.299
483.771 20,55
Produk Domestik Bruto 2.774.281
3.339.216 3.949.321
4.954.029 21,36
Sumber : Departemen Pertanian 2010
Sektor pertanian terbagi kedalam beberapa subsektor. Salah satunya adalah subsektor tanaman perkebunan. Komoditas perkebunan yang mempunyai potensi
yang besar dan banyak diperlukan baik itu untuk pasar domestik maupun mancanegara ekspor adalah karet. Karet merupakan komoditas ekspor yang
mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa negara. Luas
2 area perkebunan karet tahun 2008 tercatat mencapai lebih dari 3.5 juta ha yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85 persen merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7 persen perkebunan besar negara serta
8 persen perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2008 mencapai 2.8 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi
dengan melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani serta lahan kosong atau tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan
karet
1
. Karet alam merupakan bahan baku berbagai produk diantaranya ban,
sarung tangan karet, sepatu karet, balon, dan berbagai produk lainnya Tim PS, 2009. Hal ini menunjukkan bahwa karet alam merupakan salah satu komoditas
penting dalam perekonomian dunia. Pentingnya karet sebagai komoditas internasional didukung oleh produksi karet yang dilakukan oleh berbagai negara
produsen karet alam di antaranya Thailand, Indonesia, Malaysia, India, Vietnam dan China.
Gambar 1 memperlihatkan bahwa dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 konsumsi karet alam dunia cenderung meningkat. Hal ini disebabkan
semakin banyaknya produk dengan bahan dasar karet alam yang dibutuhkan industri di dunia. Produk-produk yang berbahan baku karet diproduksi dengan
menggunakan karet yang berbeda jenis dan spesifikasinya, misalnya ban diproduksi dari karet yang berspesifikasi teknis, sarung tangan karet biasa
diproduksi dari Ribbed Smoked Sheet ribbed smoke sheet, dan kondom serta sarung tangan medis diproduksi dari lateks pekat. Perbedaan bahan baku yang
dibutuhkan oleh industri pengolahan karet menyebabkan perbedaan jenis bahan olah karet yang diproduksi oleh produsen karet alam dalam rangka merespon
kebutuhan industri tersebut.
1.
Pusat Penelitian Karet. Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet di Indonesia. http:www.ipard.com [8 Juli 2010]
3
Gambar 1. Produksi dan Konsumsi Karet Alam Dunia Tahun 1998-2007
Sumber: IRSG, 2008 diolah
Besarnya potensi pasar yang diberikan oleh komoditas karet tidak terlepas dengan permasalahan yang dihadapi oleh petani karet itu sendiri. Di Indonesia,
petani karet rata-rata mempunyai penghasilan Rp 1.000.000 per bulan dari setiap satu hektar ha kebun karet yang dimilikinya. Dalam 1 ha kebun karet dengan
jumlah tanaman lima ratus pohon, para petani mampu menghasilkan getah karet sebanyak tiga ratus kilogram kg per bulan yang dijual seharga Rp 4.000.000
sampai Rp 7.000.000. Dengan harga seperti itu, penghasilan yang didapat petani karet adalah Rp 1 juta per bulan untuk 1 ha kebun karet
2
. Sebagai seorang pelaku ekonomi yang bertindak rasional, apapun bahan
olah karet yang diproduksinya, produsen petani karet menginginkan keuntungan berupa pendapatan dari kegiatan produksi yang dilakukannya. Sejalan dengan hal
tersebut, maka produsen petani karet alam yang menjalankan usahatani untuk menghasilkan bahan olah karet alam juga menginginkan peningkatan pendapatan
dari usahataninya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan -------------------------------------
2.
Tribun Kaltim.
2009. Pendapatan
Petani Karet
Rp 1
Juta per
Bulan. http:www.tribunkaltim.co.id [8 Juli 2010]
8.400,00 8.600,00
8.800,00 9.000,00
9.200,00 9.400,00
9.600,00 9.800,00
10.000,00
2005 2006
2007 Produksi 000 ton
8.892,00 9.846,00
9.782,00 Konsumsi 000 Ton
9.082 9.216
9.735
T o
n
4 usahatani karet antara lain dengan cara memroduksi karet dengan kapasitas
optimal, memilih untuk memroduksi jenis bahan olah karet yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi, atau meningkatkan kualitasnya.
I.2. Perumusan Masalah