7
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1
Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani dalam menentukan jenis koagulump yang diproduksi.
2 Menganalisis pendapatan usahatani jenis koagulump mana yang lebih
menguntungkan bagi petani.
1.4. Manfaat
Manfaat yang dimiliki penelitian ini adalah: 1
Bagi penulis, penelitian ini sebagai wahana penerapan ilmu yang telah diterima di bangku kuliah.
2 Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan penelitian terkait selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian tentang karet rakyat dapat menjadi sangat luas atau sempit tergantung ruang lingkup penelitiannya. Karena itu, agar penelitian ini tidak
keluar dari perumusan masalah dan tujuan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini difokuskan pada petani karet yang menjual hasil produksinya dalam bentuk
koagulump bekuan harian dan koagulump 2 harian. Secara wilayah geografis, ruang lingkup penelitian ini mencakup wilayah Kecamatan Tulang Bawang
Tengah.
8
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Komoditas Karet
Tanaman karet alam pertama kali hanya tumbuh di Amerika Selatan, setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham pohon ini berhasil
dikembangkan di Asia Tenggara. Nama lain karet alam adalah Havea Braziliensis. Pohon ini dapat tumbuh tinggi hingga 15-25 meter. Tanaman ini dapat diambil
getahnya sampai usia 30 tahun dan setiap harinya dapat diambil hasilnya Anwar Chairil, 2006.
Karet alam yang berada di Indonesia saat ini pertama kali diperkenalkan oleh Belanda yang dirintis pertama kali oleh H.A. Wickham yang dibawa dari
pedalaman Amerika Selatan pada tahun 1943 dan ini merupakan cikal bakal dari tanaman karet di kawasan Asia Tenggara. Tanaman karet pertama kali di tanam di
Kebun Raya Bogor dengan tujuan untuk menjadi koleksi, namun selanjutnya dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan tersebar di beberapa daerah.
Perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1864 oleh Hofland di daerah Pamanukan dan Ciasem Jawa Barat. Perkembangan
perkebunan karet pada masa penjajahan Belanda didukung oleh penawaran penanaman modal oleh pemerintah Netherland Indies kepada investor luar
Inggris, Belgia dan Amerika menjadikan Indonesia saat ini memiliki perkebunan karet alam terluas di dunia.
Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari- hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan
komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sauk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Karet alam berguna sebagai bahan
baku pembuatan berbagai macam barang dalam industry dan berbagai bidang seperti industry otomotif, industri alat listrik dan bidang kedokteran. Barang-
barang yang terbuat dari karet alam baik sebagai bahan tunggal maupun campuran dengan karet sintetis terdiri dari banyak jenis. Mulai dari karet dot
balita, penghapus, selang, balon, sol sepatu, kasur busa, membrane, karet gelang, ban kendaraan, sabuk pengaman safety belt, pembungkus kabel, dudukan mesin
kendaraan maupun kaca mobil semuanya terbuat dari bahan karet.
9
2.1.1. Karakteristik Karet
Tanaman karet Hevea Brasiliensis merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang
tanaman ini mengandung getah yang dikenl dengan nama Lateks. Tanaman karet memiliki akar tunggang yang mampu menopang batang tanaman hingga tumbuh
tinggi dn besar. Dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai
berikut: Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angios permae Kelas
: Dicotyledonae Ordo
: Euphorbiales Famili
: Euphorbiaceae Genus
: Hevea Spesies
: Hevea brasiliensis Tanaman karet cocok ditanam di daerah tropis yang terletak antara 15ºLU-
10ºLS. Tanaman karet menghendaki daerah dengan suhu rata-rata 25-30ºC yang memiliki ketinggian antara 0-400 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan
maksimum 45º. Apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20ºC, maka tanaman karet tidak cocok ditanam di daerah tersebut. Tanaman
karet akan tumbuh dan berproduksi optimal jika ditanam di daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi antara 2500-4000 mm setahun dan akan lebih baik lagi
apabila curah hujan itu merata sepanjang tahun. Sinar matahari yang cukup melimpah di negara-negara tropis merupakan
syarat lain yang diinginkan tanaman karet. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas minimal 5-7 jam. Iklim tropis
yang sesuai, curah hujan dan sinar matahari yang mencukupi serta ketinggian daerah yang memadai memungkinkan tanaman karet dapat tumbuh subur di
Indonesia pada hampir seluruh daerahnya. Dibanding dengan tanaman perkebunan lainnya kopi, cokelat, teh,
tembakau, tanaman karet adalah yang paling toleran terhadap tanah yang kesuburannya rendah. Tanah-tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning
10 yang terhampar luas di Indonesia serta tanah jenis latosol dan aluvial juga bisa
dikembangkan untuk penanaman karet. Tanah yang derajat keasamannya mendekati normal cocok untuk ditanami
karet. derajat keasaman yang paling cocok untuk ditanami tanaman karet adalah 5-6. Batas toleransi pH tanah bagi tanaman karet adalah 4-8. Tanah yang agak
asam masih lebih baik untuk ditanami tanaman karet daripada tanah yang basa. Tanah yang datar dan tidak berbukit-bukit akan lebih baik untuk dipilih
sebagai lahan penanaman karet. tanah yang datar selain memudahkan pemeliharaan juga memudahkan penyadapan dan pengangkutan lateks. Selain itu
semua sebaiknya tanah tersebut dekat dengan sumber air, misalnya sungai atau aliran-aliran air.
2.1.2. Budidaya Karet
1 Pemilihan lokasi
Karet akan baik pertumbuhannya jika ditanam di tanah yang memiliki ketinggian 0-400 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan maksimum
45 derajat. Jika ditanam di atas 400 meter di atas permukaan laut maka pertumbuhannya akan tergangggu. Selain itu, karet jika ditanam di lahan yang
selalu tergenang air maka pertumbuhannya juga akan terganggu.Tanaman karet menghendaki daerah dengan curah hujan antara 1500-4000 mm per
tahun dan merata sepanjang tahun, yang terbaik antara 2500-4000 mm dengan 100-150 hari hujan.Dewasa ini pengembangan areal perkebunan karet, baik
rakyat maupun besar, ditujukan pada jenis tanah podsolik merah kuning. Jenis tanah ini terutamam dijumpai di empat pulau terbesar di Indonesia, yaitu
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. 2
Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dimulai dari pembabatan pohon-pohon yang tumbuh.
Pembabatan dilakukan dengan cara manual untuk kebun yang tidak luas dan cara mekanik untuk kebun yang sangat luas. Setelah pohon dan alang-alang
dibabat dan dibakar, tanah dibongkar dengan cangkul dan traktor hingga sisa- sisa akar terangkat. Selesai dibersihkan, tanah dibiarkan hingga alang-alang
benar-benar tidak tumbuh lagi. Biasanya tanah kebun tidak semuanya datar, ada yang berbukit-bukit. Tanah yang memiliki kemiringan di atas 10 derajat
11 hendaknya dibuat teras. Lebar teras minimal 1,5 m. jarak antara teras yang
satu dengan yang lain 7 m untuk jarak tanam 7x3 m. pembuatan teras dilakukan dengan cara menggali tanah yang landai ke dalam. Tanah galian ini
diuruk di bagian bawahnya hingga terbentuk teras. Pembuatan teras dimaksudkan agar tanah tidak murah tererosi. Pada tanah yang landai biasanya
hanya dibuatkan rorak yang berguna sebagai pencegah erosi dan sebagai saluran air.
Kebun karet memerlukan jalan untuk lancarnya pengawasan dan pekerjaan. Pembuatan jalan direncanakan dan dibuat seperti pembuatan teras
kontur, tetapi tidak di-waterpass. Pembuatan jalan tidak boleh langsung menaik jika tanahnya berbukit-bukit. Tinggi penaikan jalan harus beragam
sesuai lekuk tanahnya, dan kemiringan jalan harus landai ke dalam. 3
Penanaman a
Sistem Penanaman Karet Guna mendapatkan hasil yang baik diperlukan sistem penanaman karet
yang sesuai. Dalam budidaya karet terdapat dua sistem penanaman, yaitu sistem monokultur dan sistem tumpang sari.
i Sistem Monokultur
Pada sistem monokultur, penanamannya dengan jarak segi tiga, bujur sangkar, dan tidak teratur. System jarak segitiga dan bujur
sangkar menghasilkan jarak tanam yang teratur dan hanya bias diterapkan pada penanaman di tanah datar. Sedangkan jarak tidak
teratur hanya untuk penanaman karet di tnah miring ynag diteras. ii
Sistem tumpang sari Penanaman dengan sistem tumpang sari harus direncanakan dari
semula berkenaan dengan jarak tanam yang sesuai, jika tidak akan menyebabkan tanaman terlalu rapat. Akibatnya, akan terjadi
persaingan penyerapan unsur hara. Sistem penanaman yang sering digunakan untuk tumpang sari adalah sistem jarak pagar. Jarak tanam
dalam barisan tanaman dibuat rapat dan jarak tanaman antar barisan dibuat renggang. Yang terpenting adalah penyinaran matahari bias
terjadi dengan sempurna.
12 b
Cara penanaman bibit i
Pembongkaran bibit Bibit okulasi yang ditanam di kebun biasanya diperoleh dari kebun
pembibitan atau dari polybag. Pembongkaran bibit dilakukan dengan jalan menggali parit 50 cm di sisi barisan bibit. Kemudian bibit
dipegang pada bagian atas okulasi dan dicabut. Perlu didingat bahwa jumlah akar tunggangnya harus satu buah dan lurus.
ii Pengangkutan
Perlakuan untuk bibit yang menempuh jarak yang cukup jauh dilakukan dengan membungkus bibit untuk menghindari terjadinya
kerusakan mata tunas atau batang okulasi. Jika bibit berasal dari okulasi dalam kantong plastik, pengangkutan dilakukan langsung
dengan kantongnya. a
Pelaksanaan penanaman i
Penanaman karet Sebelum penanaman lubang tanam harus sudah siap dengan jarak
antar lubang tanam 7 x 3 meter. Pembuatannya dimulai dengan mengajir lubang tanam sesuai jarak tanam tersebut. Besarnya lubang
tanam untuk okulasi bibit dalam kantong plastik adalah 60x60x60 cm. sedangkan untuk bibit okulasi umur 2-3 tahun adalah 80x80x80
cm. jika panjang akar tunggang bibit lebih tinggi dari 80 cm, maka dibagian tengah lubang tanam di tugal sedalam 20 cm. setelah lubang
tanam disiapkan, bibit siap ditanam, pada waktu tanam. Akar tunggang harus lurus masuk ke dalam tanah.
ii Penanaman tanaman penutup tanah
Untuk menahan dan mencegah terjadinya erosi dilakukan penanaman tnaman penutup tanah. Selain itu, tanaman penutup tanah
juga dapat mempercepat matang sadap dan mempertinggi hasil lateksnya. Jenis tanaman penutup tanah dibagi menjadi tiga golongan
yaitu, tanaman merayap seperti rumput dan Leguminosae, tanaman semak seperti Crotalaria Usaramoensis, dan tanaman pohon seperti
petai cina. Tanaman penutup tanah berbentuk pohon ini jarang
13 digunakan karena tanaman karet tidak memerlukan naungan. Namun di
daerah yang sering terjadi serangan angin banyak digunakan untuk memecah angin agar tidak menumbangkan tanaman karet.
iii Kebutuhan Bibit
Kebutuhan bibit tiap hektar dipengaruhi oleh jarak tanamnya. Dengan jarak tanam 7x3 m jumlah pohon yang bisa ditanam untuk
satu hektar adalah 476 pohon. Di samping bibit yang ditanam langsung, disiapkan pula bibit untuk sulaman sebanyak 5 persen dari
jumlah yang akan ditanam sehingga jumlah bibit yang harus disiapkan berjumlah 500 batang.
iv Perawatan Tanaman sebelum menghasilkan
Kegiatan perawatan tanaman sebelum menghasilkan meliputi kegiatan penyulaman tanaman yang mati atau rusak, penyiangan gulma
baik dengan cara manual maupun dengan cara kimia, pemupukan tanaman yang diberikan pada saat pergantian musim, antara musim
penghujan ke musim kemarau, seleksi tanaman karet yang sehat dan penjarangan tanaman karet yang tidak baik dan terserang penyakit,
pemeliharaan tanaman penutup tanah. Kegiatan-kegiatan ini perlu dilakukan agar tanaman dapat menghasilkan getah dengan kualitas dan
kuantitas yang baik pada saat sudah disadap nantinya. v
Perawatan tanaman yang sudah menghasilkan Pada umur 5 tahun tanaman karet sudah memasuki fase tanaman
menghasilkan. Sehingga pada tahun ini tanaman karet sudah mulai disadap. Untuk mendapatkan hasil lateks yang merata setiap pohon
dengan rata-rata lateks yang sesuai, pohon karet harus dirawat sebaik- baiknya. Tujuan perawatan ini antara lain mencegah erosi,
mempertahankan pertumbuhan tanaman penutup tanah, serta mencegah terjadinya serangan hama dan pennyakit yang merugikan.
Perawatan tanaman menghasilkan mencakup penyiangan, pemupukan, serta pemberantasan hama dan penyakit.
14
2.1.3. Hama dan Penyakit Tanaman Karet
Kerusakan dan kematian tanaman karet dapat disebabkan oleh gangguan hama dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit dapat mengakibatkan kerugian
yang cukup besar jika ditinjau dari segi ekonomi. Oleh karena itu kita perlu mengetahui jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman karet dan
bagaimana cara menanggulanginya.
2.1.3.1. Hama
1 Rayap
Gejala yang timbul jika tanaman karet terserang rayap adalah bagian dalam batang terdapat lubang besar, dari ujung stum sampai akar. Akar tanaman
terputus-putus bahkan tidak lagi berujung akar. Pengendalian hama jenis rayap dapat dilakukan dengan cara pengendalian kimia menggunakan insektisida
furadan 3G, Agrolene 26WP 0,2 persen. Atau lindamul 250 EC 0,2 persen. 2
Uret tanah Jika tanaman karet terserang hama jenis ini maka gejala yang timbul adalah
tanaman menjadi layu, berwarna kuning, bahkan mati akibat tidak berakar lagi. Pengendalian hama jenis ini dapat dilakukan dengan cara disemprot
menggunakan Endosulfan 0,1 persen. 3
Kutu tanaman Jika tanaman karet bagian pucuk batangnya dan daun mudanya berwarna
kuning, mengering dan akhirnya mati, maka tanaman karet ini erserang hama kutu tanaman. Cara pengendalian hama jenis ini adalah dengan disemprot
menggunakan solze. Solze dapat dibuat dari campuran 0,25 kg lem kayu dengan o,5 kg sabun batangan yang dilarutkan dalam 6 liter air mendidih.
Kemudian kedalamnya ditambahkan 12 liter minyak solar. Bila akan digunakan, campuran ini diencerkan dengan air, 20ccliter air. Penymprotan
dilakukan 1-2 minggu sekali. 4
Tungau Gejala yang ditimbulkan oleh serangan hama tungau adalah daun tanaman
berbentuk tidak normal, kerdil, menguning, dan akhirnya gugur. Gejala ini sering muncul pada saat musim kemarau. Hama jenis ini dapat dikendalikan
dengan cara disemprotkan akarisida yang dianjurkan seperti Thiodan 35 EC
15 0,15 persen, Kelthane MF 0,2 persen. Penyemprotan dilakukan dengan selang
lima hari sekali dan ditujukan langsung ke pucuk serta permukaan bawah daun.
5 Siput
Gejala yang ditimbulkan oleh serangan hama siput adalah daun dan tanaman muda di areal pembibitan rusak dan patah-patah. Pada bagian daun yang patah
terdapat alur jalan berwarna keperakan mengilap. Di tempat teduh dapat ditemukan banyak sekali telur. Hama jenis ini dapat dikendalikan dengan
larutan mealdehyde 5 persen dalam dedak.
2.1.3.2. Penyakit
1 Penyakit akar putih
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus. Jika terserang penyakit ini gejala yang timbul adalah daun-daun tanaman menjadi pucat
kuning dengan tepi ujungnya terlipat kedalam. Pada akar tanaman tampak benang-benang jamur putih dan agak tebal. Akar tanaman yang sakit akhirnya
membusuk, lunak, dan berwarna coklat. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan memberikan fungisida yang terdiri atas campuran bahan kimia
hexaconazole, triadimefon, dan cyproconazole. 2
Jamur upas Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor. Jika tanaman
karet terserang jamur ini akan menunjukkan gejala pada pangkal atau bagian atas percabangan tampak benang-benang berwarna putih seperti sutera. Bagian
tanaman yang terserang akan mengeluarkan cairan lateks berwarna cokelat kehitaman yang meleleh di permukaan batang tanaman. Lambat laun kulit
tanaman yang terserang akan membusuk dan berubah menjadi hitam, mengering dan terkelupas. Pengendalian penyakit ini harus dilaksanakan
seawal mungkin dengan cara melumasi fungisida Fylomac 90 0,5 persen, calixin MR, Dowco 262, atau bubur bordo pada bagian yang terkena serangan
hingga 30 cm ke atas dan ke bawahnya. 3
Kanker garis Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytopthora palmivora. Tanaman
karet yang terserang penyakit jenis ini akan menunjukkan gejala adanya selput
16 tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap. Pengendalian
penyakit ini dilakukan dengan menggunakan fungisida Difolatan 4 F dua persen. Pemberiannya dilakukan dengan melumasi fungisida di sepanjang
jalur selebar 5-10 cm di atas dan di bawah alur sadap dengan memakai kuas. Pelumasan dilakukan segera setelah penyadapan. Bila bidang sadap sembuh,
bidang sadap ditutup dengan Secony CP 2295A. Selain pelumasan, dapat pula dilakukan penymprotan fungisida pada alur sadap.
2.1.4. Jenis-Jenis Bahan Olah Karet
Jenis karet alam yang diproduksi oleh petani Indonesia biasanya dijual dalam bentuk bahan olah karet. Bahan olah karet adalah lateks kebun serta
gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet Hevea brasiliensis. Beberapa kalangan menyebut bahan olah karet bukanlah hasil produksi
perkebunan besar, namun merupakan bahan olah karet rakyat bokar yang biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun karet perkebunan
rakyat Wiyanto, 2009. Nazaruddin dan Paimin 1992 menyatakan bahwa bahan olah karet dibagi
menjadi empat macam menurut pengolahannya. Keempat macam bahan olah karet yaitu:
1 Lateks Kebun
Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan baik dengan atau
tanpa bahan pencegah penggumpalan zat antikoagulan. Sebagian petani karet menjual hasil produksi karetnya dalam bentuk lateks kebun ini.
Lateks kebun dibedakan menjadi dua golongan kualitas yaitu lateks kebun kualitas satu dengan kadar karet kering 28 persen dan lateks kebun kualitas
dua dengan kadar karet kering 20 persen. Latek kebun yang baik harus memenuhi beberapa kriteria antara lain tidak terdapat kotoran seperti daun
atau kayu, tidak tercampur dengan air atau yang lainnya, berwarna putih dan berbau karet segar.
2 Sheet Angin
Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa lembaran karet yang
17 sudah digiling tetapi belum jadi. Pembuatan sheet angin mengharuskan adanya
penggilingan pada gumpalan karet untuk mengeluarkan air dan serumnya. Sheet angin tidak boleh terkena sinar matahari langsung atau air selama
penyimpanan dan kotoran tidak boleh terlihat. Sheet angin dibedakan menjadi dua golongan kualitas. Sheet angin kualitas
satu memiliki kadar karet kering 90 persen dan sheet angin kualitas dua memiliki kadar karet kering 80 persen. Sheet angin dapat dibuat dengan dua
ukuran ketebalan yaitu 3 mm atau 5 mm. 3
Slab Tipis Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam semut. Slab tipis memiliki ketebalan 30 mm atau 40 mm. Dalam proses pembuatan slab tipis, air atau serum harus dikeluarkan
dengan cara digiling atau dipompa. Selama penyimpanan, slab tipis tidak boleh terkena sinar matahari langsung atau terendam air dan kotoran tidak
boleh terlihat. Slab tipis dibedakan menjadi dua kualitas yaitu kualitas satu dengan kadar karet kering 70 persen dan kualitas dua dengan kadar karet
kering 60 persen. 4
Lump Segar Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan
lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung lateks. Lump segar yang baik memiliki ketebalan 40 mm atau 60 mm. Lump segar
merupakan jenis karet yang banyak dijual oleh petani karet. Lump segar yang baik tidak memperlihatkan adanya kotoran dan tidak terkena sinar matahari
langsung atau terendam air. Lump segar juga digolongkan kedalam dua golongan kualitas. Lump segar kualitas satu memunyai kadar karet kering 60
persen dan kualitas dua memunyai kadar karet kering 50 persen. 2.2. Penelitian Terdahulu
Alfredo Zebua 2008 melakukan penelitian mengenai “Integrasi Pasar Karet Alam Indonesia Dan Dunia”. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mendeskripsikan perkembangan, keragaman dan korelasi harga karet alam Indonesia dengan Negara produsen dan konsumen utama karet alam dunia,
menganalisis integrasi pasar antara pasar karet alam Indonesia dengan Negara
18 produsen dan konsumen utama karet alam dunia, dan menganalisis hubungan
kausalitas harga antara masing-masing pasar serta pengaruh nilai tukar rupiah dan harga karet sintetik terhadap harga ekspor karet alam Indonesia.
Temuan empiris utama pada studi ini adalah tidak berlakunya the law of one price pada keseluruhan pasar RSS dan TSR20 baik untuk data orisinal
maupun data yang telah terkonversi rupiah. Dengan kata lain, pasar komoditi ini tidak dapat terintegrasi penuh. Perkembangan harga dimasing-masing pasar selain
dipengaruhi oleh factor permintaan dan penawaran karet alam juga dipengaruhi oleh kekuatan dari nilai tukar pada masing-masing pasar. Sementara itu, korelasi
harga antara seri harga baik jenis RSS dan TSR20 menujukkan hubungan yang kuat diantara masing-masing pasar. Harga karet sintetik dunia memberikan
pengaruh yang lebih besar terhadap keragaman harga karet RSS di Indonesia jika dibandingkan dengan nilai tukar Rupiah sebaliknya, untuk harga karet TSR20,
nilai tukar Rupiah memberikan pengaruh yang besar daripada harga karet sintetik dunia
Ella Hapsari Hendratno 2008 melakukan penelitian yang mengangkat judul “Analisis Permintaan Ekspor Karet Alam Indonesia di Negara China”.
Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mengidentifikasi perkembangan permintaan ekspor karet alam Negara China, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan ekspor karet alam Indonesia di Negara China, serta menganalisis strategi pengembangan ekspor karet alam Indonesia.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan ekspor karet alam Indonesia di Negara China
adalah harga ekspor karet alam Indonesia ke China tahun sebelumnya, harga karet sintetis dunia, GDP perkapita China, nilai tukar yuan per dollar US dan Volume
ekspor karet alam Indonesia ke China tahun sebelumnya. Upaya yang dibutuhkan untuk pengembangan ekspor karet alam adalah bantuan teknologi dan konsultasi
dari lembaga Litbang dan segenap stakeholders terkait lainnya. Usaha perkebunan karet yang dilaksanakan dengan menggunakan pola kemitraan dan perusahaan
kemasyarakatan yang mencakup pola pembiayaanpendanaan, bantuan pembinaan pada aspek produksi, pemasaran, dan pengelolaan usaha oleh pihak mitra
perusahaan perkebunan karet besar negaraswasta.
19 Thohir Basuki
2008 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Petani untuk
Menanam Padi Hibrida” studi kasus Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa barat melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pendapatan
usahatani padi inhibrida dan padi hibrida, dan mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani pada lokasi penelitian untuk
menggunakan benih padi hibrida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani padi hibrida yang
dilaksanakan oleh petani Kecamatan Cibuaya pada musim Rendeng 20062007 memberikan keuntungan pendapatan yang lebih kecil daripada usahatani padi
inhibrida pada waktu dan tempat yang sama. Hal ini dapat dilihat dari nilai RC yang dihasilkan yang menandakan bahwa usahatani padi inhibrida lebih efisien
daripada usahatani hibrida. Hasil analisis regresi logistik untuk menentukan faktor-faktor ysng mempengaruhi adopsi benih padi benih hibrida menunjukkan
bahwa ada empat variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerapan benih padi hibrida di Kecamatan Cibuaya yaitu luas lahan, status lahan,
rasio pendapatan usahatani padi terhadap pendapatan total, dan umur. Dalam penelitian ini penulis menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
keputusan petani dalam memroduksi jenis bahan olah karet yang dihasilkannya. Faktor-faktor yang diduga menjadi penentu dalam pengambilan keputusan petani
karet dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor sosial ekonomi dan faktor teknis. Penulis juga menganalisis jenis bahan olah karet mana yang lebih
menguntungkan petani karet di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung.
20
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Konsep Usahatani
Definisi usahatani menurut Bachtiar Rifai yang dikutip oleh Hernanto 1996 adalah organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada
produksi di lapangan pertanian. Tujuan akhir dari pengorganisasian ini menurut Soekartawi et al 1986 adalah untuk memaksimumkan keuntungan atau
meminimumkan biaya. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumber daya input dengan jumlah tertentu seefisien mungkin
untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Sedangkan yang disebut dengan konsep meminimumkan biaya adalah menekan biaya sekecil mungkin guna
mencapai jumlah produksi tertentu. Rahim dan Diah 2007 menyatakan bahwa usahatani merupakan ilmu
yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih dan pestisida dengan efektif,
efisien dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatannya meningkat. Dikatakan efisien bila petani dapat mengalokasikan
sumberdaya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya dan dikatakan efektif bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran output.
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga
usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin Suratiyah 2009. Hal di atas juga sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Patong 1973 yang
menyebutkan bahwa pengelolaan usahatani bukan hanya mengemukakan tentang bagaimana cara mendapatkan produksi yang maksimum dari semua cabang
usahatani yang diusahakan, akan tetapi juga bagaimana mempertinggi pendapatan
dari satu cabang usahatani.
21
3.2. Biaya Usahatani