Derajat pengembangan produk Formulasi cookies jagung

97 kekerasan. Rekapitulasi data karakteristik fisik cookies jagung dapat dilihat pada Tabel 34. Data analisis cookies jagung dapat dilihat pada Lampiran 16. Tabel 34 Hasil analisis fisik cookies jagung Analisis fisik Nilai Rendemen 88.98 Derajat pengembangan 159.42 Warna chromameter L 68.82 a 10.96 b 48.13 ºHue 77.20 Kerenyahan gf 2239.39 Kekerasan gf 3054.05 Densitas kamba gml 1.20 Aktivitas air 0.41

a. Rendemen cookies

Pengujian rendemen dilakukan dengan membandingkan berat produk cookies jagung yang dihasilkan dengan berat adonan awal. Data menunjukkan bahwa nilai rendemen cookies jagung sebesar 88.98 dari berat adonan awal. Menurunnya berat produk bila dibandingkan dengan adonan awal disebabkan adanya sebagian adonan yang tidak tercetak sehingga adonan tersebut tidak ikut dipanggang. Selain itu, penguapan air saat pemanggangan menyebabkan penurunan bobot cookies jagung.

b. Derajat pengembangan produk

Nilai pengembangan produk diperoleh dengan membandingkan ketebalan dan lebar produk cookies jagung dengan ketebalan dan lebar adonan awalnya dengan menggunakan jangka sorong. Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata derajat pengembangan produk cookies jagung sebesar 159.42. Pengembangan cookies jagung tergolong cukup besar. Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan 98 pengembangan cookies jagung yaitu proporsi lemak dan gula dan penambahan pengembang soda kue. Pengembangan cookies jagung pun disebabkan oleh proporsi penambahan gula dan lemak tinggi dalam formula. Proporsi penambahan lemak dan gula dalam formula cookies cukup mempengaruhi ikatan pengembangan gluten. Cookies yang dibuat dengan metode wire-cut dengan kandungan lemak dan gula tinggi memiliki viskositas yang rendah. Viskositas yang rendah tersebut menyebabkan cookies melebar dengan cepat Fustier et al. 2009. Pengembangan terjadi akibat larutnya gula-gula selama pemanggangan sehingga menyebabkan cookies melebar. Bahan pengembang dalam pembuatan cookies jagung ini adalah soda kue. Hasil tersebut menandakan bahwa pengembang yang digunakan dalam pembuatan cookies memiliki kualitas yang cukup baik dalam menghasilkan gas selama pengembangan. Nilai pengembangan yang cukup besar pun menandakan kemampuan protein dalam jagung cukup baik dalam membentuk matriks dengan pati jagung yang dapat menahan keluarnya gas yang dihasilkan oleh bahan pengembang Pratiwi 2008. Gas CO 2 yang diproduksi oleh bahan pengembang dan evaporasi air cookies mengalami pengembangan lebar dan tinggi cookies di awal pemanggangan. Cookies terlihat gagal mengembang mengempis di akhir pemanggangan karena struktur gluten dalam tepung yang terkandung dalam cookies lebih mendukung pembentukan film 2 dimensi yang menyebabkan pengempisan dibandingkan pembentukan ikatan film 3 dimensi Hadinezhad dan Butler 2009. Penampakan cookies jagung sebelum dan sesudah pemanggangan dapat dilihat pada Gambar 25. Gambar 25 Penampakan cookies jagung sebelum kiri dan sesudah kanan pemanggangan 99 Jika dibandingkan dengan derajat pengembangan cookies reference 172.03, maka pengembangan cookies jagung masih lebih rendah 159.42. Hal tersebut disebabkan oleh kandungan gluten pada terigu yang lebih besar dibandingkan kandungan gluten tepung jagung. Kandungan gluten 1 sedangkan gluten terigu sekitar 10 Suarni dan Patong 2002; Suarni dan Zakir 2002. Jaringan gluten memiliki kemampuan untuk mengembang bila berikatan dengan air. Hal tersebut menyebabkan pengembangan cookies reference lebih besar dibandingkan dengan cookies jagung. Derajat pengembangan berpengaruh terhadap tekstur produk. Produk yang lebih mengembang akan memiliki tekstur yang lebih renyah.

c. Warna