Perbandingan cookies jagung dengan produk reference

89 akan menghasilkan cookies yang lembut, tetapi struktur di dalamnya tidak sebaik menggunakan seluruh telur Matz 1978 diacu dalam Sitanggang 2008. Dengan kata lain, seharusnya cookies jagung memiliki warna, rasa, dan tekstur sandiness yang lebih baik dibandingkan dengan biskuit jagung. Alasan penggunaan telur utuh yang digunakan dalam formula dilihat juga dari pertimbangan segi ekonomi. Penggunaan kuning telur tanpa putih telur tidak aplikatif karena memisahkan telur putih akan menambah waktu dan energi dalam industri pangan. Jika dibandingkan dengan pembuatan biskuit jagung yang menggunakan CMC dan air yang meningkatkan biaya produksi maka cookies jagung dinilai lebih ekonomis karena dibuat tanpa penambahan air dan CMC. CMC carboxymethyl cellulose digunakan dalam produk pangan sebagai pengatur viskositas atau kekentalan dan penstabil emulsi khususnya dalam industi es krim Wikipedia 2010. Penstabil emulsi yang digunakan dalam pembuatan cookies jagung adalah telur. Penggunaan telur menekan penggunaan CMC sehingga dapat menurunkan biaya produksi.

1.4 Perbandingan cookies jagung dengan produk reference

Formula cookies jagung yang telah terpilih selanjutnya diuji secara organoleptik dengan produk reference yang terbuat dari terigu 100. Hal tersebut bertujuan untuk melihat daya terima konsumen terhadap masing-masing produk. Formula yang digunakan pada cookies reference adalah sama dengan cookies jagung kecuali pada tepung yang digunakan. Cookies reference terbuat dari 100 terigu. Penampakan cookies reference dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar 23 Penampakan cookies reference kiri dan cookies jagung kanan 90 Hasil analisis cookies reference dapat dilihat pada Tabel 31. Kedua produk memiliki tekstur yang cukup berbeda. Hal ini terlihat dari nilai kerenyahan yang berbeda ketika diukur dengan instrumen texture analyzer. Cookies jagung memiliki nilai kerenyahan sebesar 2239.39 gf, sedangkan cookies reference memiliki nilai kerenyahan yang lebih kecil yaitu 1525.69 gf. Hal ini menandakan bahwa cookies reference memiliki kerenyahan yang lebih tinggi dan kekerasan yang lebih rendah. Cookies jagung yang memiliki tesktur yang cukup berbeda dengan cookies reference, ternyata menghasilkan skor kesukaan yang tidak berbeda nyata dengan cookies reference. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan uji T yang diperoleh. Hasil statistik uji T kedua produk dapat dilihat pada Lampiran 14. Tabel 31 Hasil analisis cookies reference Parameter Nilai Satuan Kerenyahan 1525.69 gf Kekerasan 1968.14 gf Pengembangan 172.03 Densitas kamba 0.86 gml Uji yang digunakan adalah rating hedonik. Hasil uji organoleptik rating hedonik dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 24 menunjukkan bahwa cookies yang terbuat dari terigu dengan formula yang sama memperoleh nilai kesukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan cookies jagung. 91 Gambar 24 Hasil uji organoleptik cookies jagung dan produk reference Pengolahan data uji rating hedonik dilakukan dengan menggunakan uji t yang terdapat pada Microsoft Excel. Hasil uji t menunjukkan P T=t two-tail sebesar 0.1513 lebih besar dari taraf signifikan yang digunakan 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kesukaan panelis terhadap kedua sampel tidak berbeda secara nyata pada taraf signifikan 5. Uji T dilakukan untuk melihat perbedaan untuk dua sampel. Skor kesukaan cookies terigu lebih tinggi akibat sifatnya yang lebih lembut yang disebabkan oleh kandungan gluten yang lebih tinggi. Kadar gluten tepung jagung yang 1 menunjukkan tepung tersebut lebih sesuai untuk membuat kue kering dan sejenisnya. Kadar gluten terigu pada umumnya di atas 10 sehingga mempunyai sifat mengembang yang diperlukan dalam pembuatan dan pembakaran adonan rerotian, cake dan sejenisnya Suarni dan Patong 2002; Suarni dan Zakir 2002. Sifat mengembang menghasilkan produk yang lembut dan renyah. 2 Analisis cookies jagung

2.1 Analisis kimia cookies jagung