Keterangan : 1 jenis vaksin, 2 nama doketer hewan 3 tanggal pemberian vaksin
Gambar 14 Kartu kendali musang luwak.
5.1.5 Pengelolaan reproduksi
Pengelolaan reproduksi yang dilakukan penangkaran CV Kopi Luwak Indonesia belum menghasilkan keturunan. Pengelolaan reproduksi yang dilakukan
meliputi penentuan pasangan, pemilihan waktu reproduksi dan proses reproduksi.
5.1.5.1 Penentuan pasangan
Penentuan pasangan dalam pengelolaan reproduksi dimulai dengan menentukan musang luwak jantan dan betina. Jenis kelamin antara jantan dan
betina pada musang luwak dapat dilihat berdasarkan ukuran tubuh dan alat reproduksinya. Ukuran tubuh musang luwak jantan umumnya lebih besar
dibanding betina. Pada musang luwak betina terdapat delapan puting susu yang lebih terlihat dibanding jantan. Pada musang luwak juga dapat ditentukan melalui
pengamatan terhadap bentuk saluran pembuangan kotoran vulva yang terletak di bawah perut Gambar 15. Musang luwak betina hanya memiliki vulva di pangkal
ekornya sedangkan pada musang luwak jantan terdapat tonjolan di depan vulva.
a b
Gambar 15 Bagian vulva pada musang luwak : a jantan, b betina.
1 2
3
Nisbah kelamin sex ratio antara musang luwak jantan dan betina adalah 1:1. Alasan memilih perbandingan 1:1 adalah agar musang luwak tersebut merasa
cocok dengan pasangan yang diberikan. Usia musang luwak jantan dan betina adalah dua tahun. Breeding age dari musang luwak adalah diatas satu tahun
sehingga usia yang digunakan sudah sesuai dengan breeding age musang luwak.
5.1.5.2 Pemilihan waktu reproduksi
Pemilihan waktu reproduksi di penangkaran dilakukan pada bulan Oktober yang disesuaikan dengan musim kawin musang luwak SCTAG 2010.
Pengelolaan reproduksi musang luwak dilakukan pada malam hari oleh pengelola sebab musang luwak merupakan satwa nokturnal yang sebagian besar aktivitasnya
dilakukan pada malam hari. Walaupun demikian musang luwak pernah terlihat melakukan kawin mating di bulan Maret pada waktu siang Borah Deka
2011. Waktu kawin tersebut menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan pengelolaan reproduksi dapat dilakukan sepanjang tahun.
Pada habitat alaminya reproduksi musang luwak dapat dipengaruhi oleh faktor pakan dan pasangan, namun pada penangkaran pemberian pakan sudah
diatur oleh pengelola. Pasangan musang luwak juga sudah diatur oleh pengelola
sehingga usaha reproduksi musang luwak dapat dilakukan. 5.1.5.3 Proses reproduksi
Proses reproduksi yang dilakukan yaitu memasukkan kedua musang luwak tersebut dalam satu kandang yang terdapat sekat khusus dalam kandang tersebut.
Kandang yang digunakan adalah kandang karantina. Tujuan dari penggunaan sekat adalah agar musang luwak saling beradaptasi dengan pasangannya sehingga
tidak saling melukai. Proses adaptasi ini memakan waktu tiga sampai lima hari. Setelah proses adaptasi maka sekat tersebut diambil sehingga musang luwak dapat
saling bergabung. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa musang luwak tersebut saling menyerang dan melukai pasangannya.
Tingkah laku saling menyerang pada musang luwak menunjukkan bahwa pasangan tersebut tidak cocok antara satu dengan lainnya. Musang luwak juga
merupakan satwa soliter yang hidupnya tidak berkelompok terhadap sejenisnya. Perlu ada pergantian pasangan agar musang luwak tersebut dapat memilih
pasangan yang cocok. Masy’ud et al. 2011 menyatakan bahwa proses reproduksi
pada satwa dipengaruhi oleh kandang, suhu, kecocokan pasangan, breeding age, sex ratio, musim kawin dan pakan.
Kecocokan pada pasangan tergantung pada masa pubertas dari pasangan satwa tersebut. Satwa pada masa pubertas umumnya memiliki tanda-tanda birahi
dan tingkah laku kawin sehingga memudahkan dalam proses reproduksinya Wodzicka-Tomaszewska et al. 1991. Musang luwak hanya memiliki dua hari
masa birahi sehingga tidak tepat dalam proses reproduksinya dapat beresiko saling menyerang dan melukai Panggabean 2011.
Faktor lain yang mempengaruhi proses reproduksi adalah kandang. Penangkaran ini belum terdapat kandang khusus reproduksi. Kandang reproduksi
memiki fungsi sebagai tempat musang luwak berkembangbiak. Kandang reproduksi sebaiknya sesuai dengan tempat reproduksi musang luwak tersebut di
habitat alaminya. Borah dan Deka 2011 menyatakan bahwa pada habitat alaminya musang luwak melakukan mating di dahan setinggi 35- 45 kaki di atas
permukaan tanah. Vegetasi yang digunakan musang luwak untuk kawin adalah bambu Bambusa bambusa dan mangga Mangifera indica sehingga kedua jenis
vegetasi ini dapat digunakan sebagai pengkayaan kandang reproduksi.
5.2 Konsumsi dan Palatabilitas Kopi Arabika
5.2.1 Konsumsi kopi arabika
Musang luwak diberikan pakan berupa pisang 200 gindividu, ayam 100 gindividu dan kopi arabika 2000 gindividu dalam satu hari. Pakan pisang dan
ayam selalu habis dikonsumsi namun kopi arabika memiliki sisa. Hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan selama tujuh hari menunjukkan
bahwa rata-rata konsumsi kopi arabika sebesar 306 gindividuhari Tabel 14. Hasil uji t dua sampel menunjukkan bahwa nilai –
t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel -2,17 ≤ 1,49 ≤ 2,17. Hasil uji ini berarti bahwa tidak ada perbedaan antara tingkat
konsumsi musang luwak jantan dan betina.