Kondisi Biotik Kondisi Ekonomi Masyarakat

4.3.2 Sarana penangkaran

Penangkaran musang luwak CV Kopi Luwak Indonesia memiliki sarana bangunan kantor yang menyatu dengan pabrik kopi dan tempat tinggal karyawan. Selain itu terdapat lahan penjemuran kopi, tempat parkir, papan informasi, sumber air, serta kandang musang luwak.

4.4 Kondisi Biotik

Vegetasi yang terdapat di penangkaran adalah kopi arabika Coffea arabica, pisang Musa spp. dan kayu putih Mellalauca leucadendron. Selain musang luwak satwa yang terdapat di sekitar penangkaran adalah burung walet Caloccelia linchi, kucing rumah Fellix domesticus dan bajing kelapa Callosciurus notatus.

4.5 Kondisi Ekonomi Masyarakat

Masyarakat Kampung Kiarasanding pada umumnya sebagian besar berprofesi sebagai petani sayuran, namun seiring berjalannya waktu maka banyak masyarakat yang beralih profesi menjadi petani kopi. Dengan berdirinya CV Kopi Luwak Indonesia maka masyarakat mulai menangkarkan musang luwak secara mandiri namun tetap dibawah naungan perusahaan ini. CV Kopi luwak Indonesia juga berpengaruh baik terhadap perekonomian masyarakat karena telah membantu dalam pembelajaran mengenai produksi kopi luwak di masyarakat.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Teknis Pengelolaan Penangkaran

Penangkaran CV Kopi Luwak Indonesia memiliki sistem pengelolaan intensif yang berarti seluruh aspek penangkaran diatur oleh pengelola. Aspek yang diatur oleh pengelola di penangkaran musang luwak ini yaitu:

5.1.1 Bibit

5.1.1.1 Sumber dan jumlah bibit

Sumber bibit musang luwak di penangkaran berasal dari hasil penangkapan di alam yang diperoleh melalui pembelian dari pengumpul bibit di daerah Pangalengan dan sekitarnya. Daerah yang menjadi penyedia bibit luwak meliputi Majalengka, Cililin, Cisewu dan Ciwidey. Selain itu bibit juga diperoleh dari para petani kopi luwak yang bekerja di CV Kopi Luwak Indonesia. Sampai saat ini belum ada laporan mengenai populasi musang luwak di daerah Pangalengan dan sekitarnya. Penangkaran ini memiliki dua sistem penangkaran yaitu inti dan plasma. Penangkaran inti mengelola 20 individu bibit musang luwak. Adapun satu unit penangkaran plasma mengelola 5 individu musang luwak sehingga pada CV Kopi Luwak Indonesia dengan dua puluh plasma maka membutuhkan bibit sebanyak 100 individu. Pengadaan bibit musang luwak perlu menjadi perhatian terkait banyaknya jumlah bibit yang diperlukan, oleh karena itu diperlukan adanya jaminan keberlanjutan kehidupan musang luwak yang ditangkarkan. Apabila musang luwak dapat hidup lebih lama maka kemungkinan penangkapan bibit di alam akan lebih kecil. Diharapkan dalam jangka panjang sumber bibit ini harus berasal dari hasil penangkaran sehingga dapat mengurangi jumlah penangkapan dari alam. Terkait dengan sejarah penangkaran, pada awalnya bibit yang ditangkarkan hanya berjumlah tiga ekor dan diletakkan pada kandang non permanen. Bibit tersebut mati karena sakit sehingga pengelola melakukan upaya penyesuaian bibit terhadap kondisi kandang. Penangkaran ini belum memiliki catatan jumlah bibit per tahun. Jumlah bibit yang dibeli tergantung kebutuhan dan