Aktivitas harian Data pemanfaatan satwa

Data palatabilitas dianalisis dengan kuantitatif yaitu dengan melihat hasil pengukuran konsumsi kopi arabika dari musang luwak. Tingkat palatabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus : P = g0 − g1 g0 × 100 Keterangan : P = palatabilitas g0 = berat kopi arabika awal g g1 = berat kopi arabika sisa g

3.5.2 Aktivitas harian

Aktivitas harian satwa dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan menguraikan hasil pengamatan terhadap musang luwak. Data yang disajikan dapat berupa tabel, gambar atau grafik. Analisis perhitungan hasil pengolahan data mengenai aktivitas harian untuk mengetahui persentasi aktivitas harian dengan menggunakan persamaan matematika Martin Bateson 1993: Persentase aktivitas = � � x 100 Keterangan : X = lama aktivitas menit Y = Total lama pengamatan menit Ada tidaknya perbedaan aktivitas harian antara musang luwak jantan dan betina dapat diketahui melalui uji chi kuadrat. Tujuan digunakannya uji chi kuadrat adalah untuk menguji perbedaan proporsipersentase antara beberapa kelompok data. Hipotesis H yaitu tidak ada perbedaan antara aktivitas harian musang luwak jantan dengan betina. Hipotesis H 1 adalah ada perbedaan antara aktivitas harian musang luwak jantan dengan betina. Untuk menguji hipotesis tersebut serta untuk pengambilan keputusan digunakan rumus sebagai berikut Nurgiyantoro et al. 2009: � 2 = � � � − � � 2 � � � � Keterangan : X² = Nilai hitung O i = Frekuensi teramati e i = Frekuensi harapan X 2 α = Nilai tabel Db = Derajat bebas Jika X² X 2 α, maka tolak H ; Jika X² ≤ X 2 α, maka terima H

3.5.3 Data pemanfaatan satwa

Data tentang pemanfaatan musang luwak dianilisis dengan cara deskriptif yaitu menguraikan aspek- aspek yang terkait dalam hasil yang dimanfaatkan serta teknis dari pemanenannya. Data yang disajikan dapat berupa data kuantitatif dan kualitatif yang ditampilkan dalam bentuk grafik, tabel serta dokumentasi. Produksi kopi yang dihasilkan musang luwak per individu dapat diketahui melalui tahapan sebagai berikut : 1. Menimbang berat buah kopi arabika yang akan dikonsumsi oleh musang luwak 2. Menimbang kembali biji kopi arabika yang sudah dicerna oleh musang luwak sehingga diperoleh berat basah biji kopi 3. Menjemur biji kopi tersebut sehingga diperoleh produk kering dan menimbang kembali sehingga diperoleh berat kering biji kopi. Total produksi kopi luwak di penangkaran dapat dihitung dengan rumus: Total produksi kopi luwak = berat biji kopi x jumlah musang luwak x total hari Total pendapatan = Total produksi kopi luwak x harga jual Total keuntungan = Total pendapatan – total biaya pemeliharaan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Penangkaran

Penangkaran musang luwak CV Kopi Luwak Indonesia berdiri pada tahun 2009. Penangkaran ini bermula dari keinginan pengelola dalam memproduksi kopi luwak yang sebelumnya dari tahun 2004 hanya memproduksi kopi reguler. Pada awalnya musang luwak yang ditangkarkan berjumlah tiga ekor. Kandang yang digunakan masih menggunakan kandang nonpermanen. Seiring berjalannya waktu penangkaran ini mengalami perkembangan dan menjalin kerjasama dengan PT Ryowa Internasional. Tahun 2011 mulai dibuat kandang permanen bagi musang luwak. Musang luwak yang ditangkarkan juga lebih banyak yaitu berjumlah dua puluh ekor. CV Kopi luwak Indonesia bekerjasama dan berhubungan langsung dengan para petani kopi di lapangan. Perusahaan ini mengerjakan sendiri kegiatan produksi mulai dari mengumpulkan, menyeleksi dan memproses sesuai dengan Standart Operating Prosedur. Perusahaan ini telah memiliki Sertifikasi khusus dan telah lolos uji standar mutu keaslian Kopi Luwak dari Sucofindo Certificate Laboratory No.153722Tahun 2011 serta Sertifikat Badan Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia No.05XIIPP2009 di Jember, Izin Dinas Kesehatan Nomor : 6013273010210 Tahun 2011 dan Sertifikat Halal Lembaga MUI No : 0117300170907 Tahun 2011.

4.2 Organisasi Penangkaran

CV Kopi Luwak Indonesia dikembangkan dengan sistem atau pola inti rakyat yang terdiri dari penangkaran inti dan plasma. Penangkaran inti merupakan penangkaran yang langsung dikelola oleh kepala penangkaran sedangkan plasma adalah penangkaran yang dikelola oleh masyarakat namun tetap dibawah naungan kepala penangkaran. Struktur organisasi penangkaran CV Kopi Luwak Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.