pada satwa dipengaruhi oleh kandang, suhu, kecocokan pasangan, breeding age, sex ratio, musim kawin dan pakan.
Kecocokan pada pasangan tergantung pada masa pubertas dari pasangan satwa tersebut. Satwa pada masa pubertas umumnya memiliki tanda-tanda birahi
dan tingkah laku kawin sehingga memudahkan dalam proses reproduksinya Wodzicka-Tomaszewska et al. 1991. Musang luwak hanya memiliki dua hari
masa birahi sehingga tidak tepat dalam proses reproduksinya dapat beresiko saling menyerang dan melukai Panggabean 2011.
Faktor lain yang mempengaruhi proses reproduksi adalah kandang. Penangkaran ini belum terdapat kandang khusus reproduksi. Kandang reproduksi
memiki fungsi sebagai tempat musang luwak berkembangbiak. Kandang reproduksi sebaiknya sesuai dengan tempat reproduksi musang luwak tersebut di
habitat alaminya. Borah dan Deka 2011 menyatakan bahwa pada habitat alaminya musang luwak melakukan mating di dahan setinggi 35- 45 kaki di atas
permukaan tanah. Vegetasi yang digunakan musang luwak untuk kawin adalah bambu Bambusa bambusa dan mangga Mangifera indica sehingga kedua jenis
vegetasi ini dapat digunakan sebagai pengkayaan kandang reproduksi.
5.2 Konsumsi dan Palatabilitas Kopi Arabika
5.2.1 Konsumsi kopi arabika
Musang luwak diberikan pakan berupa pisang 200 gindividu, ayam 100 gindividu dan kopi arabika 2000 gindividu dalam satu hari. Pakan pisang dan
ayam selalu habis dikonsumsi namun kopi arabika memiliki sisa. Hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan selama tujuh hari menunjukkan
bahwa rata-rata konsumsi kopi arabika sebesar 306 gindividuhari Tabel 14. Hasil uji t dua sampel menunjukkan bahwa nilai –
t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel -2,17 ≤ 1,49 ≤ 2,17. Hasil uji ini berarti bahwa tidak ada perbedaan antara tingkat
konsumsi musang luwak jantan dan betina.
Tabel 14 Konsumsi kopi arabika pada musang luwak di penangkaran gindividuhari
Hari Jenis kelamin
Rata-rata Jantan
Betina 1
283 299
291 2
305 264
285 3
350 300
325 4
336 312
324 5
312 347
330 6
331 277
304 7
295 280
288 Rata-rata
316 297
306
Tingkat konsumsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi kopi arabika. Semakin banyak kopi yang dikonsumsi maka semakin
besar kemungkinan memproduksi kopi luwak lebih banyak. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsumsi kopi arabika pada musang luwak adalah
dengan memberikan pakan yang memiliki kecernaan rendah dan tidak memenuhi ruang dalam lambung. Parakkasi 1995 menyatakan bahwa bahan makanan yang
voluminous dengan kecernaan rendah akan mengurangi konsumsi sehingga tidak ada ruang di lambung untuk memasukkan bahan makanan yang baru.
Pakan yang diberikan sebelum pemberian kopi arabika adalah ayam sebesar 100 g. Takaran ini tidak dilebihkan agar musang luwak tidak terlalu
kenyang. Pemberian ayam yang melebihi takaran akan menyebabkan rasa kenyang pada musang luwak. Daging ayam memiliki kandungan lemak kasar
sebesar 1,46 Triyantini 2007. Lemak dapat menyebabkan rasa kenyang di lambung sehingga akan mengurangi konsumsi pakan lainnya Parakkasi 1995.
Jadwal pemberian ayam sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan pisang pada siang hari. Pisang merupakan buah yang mudah dicerna sehingga tidak
memenuhi lambung dari musang luwak. Pertukaran jadwal ini bertujuan agar musang luwak tidak terlalu kenyang dan dapat mengkonsumsi kopi arabika lebih
banyak.
5.2.2 Palatabilitas kopi arabika