keuntungan bila nilai tukar mata uang domestik menguat pada saat hutang jatuh tempo.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat hedging yang menguntungkan adalah, perusahaan dapat mengubah kondisi ketidakpastian yang
dihadapi menjadi kondisi yang lebih pasti, karena dengan melakukan hedging maka risiko fluktuasi mata uang telah dialihkan kepada pihak lain, dalam hal ini
adalah pihak yang menjual hedging kontrak. Hedging merupakan suatu perlindungan terhadap gerakan yang
berlawanan dari nilai tukar. Hedging, dengan demikian adalah suatu bentuk jaminan yang membantu untuk mengurangi risiko kerugian.Hedging sangat
bermanfaat bagi perusahaan atau negara yang beroperasi dan sering bertransaksi menggunakan suku bunga atau nilai tukar. Menghadapi suku bunga yang
cenderung naik dan nilai tukar berfluktuatif, kebutuhan hedging juga dirasakan semakin besar, khususnya bagi perusahaan yang kerap melakukan ekspor dan
impor.
2.1.4. Perlu atau Tidaknya Melakukan Hedging
Setiap perusahaan yang melakukan transaksi internasional tentu akan mempunyai penerimaan receivable dan pengeluaran payable dalam berbagai
valas. Untuk menentukan apakah perlu dilakukan hedging atau tidak atas receivable atau payable dalam suatu valas, yang pelu diperhatikan adalah
fluktuasi apresiasi depresiasi valas tersebut berdasarkan matriks di bawah ini : Tabel 1 Matriks keputusan hedging
Hedging Valas Foreign Exchange
Apresiasi FRSR Depresiasi FRSR
Receivable inflow Tidak Perlu -
Perlu - Payable outflow
Perlu + Tidak Perlu +
Matriks di atas menjelaskan bahwa bila perusahaan memiliki receivable dalam suatu valas yang akan apresiasi Forward Rate Spot Rate, hedging tidak
perlu dilakukan. Sebaliknya jika valas tersebut akan depresiasi Forward Rate Spot Rate, hedging perlu dilakukan.
Sumber : Eiteman et al, 2003
Dan bila perusahaan memiliki payable dalam suatu valas yang akan apresiasi Forward Rate Spot Rate, maka hedging perlu dilakukan. Sebaliknya
jika valas tersebut depresiasi Forward Rate Spot Rate, maka hedging tidak perlu dilakukan.
2.1.5. Motif Hedging
Tufano 1996, menguraikan teori-teori motif hedging oleh perusahaan menjadi dua kelompok, yaitu 1 kelompok teori motivasi hedging yang
berdasarkan pada paradigma maksimisasi kekayaan pemegang saham shareholders wealth maximization, dan 2 kelompok teori motivasi hedging
yang berdasarkan pada paradigma maksimisasi utilitas manajer managers utility maximization.
Teori-teori motif hedging yang termasuk dalam paradigma pertama adalah : 1 hipotesis insentif atau penghematan pajak, 2 hipotesis pengurangan biaya-
biaya transaksi yang berkaitan dengan risiko kepailitan, 3 hipotesis peningkatan debt capacity yang juga meningkatkan debt-tax shield dan 4 hipotesis
pengurangan permasalahan under-investment dan asset substitution sehubungan dengan agency problem antara pemegang saham dan kreditur. Sedangkan teori-
teori motif hedging yang termasuk di dalam kelompok paradigma managers utility maximization adalah : 1 hipotesis perilaku risk aversion dari manajer yang
kekayaannya tidak well-diversified, dan 2 hipotesis signaling reputasi, kemampuan dan kompetensi manajer.
Meskipun penelitian-penelitian empiris memberikan hasil yang beragam, namun secara umum dapat dikatakan bahwa kebijakan hedging perusahaan lebih
dimotivasi oleh keinginan untuk memaksimumkan kekayaaan pemegang saham shareholder wealth maximization daripada memaksimumkan utilitas manajer.
Dengan demikian diperlukan penelitian untuk menganalisis apakah perusahaan yang melakukan hedging memiliki nilai pemegang saham yang lebih tinggi
daripada perusahaan yang tidak melakukan hedging. Hal ini sangat krusial di dalam membuktikan relevansi nilai dari kebijakan hedging perusahaan.
Allayanis dan Weston 2001 adalah satu-satunya peneliti yang melakukan investigasi secara empiris mengenai pengaruh kebijakan hedging perusahaan
terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari 720 perusahaan