Estimasi Model Model Estimation Respesifikasi Model Respesification

c. Root Mean Square Error RMSR

RMSR merupakan residu rata-rata antar matriks kovarianskorelasi teramati dan hasil estimasi. Nilai RMSR 0,05 adalah good fit.

d. Root Mean Square Error Of Approximation RMSEA

RMSEA merupakan ukuran rata-rata perbedaan per degree of freedom yang diharapkan dalam populasi. Nilai RMSEA 0,08 adalah good fit, sedangkan Nilai RMSEA 0,05 adalah close fit.

e. Expected Cross-Validation Index ECVI

Ukuran ECVI merupakan nilai pendekatan uji kecocokan suatu model apabila diterapkan pada data lain validasi silang. Nilainya didasarkan pada perbandingan antarmodel. Semakin kecil nilai, semakin baik.

f. Non-Centrality Parameter NCP

NCP dinyatakan dalam bentuk spesifikasi ulang Chi-square. Penilaian didasarkan atas perbandingan dengan model lain. Semakin kecil nilai, semakin baik. 2 Ukuran kecocokan incremental incrementalrelative fit measures, yaitu ukuran kecocokan model secara relatif, digunakan untuk perbandingan model yang diusulkan dengan model dasar yang digunakan oleh peneliti. Uji kecocokan tersebut meliputi:

a. Adjusted Goodness-Of-Fit Index AGFI

Ukuran AGFI merupakan modifikasi dari GFI dengan mengakomodasi degree of freedom model dengan model lain yang dibandingkan. AGFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedangkan 0,8 ≤ AGFI 0,9 adalah marginal fit.

b. Tucker-Lewis Index TLI

Ukuran TLI disebut juga dengan non normed fit index NNFI. Ukuran ini merupakan ukuran untuk pembandingan antarmodel yang mempertimbangkan banyaknya koefisien di dalam model. TLI ≥ 0,9 adalah good fit, sedangkan 0,8 ≤ TLI 0,9 adalah marginal fit.

c. Normed Fit Index NFI

Nilai NFI merupakan besarnya ketidakcocokan antara model target dan model dasar. Nilai NFI berkisar antara 0 – 1. NFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedangkan 0,8 ≤ NFI 0,9 adalah marginal fit.

d. Incremental Fit Index IFI

Nilai IFI berkisar antara 0 – 1. IFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedangkan 0,8 ≤ IFI 0,9 adalah marginal fit.

e. Comparative Fit Index CFI

Nilai CFI berkisar antara 0 – 1. CFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedangkan 0,8 ≤ CFI 0,9 adalah marginal fit.

f. Relative Fit Index RFI

Nilai RFI berkisar antara 0 – 1. RFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedangkan 0,8 ≤ RFI 0,9 adalah marginal fit. 3 Ukuran kecocokan parsimoni parsimoniousadjusted fit measures, yaitu ukuran kecocokan yang mempertimbangkan banyaknya koefisien didalam model. Uji kecocokan tersebut meliputi:

a. Parsimonious Normed Fit Index PNFI

Nilai PNFI yang tinggi menunjukkan kecocokan yang lebih baik. PNFI hanya digunakan untuk perbandingan model alternatif.

b. Parsimonious Goodness-Of-Fit Index PGFI

Nilai PGFI merupakan modifikasi dari GFI, dimana nilai yang tinggi menunjukkan model lebih baik digunakan untuk perbandingan antarmodel.

c. Akaike Information Criterion AIC

Nilai positif lebih kecil menunjukkan parsimoni lebih baik digunakan untuk perbandingan antarmodel.

d. Consistent Akaike Information Criterion CAIC

Nilai positif lebih kecil menunjukkan parsimoni lebih baik digunakan untuk perbandingan antarmodel.

e. Criteria N CN

Estimasi ukuran sampel yang mencukupi untuk menghasilkan adequate model fit untuk Chi-squared. Nilai CN 200 menunjukkan bahwa sebuah model cukup mewakili sampel data. Setelah evaluasi terhadap kecocokan keseluruhan model, langkah berikutnya adalah memeriksa kecocokan model pengukuran dilakukan terhadap masing-masing konstrak laten yang ada didalam model. Pemeriksaan terhadap konstrak laten dilakukan terkait dengan pengukuran konstrak laten oleh variabel manifest indikator. Evaluasi ini didapatkan ukuran kecocokan pengukuran yang baik apabila: 1. Nilai t-statistik muatan faktornya faktor loading-nya lebih besar dari 1,96 t-tabel. 2. Standardized faktor loading completely standardized solution LAMBDA ≥0,5 . Setelah evaluasi terhadap kecocokan pengukuran model, langkah berikutnya adalah memeriksa kecocokan model struktural. Evaluasi model struktural berkaitan dengan pengujian hubungan antarvariabel yang sebelumnya dihipotesiskan. Evaluasi menghasilkan hasil yang baik apabila: 1. Koefisien hubungan antarvariabel tersebut signifikan secara statistik t- statistik ≥ 1,96. 2. Nilai koefisien determinasi R 2 mendekati 1. Nilai R 2 menjelaskan seberapa besar variabel eksogen yang dihipotesiskan dalam persamaan mampu menerangkan variabel endogen.

5. Respesifikasi Model Respesification

Apabila model yang dihipotesiskan belum mencapai model yang fit, maka peneliti bisa melakukan respesifikasi model untuk mencapai nilai fit yang baik. Oleh karena itu, pendekatan teori yang benar ketika melakukan repesifikasi model ini dibutuhkan. Software LISREL juga menyediakan output modifikasi model yang membantu proses respesifikasi model dalam hal meningkatkan fit dari suatu model. Modifikasi dilakukan dengan membuang atau menambah hubungan di antara variabel di dalam model SEM. Menurut Hair et al. 1998 ada 3 strategi pemodelan yang dapat dipilih dalam SEM, yaitu : a. Strategi Pemodelan Konfirmatori Confirmatory Modelling Strategy Pada strategi ini diformulasikan atau dispesifikasikan satu model tunggal, kemudian dilakukan pengumpulan data empiris untuk diuji signifikansinya. Pengujian ini akan menghasilkan suatu penerimaan atau penolakan terhadap model tersebut. Strategi ini tidak memerlukan respesifikasi. b. Strategi Kompetisi Model Competing Models Strategy Pada strategi ini beberapa model alternatif dispesifikasikan dan berdasarkan analisis terhadap satu kelompok data empiris dipilih salah satu model yang paling sesuai. Pada strategi ini respesifikasi hanya diperlukan jika model-model alternatif dikembangkan dari beberapa model yang ada. c. Strategi Pengembangan Model Model Development Strategy Pada strategi pemodelan ini suatu model awal dispesifikasikan dan data empiris dikumpulkan. Jika model awal tersebut tidak cocok dengan data empiris yang ada, maka model dimodifikasi dan diuji kembali dengan data yang sama. Beberapa model dapat diuji dalam proses ini dengan tujuan untuk mencari satu model yang selain cocok dengan data secara baik, tetapi juga mempunyai sifat bahwa setiap parameternya dapat diartikan dengan baik. Respesifikasi terhadap model dapat dilakukan berdasarkan theory-driven atau data-driven, meskipun demikian respesifikasi berdasarkan theory driven lebih dianjurkan Hair et al 1998.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Aktifitas Hedging Sektor Primer dan Sekunder

Data penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan perusahaan selama lima tahun buku, yaitu sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Jenis data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel indikator penelitian. Tabel 5 Jenis industri perusahaan hedger dan jenis instrumen derivatif valuta asing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan hedger periode tahun 2007-2011 2007 2008 2009 2010 2011 TOTAL Hedger Non-Hedger Jumlah perusahaan 38 148 186 49 137 186 37 149 186 36 150 186 35 151 186 195 735 930 Hedger 25,68 35,77 24,83 24,00 23,18 26,53 Pengelompokkan hedger berdasarkan Industri Pertanian Pertambangan Industri dasar dan kimia Aneka industri Industri barang konsumsi Infrastruktur Perdagangan, dll 2 1 7 9 4 8 7 2 4 9 10 4 10 10 2 3 8 8 1 7 8 2 3 7 10 1 6 7 2 2 7 10 2 6 6 10 13 38 47 12 37 38 Pengelompokkan berdasarkan pemanfaatan instrumen derivatif Hanya forwards Hanya swaps Hanya options Forward Options Forward Swaps Swaps Options Ketiga jenis kontrak 6 24 1 3 3 1 13 28 2 2 3 1 9 20 2 4 2 12 16 2 3 3 10 15 1 3 3 3 50 103 4 12 16 10 Jumlah 38 49 37 36 35 195 Nilai nosional kontrak instrumen derivatif dalam ekuivalen US’000 Max Min Rata-rata Standar deviasi 432238,8 10 48442,17 90867,63 840615 10 59576,96 153485,81 758949 3,8 70480,41 181963,03 16671888 1,5 633214,48 298724,37 1991900,78 10 151675,78 413845,47 16671888 1,5 192995,24 1354743,58 Sumber: Data diolah, 2012 Berdasarkan data yang telah terkumpul, maka Tabel 5 Menampilkan aktifitas hedging perusahaan-perusahaan sampel selama tahun 2007-2011 yang dikelompokkan berdasarkan jenis instrumen derivatif yang dimanfaatkan dan sektor industri para hedger. Jumlah sampel adalah 930 observasi perusahaan- tahun firm-year observation. Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa instrumen derivatif valuta asing yang paling banyak digunakan adalah swap, dan kemudian diikuti oleh forwards dan option. Beberapa hedger menggunakan kombinasi dari ketiga instrumen derivatif valas tersebut, namun kombinasi swaps-option adalah yang paling sedikit digunakan. Disamping itu berdasarkan pengelompokkan industri, perusahaan- perusahaan hedger kebanyakan berasal dari sektor usaha Aneka Industri. Selama periode 2007-2011 terlihat bahwa setelah mengalami kenaikan di tahun 2008, jumlah perusahaan-perusahaan yang memiliki instrumen derivatif semakin menurun. Jumlah hedger meningkat dari 38 perusahaan di tahun 2007 menjadi 49 perusahaan di tahun 2008, namun kemudian menurun masing-masing menjadi 37, 36 dan akhirnya 35 perusahaan di tahun 2009, 2010 dan 2011. Diduga bahwa penurunan ini terutama disebabkan oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 2008 yang mengakibatkan terjadinya perubahan mendasar di sisi penawaran maupun sisi permintaan. Dari sisi penawaran, ketidakstabilan perekonomian Indonesia telah meningkatkan sovereign risk, sehingga forward premium meningkat, dan akibatnya biaya hedging hedging cost menjadi sangat mahal. Secara keseluruhan dari 930 observasi, 195 perusahaan dikelompokkan sebagai hedger sementara 735 perusahaan disebut non-hedger karena tidak melaporkan penggunaan instrumen derivatif dalam laporan keuangannya. Su Ta hedger d Perbedaan besarnya Export rat Tabel 6 Pe Variabel Export ratio Debt Equity Return on A Total Liabil Price Earnin Current Rat Market Valu Firm Size Dividend Yi Quick ratio Market Book Q-Tobin Return on E Price Sumber : Da Per lebih tingg internasion besarnya Ind umber : Dat Gambar 9 abel 6 menu dan non-he n yang sign 0.05. Varia tio, Total Li erbandingan o y ratio sset ity ng ratio tio ue eld k ratio Equity ata diolah,201 rbedaan da gi nilai rata nalisasi per utang peru dustri Barang Konsumsi 11 Infrast 21 Perdagan l 18 ta diolah, 20 9 Hedger be unjukkan p dger dalam nifikan dap abel yang te iability, PER n variabel a Hedg 0, 2, 7, 6790, 409, 155, 1379 8, 2, 1, 2, 1, 25, 7900, 2 lam tingkat a-ratanya da rusahaan hed usahaan he truktur 1 ngan,dl 012 erdasarkan s perbandinga m variabel pat dilihat d erlihat berb R, Current R ntara hedge Mean ger H No ,2470 ,2362 ,9857 ,2205 ,8821 ,3413 91,36 ,3711 ,4384 ,1627 ,7782 ,0266 ,6673 ,5282 t ekspor me aripada peru dger lebih t edger lebih Pertania 5 subsektor ta an rata-rata yang dig dari nilai p eda nyata se Ratio, Mark er dan non-h n n-Hedger NH 0,1637 1,9553 -7,7477 1949,6694 29,1250 316,2329 5361,2993 6,6525 4,9538 1,6225 2,1903 1,0526 -1,7797 4831,7088 enunjukkan usahaan non tinggi. Begit h tinggi da n Per Anek ahun 2007-2 mean an gunakan da p-value stat ecara statist ket Value, d hedger tahu Mea H H – N 0,08 0,28 15,73 48405 380,75 -160,89 8430,0 1,71 -2,51 -0,45 0,58 -0,02 27,44 3068,8 n bahwa per n-hedger. In tu juga deng ari non-hed rtambangan 3 Indus dan ka Industri 24 2011 ntara perusa alam penel tistik uji t tik yaitu var dan Firm Siz un 2007-201 an Difference NH p-v 8333 0, 8094 0, 3343 0, 5511 0, 5703 0, 9158 0, 0648 0, 1859 0, 1541 0, 5981 0, 8784 0, 2596 0, 4701 0, 8194 0, rusahaan he ni artinya tin gan liability dger. Sedan stri Dasar n Kimia 18 ahaan litian. yang riabel ze. 11 es value ,000 ,713 ,599 ,000 ,049 ,013 ,000 ,000 ,721 ,149 ,345 ,762 ,192 ,096 edger ngkat y atau ngkan

Dokumen yang terkait

INTRODUCTION THE IMPACT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON EARNINGS MANAGEMENT THROUGH REAL ACTIVITIES MANIPULATION (Empirical study of Merchandising Companies Listed on Indonesia Stock Exchange).

0 3 12

CONCLUSION AND LIMITATION THE IMPACT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON EARNINGS MANAGEMENT THROUGH REAL ACTIVITIES MANIPULATION (Empirical study of Merchandising Companies Listed on Indonesia Stock Exchange).

0 4 36

CONCLUSION AND LIMITATION THE IMPACT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON EARNINGS MANAGEMENT THROUGH REAL ACTIVITIES MANIPULATION (Empirical study of Merchandising Companies Listed on Indonesia Stock Exchange).

0 2 8

THE IMPACT OF GENDER ON EARNINGS MANAGEMENT (Empirical study of the Manufacturing Companies listed on Indonesia Stock THE IMPACT OF GENDER ON EARNINGS MANAGEMENT (Empirical study of the Manufacturing Companies listed on Indonesia Stock Exchange during th

0 2 14

ANALYSIS EFFECT OF PROFITABILITY, DEBT POLICY, AND DIVIDENDS POLICY TO CORPORATE VALUES Analysis Effect Of Profitability, Debt Policy, And Dividends Policy To Corporate Values An Empirical Study from Indonesian Manufacturing Companies.

0 2 17

INTRODUCTION Analysis Effect Of Profitability, Debt Policy, And Dividends Policy To Corporate Values An Empirical Study from Indonesian Manufacturing Companies.

0 2 8

REFERENCES Analysis Effect Of Profitability, Debt Policy, And Dividends Policy To Corporate Values An Empirical Study from Indonesian Manufacturing Companies.

0 3 6

ANALYSIS EFFECT OF PROFITABILITY, DEBT POLICY, AND DIVIDENDS POLICY TO CORPORATE VALUES Analysis Effect Of Profitability, Debt Policy, And Dividends Policy To Corporate Values An Empirical Study from Indonesian Manufacturing Companies.

0 1 26

The Effect Structure of Assets, Liquidity, Firm Size and Profitability of Capital Structure (Empirical Study on Manufacturing Companies Listed on Indonesia Stock Exchange)

0 0 11

THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE IMPLEMENTATION TOWARD BANK PERFORMANCE (Empirical Study on Banks Listed in Indonesian Stock Exchange)

0 0 11