al 1993. Perusahaan yang besar mempunyai tingkat akses yang lebih tinggi untuk melakukan hedging atas setiap transaksinya dibanding dengan perusahaan yang
lebih kecil.
b. Dummy Hedging DH
Merupakan variabel yang merepresentasikan keputusan hedging perusahaan. DH bernilai 1 jika perusahaan menggunakan instrumen derivatif dan
DH benilai 0 jika perusahaan sampel tidak menggunakan instrumen derivatif. Metode yang digunakan adalah keyword search yaitu mencari kata-kata kunci
terkait dengan hedging dan instrumen derivatif yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan.
c.
Dividend Yield DY
Menunjukkan rupiah dividen per lembar yang dibayarkan dari harga saham perusahan per lembarnya. Perhitungan variabel ini mengacu pada hasil
penelitian Nance et al 1993. Variabel ini merefleksikan motif hedging perusahaan dimana ketika devidend yield semakin kecil maka perusahaan
cenderung tidak melakukan hedging. Dividend yield secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :
d.
Quick Ratio QR
Merupakan variabel yang dapat menunjukkan likuiditas perusahaan. Beberapa aset lebih dekat ke kas dibandingkan aset lainnya. Jika masalah datang,
persediaan tidak dapat dijual pada harga berapapun di atas harga obral besar- besaran. Maka manajer sering mengabaikan persediaan dan komponen aset lancar
lainnya yang kurang likuid ketika membandingkan aset lancar dengan kewajiban lancar. Sebagai gantinya, mereka memusatkan perhatian pada kas, sekuritas dan
tagihan yang belum dibayar pelanggan. Variabel ini telah digunakan oleh peneliti sebelumnya sebagai prediktor eksposur ekonomi yaitu Kurniawati dan Anggraeni
2005.
2.4. Manajemen Risiko dan Nilai Perusahaan
Menurut Djohanputro 2008 kaitan antara risiko dan tujuan korporat ditunjukkan dalam Gambar 3. Kekayaan perusahaan dapat diukur dengan berbagai
cara. Bagi perusahaan yang sudah go public, ukuran kekayaan sama dengan harga saham dikalikan dengan jumlah saham.
, Bagi perusahaan yang belum go public Tbk, nilai kekayaan bisa dihitung
dengan berbagai metode penilaian kekayaan valuation. Secara garis besar, ada empat cara menghitung kekayaan perusahaan. Yaitu pendekatan aset, pendekatan
pendapatan, pendekatan relatif dan pendekatan opsi. Dengan pendekatan aset, nilai kekayaan perusahaan didasarkan atas data
yang disajikan dalam neraca yang telah diaudit. Data dalam neraca tersebut dapat digunakan sesuai yang tercatat dalam buku neraca sehingga disebut nilai buku,
atau dilakukan penyesuaian sehingga diperoleh nilai yang lain. Tergantung cara penyesuaiannya, nilai yang diperoleh bisa berupa nilai pasar market value, nilai
likuidasi liquidation value, atau nilai penggantian replacement value. Dengan pendekatan pendapatan, terdapat tiga variabel yang perlu
diidentifikasi, seperti ditunjukkan dalam gambar.ketiga variabel tersebut adalah arus kas cash flow, pertumbuhan arus kas, dan tingkat risiko korporat. Pada
dasarnya, nilai saham atau ekuitas adalah free cash flow to equity FCFE yang dapat dihasilkan perusahaan setelah arus kas tersebut dihitung nilai kininya
present value. Pendekatan relatif pada dasarnya adalah menghitung nilai perusahaan
berdasarkan nilai pada perusahaan lain dengan menggunakan angka acuan. Yang menjadi angka acuan adalah angka rasio yang berlaku bersama untuk perusahaan
acuan benchmark maupun perusahaan yang dihitung nilainya. Salah satu rasio yang dikenal adal PER Price Earning Ratio. Dasar pemikirannya adalah PER
mencerminkan tingkat risiko perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat risiko yang sama, berada dalam satu industri, memiliki PER yang sama pula. Pendekatan
Opsi diadopsi dari penghitungan opsi atau option, yang merupakan produk derivatif dalam dunia keuangan korporat.