20
mekanisme kontrak informal ini, nelayan KJA adalah sebagai penerima harga price taker saja, sedangkan tauke sebagai penentu harga.
Secara umum, kelembagaan pasar terbatas menyebabkan biaya transaksi yang tinggi, sistem kontrak formal bersifat kurang adaptif terhadap perubahan
situasi sehingga kurang bisa menghadapai ketidakpastian, dan aliansi strategis melibatkan aset yang bersifat spesifik assets specificity sehingga meningkatkan
biaya transaksi. Kelembagaan koperasi formal sebenarnya dapat meningkatkan posisi tawar nelayan KJA tetapi belum mampu menawarkan keuntungan finansial
kepada anggotanya. Mengenai bentuk kelembagaan integrasi vertikal, ini adalah bentuk kelembagaan ideal karena i resiko dan keuntungan ditanggung bersama
antara nelayan dan tauke, ii hubungan kerjasama bersifat jangka panjang, iii informasi sempurna perfect information dan terdistribusi merata, iv adanya
stabilitas usaha, dan v kedua belah pihak terikat pada kesepakatan yang dibuat. Hanya saja, untuk menuju bentuk kelembagaan integrasi vertikal ini ada syarat
yang harus dipenuhi yaitu produk dengan mutu yang terstandarisasi, memiliki sarana transportasi yang memadai, dan modal yang mendukung. Mengingat syarat
ini belum dapat dipenuhi maka integrasi vertikal belum dipilih sebagai bentuk kelembagaan yang menangani transaksi penjualan ikan.
Hal-hal yang mendasari sehingga mekanisme kontrak informal principal- agent relation PAR yang dapat diartikan sebagai pemimpin atau sponsor yang
berperan sebagai penentu harga menjadikan bentuk kelembagaan yang meminimumkan biaya transaksi adalah transaksi didasari oleh sikap saling
percaya trust dan kekeluargaan sebagai kebiasaan yang telah tumbuh dan berkembang sejak lama dalam struktur masyarakat nelayan pantai. Ketidakpastian
pun, sebagai satu faktor penyebab munculnya biaya transaksi, dapat dikurangi baik ketidakpastian dari pihak nelayan seperti pemenuhan kebutuhan operasional
dan fluktuasi harga maupun ketidakpastian dari pihak tauke seperti pasokan ikan kerapu hidup yang tidak berkesinambungan. Terdapat alternatif bentuk
kelembagaan lain yaitu pasar terbatas, kontrak formal, aliansi strategis, koperasi formal, dan integrasi vertikal. Dasar pemilihan bentuk kelembagaan utamanya
adalah tingkat pengurangan ketidakpastian dan biaya transaksi.
Penelitian tentang biaya transaksi dalam pertanian dilakukan oleh Stifel, Minten dan
Dorosh pada tahun 2003, dengan judul penelitian “Transaction Costs and Agricultural Productivity: Implications of Isolation for Rural Poverty in
Madagascar ”. Penelitian ini memfokuskan pada keterkaitan antara jarak dengan
biaya transaksi dengan menganalisis dampak dari keterpencilan terhadap produktifitas pertanian terutama produksi beras.
Beberapa ukuran yang digunakan oleh Stifel et al. 2003 untuk mengetahui tingkat keterpencilan di Madagaskar adalah: a waktu perjalanan
menuju pusat kota terdekat, b biaya transportasi per satu sak beras dengan berat 50 kg ke pusat kota terdekat, dan c indeks keterasinganketerpencilan yang
merupakan hasil dari analisis faktor dari berbagai ukuran aksesibilitas. Ukuran- ukuran tersebut antara lain : jarak antara tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan,
bank, kantor pos, pengadilan, pasar input, jasa pertanian, peternakan, jalan provinsi dan jalan pusat, layanan umum, media, pasar, dan akses pada
transportasi.
21
Penelitian yang dilakukan oleh Poel 2005 mengenai kelembagaan informal, biaya transaksi, dan rasa saling percaya dengan studi kasus mengenai
pembangunan rumah oleh kaum migran di Ghana menyatakan bahwa kelembagaan baru dapat meminimumkan biaya transaksi jika kelembagaan
tersebut dapat mendorong munculnya saling percaya trust terlebih dahulu. Saling percaya menghubungkan kelembagaan dengan biaya transaksi. Sikap
saling percaya dan kekeluargaan adalah kategori kognitif dari modal sosial meliputi norma, nilai, sikap, dan keyakinan, kategori yang sulit dijumpai pada
kelembagaan formal mengingat pada kelembagaan formal lebih didominansi oleh kategori struktural peran, aturan, keteladanan, dan tata cara.
Penelitian yang dilakukan Rahman 2009 mengenai biaya transaksi pada kelembagaan pemuda perkotaan studi kasus dua organisasi pemuda di Kota Bogor
hasilnya menunjukan bahwa interdependensi antar tahapan biaya transaksi tahap akuisisi, distribusi dan penjagaan, besaran biaya transaksi pada satu tahap akan
mempengaruhi besaran pada tahap lainnya.
Hasil ini juga menunjukkan besarnya pengaruh modal sosial terhadap minimalisasi biaya transaksi. Modal sosial yang baik menurunkan contracting
costs dan enforcement costs serta mendistribusikan hak kepemilikan secara lebih lengkap. Hal ini pada akhirnya tidak hanya meminimalkan biaya transaksi saja
melainkan juga mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan.
Besarnya pengaruh modal sosial menyebabkan upaya-upaya penguatan kelembagaan hanya dapat utuh dilakukan jika mencakup juga penguatan modal
sosial. Penguatan modal sosial membutuhkan investasi-investasi yang berjangka panjang. Oleh karena itulah salah satu karakteristik dasar dari New Institutional
Economics adalah bahwa kelembagaan yang efisien adalah kelembagaan yang telah bertahan lama. Penguatan kelembagaan yang mencakup juga investasi pada
modal sosial ini tidak dapat dilakukan secara cepat dan instan jika hendak mewujudkan kelembagaan yang efisien secara sosial dan efisien secara ekonomi.
3 KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Konsep Analisis yang Digunakan
Ternak adalah binatang yang telah dijinakkan, dipelihara, dikembangkan, diawasi hidupnya serta diusahakan untuk dilipatgandakan daya gunanya bagi
kepentingan manusia Syarif dan Sumoprastowo 1984. Peternakan sapi perah dilihat dari segi teknis merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat
memungkinkan dan sangat baik untuk dikembangkan Sosroamidjojo dan Soeradji dalam Sihite 1998. Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan
usaha keluarga di pedesaan dalam skala kecil, sedangkan usaha dalam skala besar masih sangat terbatas dan umumnya merupakan usaha sapi perah yang baru
tumbuh Erwidodo 1993. Peternakan rakyat umumnya mencirikan sebagai tipe usaha peternakan di pedesaan. Beberapa ciri umum tipe usaha ini adalah: 1
rendahnya tingkat ketrampilan, 2 kecilnya modal usaha, 3 belum digunakannya
22
bibit unggul, 4 kecilnya jumlah ternak yang produktif, dan 5 cara penggunaan ransum yang belum sempurna.
3.1.1 Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah
Penerimaan usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani Soekartawi et al. 1986. Menurut Siregar 1990
penerimaan usahaternak sapi perah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penjualan susu, penjualan sapi afkir dan penjualan pedet yang tidak
digunakan untuk mengganti sapi laktasi, penjualan limbah kotoran ternak sapi perah yang digunakan untuk input usahatani peternak merupakan penerimaan
tunai usahaternak sapi perah. Penjualan susu untuk konsumsi keluarga merupakan penerimaan tidak tunai.
Menurut Hernanto 1993, analisis pendapatan memerlukan data penerimaan revenue dan pengeluaran expenses baik yang menyangkut tetap
fixed maupun biaya operasi operating expenses. Jumlah yang dijual termasuk yang dikonsumsi sendiri dikalikan dengan harga merupakan jumlah yang
diterima atau penerimaan. Bila penerimaan dikurangi dengan biaya produksi merupakan pendapatan. Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih antara
penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani Soekartawi et al. 1986. Selisih tersebut merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk
menghasilkan uang tunai, sehingga dengan menghitung pendapatan usahatani yang diterima akan membantu para pengelola usahatani dalam melihat tingkat
keberhasilan dari kegiatan usahatani yang dijalankannya.
Penilaian besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang dikelurakan dalam suatu kegiatan usahatani dapat digunakan perhitungan rasio
penerimaan atas biaya RC rasio. Hasil dari perhitungan rasio penerimaan atas biaya dapat mengetahui apakah suatu kegiatan usahatani dapat menguntungkan
atau tidak dalam pelaksanaannya. Rasio penerimaan atas biaya dapat diperoleh dengan cara membagi penerimaan yang diperoleh dari kegiatan usahatani dengan
biaya usahatani yang dikeluarkan. Kegiatan usahatani dikatakan menguntungkan apabila angka dari RC rasio lebih besar dari satu, sedangkan dikatakan tidak
menguntungkan apabila angka RC rasio lebih kecil dari satu.
3.1.2 Biaya Produksi Usaha Ternak Sapi Perah
Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biaya-biaya yang berupa uang tunai dan bukan tunai. Dalam jangka pendek dijumpai biaya tetap
dan biaya variabel, namun dalam jangka panjang semua biaya itu bersifat variabel Mubyarto 1982. Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak tergantung dari
jumlah produksi. Sementara biaya variabel yang dikeluarkan tergantung dari besarnya jumlah ouput yang diproduksi.
Biaya usahaternak sapi perah terdiri dari biaya tidak tetap variable dan biaya tetap. Biaya tidak tetap usaha ternak sapi perah terdiri dari biaya pakan
konsentrat, pakan hijauan, serta biaya obat-obatan, vitamin, pelayanan kesehatan dan inseminasi buatan. Biaya tetap dalam usaha ternak sapi perah terdiri dari
biaya upah tenaga kerja, biaya PBB atau sewa lahan, rekening listrik, dan air, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, penyusutan sapi induk, serta biaya
23
keanggotaan koperasi dan biaya angsuran kredit ternak. Biaya keanggotaan koperasi tersebut terdiri dari biaya simpanan wajib, simpanan pokok, dan
simpanan sukarela. Usaha yang besar akan membutuhkan total biaya yang besar juga, tetapi biaya produksi tiap uni output yang dihasilkan akan semakin kecil.
Besarnya usaha dapat diukur dengan beberapa cara antara lain berdasarkan jumlah ternak seluruhnya atau ternak produktifutama.
3.1.3 Biaya Transaksi Usaha Ternak Sapi Perah
Biaya transaksi dapat memiliki komponen tetap dan komponen tidak tetap fixed or variable components Furubotn dan Ritcher 1997 p.43 diacu dalam
Benham dan Benham 2001. Definisi dua varian dalam setiap tipe biaya transaksi yaitu: 1 biaya transaksi tetap fixed transaction cost merupakan biaya khusus
yang menentukan susunan kelembagaan; dan 2 biaya transaksi variabel variabel transaction cost yaitu biaya yang tergantung pada jumlah atau volume transaksi.
Konsep biaya transaksi yang mendasar adalah biaya-biaya yang timbul antara perusahaan dan individu dari proses pertukaran pasar.
Furubotn dan Richter 2000 membagi biaya transaksi menjadi tiga jenis, sesuai dengan jenis transaksinya, yaitu:
1 Market transaction cost Seluruh biaya yang dikeluarkan agar barangjasa bisa sampai ke pasar.
Biaya persiapan kontrak biaya pencarianpengadaan informasi; biaya pembuatan kontrak biaya bargainingnegosiasi dan pembuatan keputusan; biaya monitoring
dan penegakan kontrak biaya supervisi dan penegakan kesepakatan. Biaya informasi mencari atau menyediakan informasi: biaya iklan, mendatangi calon
customer, mengikuti pameran, pasar mingguan, biaya komunikasi post, telepon, dan lain-lain, harga barang yang sama yang diminta oleh beberapa supplier, biaya
pengujian kualitas, biaya mencari pegawai yang berkualitas. Bargaining and decision cost meliputi: biaya yang dikeluarkan agar informasi yang dikumpulkan
bermanfaat, biaya konsultan, dan lain-lain. Supervision and enforcement cost: biaya yang dikeluarkan untuk mengawasi pengiriman barang agar sampai tepat
waktu, mengukur qualitas dan jumlah produk yang ditransaksikan, biaya penegakan kontrak agar berjalan sesuai kesepakatan,
2 Managerial transaction cost
Biaya ini terkait dengan upaya menciptakan keteraturan, contoh: Biaya membuat, mempertahankan atau mengubah rancanganstruktur
oragnisasi, meliputi biaya personal management, IT, mempertahankan kemungkinan pengambilalihan paihak lain, public relation, dan lobby.
Biaya menjalankan organisasi, meliputi: biaya informasi biaya pembuatan keputusan, pengawasan pelaksanaan perintah sesuai keputsan, mengukur
kinerja pegawai, biaya agen, manajemen informasi. Termasuk juga biaya pemindahan barang intra perusahaan.
3 Political transaction cost Biaya ini terkait pembuatan tata aturankelembagaan public goods
sehingga transaksi pasar dan manajerial bisa berlangsung dengan baik. Biaya pembuatan setting up, pemeliharaan, pengubahan organisasi politik formal dan
informal, seperti biaya penetapan kerangka hukum, struktur administrasi pemerintahan, militer, sistem pendidikan, pengadilan dan lain-lain. Biaya