Keadaan Peternakan di Wilayah Penelitian

35

5.4.1 Umur Peternak

Peternak anggota koperasi yang menjadi responden rata-rata berusia 40.35 tahun dengan sebaran usia 21 sampai 69 tahun. Peternak dengan kategori usia 15 sampai 35 tahun sebanyak 31.67 persen, usia 36 sampai 55 tahun sebanyak 58.33 persen dan usia lebih dari 55 tahun sebanyak 10.00 persen. Karakteristik peternak tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa 90.00 persen peternak tergolong tenaga kerja dalam usia produktif yaitu 15 sampai 55 tahun dan hanya 10.00 persen berusia lebih dari 55 tahun yang tergolong diatas usia tidak produktif. Besarnya presentase peternak yang berada pada usia produktif memberikan peluang untuk meningkatkan jumlah ternak yang dipelihara. Menurut Sudono 1983, satu orang tenaga kerja mampu memelihara ternak sapi perah sebanyak 8 sampai 9 satuan ternak dengan rata-rata kepemilikan sapi perah oleh peternak sebanyak 4.68 sehingga dari Tabel 7 menunjukkan masih terdapat peluang untuk meningkatkan populasi ternak yang dipelihara oleh setiap peternak. 5.4.2 Tingkat Pendidikan Peternak Ditinjau dari segi pendidikan peternak sangatlah bervariasi mulai dari tingkat sekolah dasar SD sampai Diploma DIII. Hasil penelitian menunjukan secara umum tingkat pendidikan peternak sapi perah adalah lulusan SD sebesar 50,00 persen, lulusan SLTA sebesar 36.67 persen, lulusan SLTA sebesar 11.67 persen dan 1.67 persen lulusan Diploma III. Menurut Mosher 1981, pendidikan memiliki peranan penting terhadap produktivitas usaha dan merupakan faktor pelancar pembangunan pertanian karena dengan pendidikan petani mengenal pengetahuan, ketrampilan dan cara- cara baru dalam melakukan kegiatan usahataninya. Selain pendidikan formal yang ditempuh di bangku sekolah, pendidikan non formal yang ditempuh di luar sekolah seperti kursus, lokakarya dan penyuluhan sangat besar artinya bagi pembekalan pengetahuan dan ketrampilan peternak dalam mengelola usaha ternaknya. Berdasarkan pertimbangan tersebut koperasi dapat memberikan pendidikan non formal terhadap anggotanya berupa pelatihan dan penyuluhan sehingga pengetahuan dan ketrampilan peternak dalam mengelola usahanya meningkat.

5.4.3 Pengalaman Beternak

Menurut Sihite 1998 disamping umur dan tingkat pendidikan, pengalaman beternak sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan ketrampilan peternak dalam pengelolaan usaha ternaknya. Secara umum tingkat pengalaman beternak lebih dari sepuluh tahun akan memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola usha ternaknya. Semakin lama pengalaman beternak, cenderung semakin memudahkan peternak dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan usaha ternaknya. Hal tersebut disebabkan karena pengalaman dapat dijadikan pedoman dan penyesuaian terhadap permasalahan usaha ternak di masa mendatang. 36 Pengetahuan dan keterampilan peternak diperolah secara turun temurun dari orang tua, meniru cara-cara beternak dari orang lain dan melalui pelatihan serta penyuluhan dari koperasi dan dinas terkait. Pengetahuan dan keterampilan yang umumnya diperoleh peternak adalah teknis pemeliharaan sapi perah, pemberian pakan ternak dan pengolahan hasil ternak.

5.4.4 Orientasi Peternak

Usaha yang dijalankan oleh peternak pada umumnya adalah usaha utama yaitu sebesar 81,67 persen. Peternak yang berorientasi sebagai usaha sampingan hanya 18.33 persen. Hal tersebut dikarenakan peternak memiliki pekerjaan utama sebagai PNS dan karyawan perusahaan sehingga ketersediaan waktu untuk usaha ternak terbatas. Selain beternak sapi perah sebagai usaha utama, peternak memiliki pula usaha sampingan. Beberapa usaha sampingan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan tabel tersebut, peternak yang memiliki usaha sampingan sebesar persen dan persen tidak memiliki usaha sampingan. Tabel 8 Usaha Sampingan Peternak Sapi Perah Responden No. Jenis Usaha Sampingan Jumlah Persentase 1 Beternak sapi perah 11 18.33 2 Bertani 26 43.33 3 Buruh tani 8 13.33 4 Buruh ternak 3 5.00 5 Buruh bangunan 5 8.33 6 Karyawan koperasi dan perusahaan 2 3.33 7 Pedagang 2 3.33 8 Jasa angkutan 1 1.67 9 Tidak memiliki usaha sampingan 2 3.33 Jumlah 60 100.00 Peternak memilih usaha ternak sapi perah sebagai mata pencaharian utama terdorong oleh sifat sapi perah yang dapat memberikan pendapatan secara berkelanjutan dan harga susu yang relatif stabil. Disamping hal tersebut, para peternak tertarik dengan adanya kemudahan ketersediaan bahan pakan terutama pakan konsentrat dan hijauan untuk makanan ternak yang merupakan bahan kebutuhan pokok untuk ternak. Terdapat kemudahan yang diberikan oleh pemerintah dan lembaga lain melalui koperasi untuk meningkatkan populasi sapi perah di peternak, adanya pasokan pakan konsentrat dari koperasi yang dijual kepada peternak secara kredit. Alasan lain yang menjadikan ternak sapi perah sebagai usaha utama adanya kepastian dan kemudahan pasar yang dikelola secara kolektif oleh koperasi. 5.4.5 Jumlah Sapi Laktasi Usaha peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh usahaternak sapi perah skala kecil dan menengah. Menurut Erwidodo 1993 dalam Ratnawati 2002, usahaternak sapi perah Indonesia memiliki komposisi peternak skala kecil