Analisis Biaya Produksi Usaha Ternak Sapi Perah

50 Tabel 25 Rata-Rata Biaya Konsentrat Peternak Sapi Perah Responden Peternak Skala usaha RKN SP Rpharist RKN Rpharist Ampas tahu Rpharist Rata-rata Rpharist Kredit Kecil 7138.52 5456.89 4007.11 16602.52 Menengah 8436.63 3300.33 3916.61 15653.58 Besar 11424.11 3916.72 3491.88 18832.70 Rata-rata 8917.36 3803.58 3832.59 16553.53 Mandiri Kecil 8169.66 10826.67 4217.53 23213.86 Menengah 6573.68 2722.61 4218.33 13514.62 Besar 12058.22 980.00 6549.46 19587.68 Rata-rata 7943.35 5731.89 4528.83 18204.06 Rata-rata total 8430.35 4767.73 4180.71 17378.79 Persentase 48.51 27.43 24.06 100.00 Tabel 26 Rata-Rata Biaya Konsentrat pada Sapi Perah Produktif dan Sapi Tidak Produktif Peternak Responden Peternak Skala Usaha Produktif Rpharist Tidak produktif Rpharist Rata-rata Rpharist Kredit Kecil 16906.67 7546.67 16602.52 Menengah 16177.38 12932.10 15653.58 Besar 19494.42 16339.05 18832.70 Rata-rata 17072.90 12829.48 16553.53 Mandiri Kecil 25544.44 13911.11 23213.86 Menengah 14928.77 10657.14 13514.62 Besar 20809.52 12487.50 19587.68 Rata-rata 19959.14 12202.78 18204.06 Rata-rata total 18516.02 12516.13 17378.79 Pakan konsentrat berkontribusi sangat besar terhadap besarnya biaya pakan yaitu sebesar Rp17 378.79 atau 68.94 persen biaya produksi variabel. Ada tiga konsentrat yang biasa dipakai oleh peternak yaitu konsentrat RKN SP dengan harga Rp2 300kg, konsentrat RKN dengan harga Rp2 100kg, dan ampas tahu dengan harga Rp700kg. Meskipun harganya mahal, penggunaan konsentrat RKN SP mempunyai proporsi yang paling banyak sebesar 48.51 persen dari total konsumsi konsentrat karena digunakan paling banyak untuk konsumsi sapi produktif dan sebagian kecil untuk sapi tidak produktif. Hal ini ditunjukkan oleh Table 24 yang menjelaskan bahwa besarnya biaya konsentrat banyak dipengaruhi oleh penggunaan konsentrat RKN SP yang mempunyai harga paling tinggi dan Table 25 yang menunjukkan bahwa biaya konsentrat sapi produktif lebih besar daripada sapi tidak produktif dan peternak kredit lebih sedikit menggunakan konsentrat daripada peternak mandiri karena mahalnya harga konsentrat. 51 Tabel 27 Rata-Rata Biaya Hijauan Peternak Sapi Perah Responden Peternak Skala usaha Rumput Rpharist Jerami Rpharist Rata-rata Rpharist Kredit Kecil 2156.94 5493.33 7650.28 Menengah 2105.02 5371.86 7476.88 Besar 2107.80 5952.33 8060.13 Rata-rata 2114.32 5527.55 7641.87 Mandiri Kecil 2412.04 4666.67 7787.04 Menengah 2355.76 5234.37 7590.12 Besar 2343.75 6155.53 8499.28 Rata-rata 2376.67 5130.11 7790.11 Rata-rata total 2287.16 5428.83 7715.99 Persentase 29.64 70.36 100.00 Peternak sapi perah umumnya menggunaan rumput dan jerami sebagai pakan. Berdasarkan Tabel 27, biaya konsumsi pakan hijauan banyak dipengaruhi oleh konsumsi jerami sebesar 70.36 persen Rp200kg dan konsumsi rumput sekitar 29.64 persen Rp125kg karena sapi produktif lebih banyak mengkonsumsi jerami daripada sapi tidak produktif. Biaya pakan hijauan antara peternak kredit dan peternak mandiri tidak berbeda jauh, sedangkan biaya pakan hijauan untuk sapi produktif lebih besar daripada sapi tidak produktif seperti terlihat pada Tabel 28. Tabel 28 Rata-Rata Biaya Hijauan pada Sapi Perah Produktif dan Sapi Tidak Produktif Peternak Responden Peternak Skala Usaha Sapi produktif Rpharist Sapi tidak produktif Rpharist Rata-rata Rpharist Kredit Kecil 8125.00 1500.00 7650.28 Menengah 8386.81 2962.96 7476.88 Besar 8515.82 4485.71 8060.13 Rata-rata 8373.27 3074.44 7641.87 Mandiri Kecil 8447.92 3812.50 7787.04 Menengah 8389.29 4778.57 7590.12 Besar 9060.42 5927.08 8499.28 Rata-rata 8502.22 4545.28 7790.11 Rata-rata total 8437.75 3809.86 7715.99 Tabel 29 menunjukkan bahwa besarnya rataan biaya produksi tetap per hari setiap satuan ternak sebesar Rp13 767.38 yang terdiri dari nilai penggunaan untuk biaya tenaga kerja sebesar Rp10 046.15, biaya pajak bumi dan bangunan, rekening listrik dan air sebesar Rp228.74, biaya penyusutan kandang sebesar Rp153.50, biaya penyusutan peralatan sebesar Rp31.47, biaya penyusutan sapi 52 laktasi sebesar Rp1 167.27, dan biaya keanggotaan koperasi dan kredit ternak sebesar Rp2 140.24. Rata-rata besar komponen biaya produksi tetap yang dikeluarkan antara peternak kredit dan mandiri secara umum tidak berbeda jauh. Tetapi peternak kredit memiliki persentase biaya keanggotan koperasi dan kredit ternak jauh lebih besar dibandingkan peternak mandiri karena peternak kredit harus mengeluarkan biaya untuk melunasi kredit ternaknya. Tabel 29 Rata-Rata Biaya Produksi Tetap Harian Peternak Sapi Perah Responden Peternak Skala usaha Sumber biaya produksi tetap Rpharist Tenaga kerja PBB, listrik air Penyusutan kandang Penyusutan peralatan Penyusutan sapi induk Koperasi kredit ternak Jumlah Kredit Kecil 17113.70 328.73 228.70 30.46 1271.60 7193.82 26167.02 Menengah 7883.08 156.16 137.78 29.32 1147.98 4054.29 13408.62 Besar 2784.32 235.65 94.07 50.46 1351.61 2365.53 .881.64 Rata-rata 823.,81 203.47 142.73 34.44 1216.10 4183.50 14012.06 Persentase 18.25 1.45 1.02 0.25 8.68 29.86 100.00 Mandiri Kecil 18719.44 355.22 205.29 33.25 1123.24 99.32 20535.76 Menengah 8492.21 165.60 144.57 20.54 1076.55 85.19 9984.66 Besar 3072.66 259.73 110.14 42.12 1250.74 131.23 4866.62 Rata-rata 11860.50 254.00 164.27 28.50 1118.45 96.98 13522.70 Persentase 32.56 1.88 1.21 0.21 8.27 0.72 100.00 Rata-rata total 10046.15 228.74 153.50 31.47 1167.27 2140.24 13767.38 Persentase total 24.64 1.66 1.11 0.23 8.48 15.55 100.00 Tabel 30 Rata-Rata Biaya Produksi Harian Peternak Sapi Perah Responden Peternak Skala usaha Total rata-rata biaya produksi Rpharist Variabel Tetap Jumlah Kredit Kecil 24420.18 26167.02 50587.19 Menengah 23270.56 13408.62 36679.17 Besar 27014.47 6881.64 33896.11 Rata-rata 24335.74 14012.06 38347.80 Mandiri Kecil 31082.56 20535.76 51618.32 Menengah 21194.99 9984.66 31179.65 Besar 28165.49 4866.62 33032.12 Rata-rata 26079.42 13522.70 39602.12 Rata-rata total 25207.58 13767.38 38974.96 Berdasarkan uji beda nyata, rata-rata biaya produksi harian antara peternak kredit dan peternak mandiri berbeda nyata. Rata-rata biaya produksi harian peternak kredit dan peternak mandiri skala menengah juga berbeda nyata. Pada peternak kredit, rata-rata biaya produksi harian peternak skala usaha besar 53 berbeda nyata dengan skala usaha kecil dan menengah. Sementara pada peternak mandiri, rata-rata biaya produksi harian untuk setiap skala usaha semuanya berbeda nyata. Hal tersebut disebabkan perbedaan tingginya biaya produksi dalam usaha ternak sapi perah terutama untuk komponen-komponen input tertentu seperti biaya pakan konsentrat, pakan hijauan, dan upah tenaga kerja. Berdasarkan biaya produksi total, biaya produksi variabel sebesar 64.68 persen dan sisanya sebesar 35.32 persen adalah biaya produksi tetap. Tabel 30 menunjukkan bahwa biaya pakan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pengeluaran biaya produksi. Biaya variabel untuk pakan konsentrat sebesar 44.59 persen dan biaya pakan hijauan sebesar 19.80 persen sehingga secara kumulatif biaya yang dikeluarkan untuk biaya pakan adalah 64.39 persen. Selain itu, biaya tenaga kerja juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total biaya produksi yaitu sebesar 25.78 persen. Hal tersebut menjelaskan bahwa secara umum peternak di KSU Karya Nugraha memiliki biaya produksi yang besar pada komponen biaya pakan konsentrat dan pakan hijauan serta biaya upah tenaga kerja. Jika dalam biaya produksi memperhitungkan nilai biaya pakan hijauan dan nilai tenaga kerja peternak sendiri, maka rata-rata biaya produksi Average CostAC peternak sapi perah per hari setiap satuan ternak sebesar Rp5 020.43 dan bila tidak memasukan nilai biaya pakan hijauan dan nilai tenaga kerja peternak sendiri dalam biaya produksi maka sebesar Rp2 731.49, sedangkan rata-rata harga susu yang diterima peternak sebesar Rp3 380.08. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika biaya pakan hijauan dan upah tenaga kerja peternak diperhitungkan, peternak mengalami kerugian karena rata-rata biaya produksi lebih besar dari rata-rata harga susu tetapi bila nilai biaya pakan hijauan dan nilai tenaga kerja peternak tidak diperhitungkan, peternak memperoleh keuntungan karena rata-rata harga susu lebih besar dari rata-rata biaya produksi. Berdasarkan hal tersebut seharusnya koperasi dan IPS menetapkan harga susu segar di tingkat peternak dengan memperhitungkan juga nilai pakan hijauan dan menghargai nilai upah tenaga kerja peternak. Tabel 31 Persentase Biaya Produksi Peternak Sapi Perah Responden Komponen biaya produksi Rata-rata biaya produksi Rpharist Persentase Biaya rata-rata Rpliterst sapi laktasi Biaya rata-rata Rpliterst populasi Variabel Konsentrat 17378.79 44.59 1839.03 2239.54 Nilai hijauan 7715.99 19.80 816.51 994.33 Biaya OVK dan IB 112.80 0.29 11.94 14.54 Jumlah 25207.58 64.68 2667.47 3248.40 Tetap Nilai upah tenaga kerja 10046.15 25.78 1063.08 1294.61 PBB, listrik air 228.74 0.59 24.20 29.48 Penyusutan kandang 153.50 0.39 16.24 19.78 Penyusutan peralatan 31.47 0.08 3.33 4.06 Penyusutan sapi induk 1167.27 2.99 123.52 150.42 Koperasi kredit ternak 2140.24 5.49 226.48 275.80 54 Jumlah 13767.38 35.32 1456.87 1774.15 Total biaya produksi 38974.96 100.00 4124.33 5022.55 Tabel 32 Biaya Produksi Rata-Rata Peternak Sapi Perah Responden Peternak Skala usaha Total biaya produksi Rphrst Produktivitas susu literhrst populasi Biaya produksi rata-rata Rpliter Produktivitas susu literharist sapi laktasi Biaya produksi rata-rata Rpliter Harga susu Kredit Kecil 50587.19 8.08 6260.07 8.91 5677.58 3509.00 Menengah 36679.17 7.11 5161.40 8.59 4269.99 3361.94 Besar 33896.11 9.66 3510.28 10.83 3129.83 3345.71 Rata-rata 38347.80 7.86 4876.49 9.17 4181.88 3382.67 Mandiri Kecil 51618.32 8.07 6397.22 10.11 5105.67 3356.67 Menengah 31179.65 6.81 4575.17 8.88 3511.22 3373.57 Besar 33032.12 9.41 3509.77 11.55 2859.92 3453.75 Rata-rata 39602.12 7.66 5168.15 9.73 4070.10 3377.50 Rata-rata total 38974.96 7.76 5020.43 9.45 4124.33 3380.08 Berdasarkan produktivitas susu, rata-rata produktivitas susu sapi perah peternak mandiri sebesar 7.66 literst 9.73 literst sapi produktif lebih kecil dari peternak kredit yang sebesar 7.86 literst 9.17 literst sapi produktif namun rata- rata harga susu peternak mandiri sebesar Rp3 377.50 lebih rendah daripada peternak kredit yang sebesar Rp3 382.67, sehingga rata-rata biaya produksi per liter susu setiap satuan ternak yang dihadapi peternak kredit adalah Rp4 876.49 lebih rendah daripada peternak mandiri yang sebesar Rp5 168.15. Hal tersebut menunjukkan bahwa peternak kredit lebih baik daripada peternak mandiri tetapi bila dilihat dari produktivitas susu setiap ekor atau satuan ternak sapi produktif, maka peternak mandiri lebih baik daripada peternak kredit. Beberapa faktor yang mempengaruhi lebih kecilnya rata-rata biaya produksi peternak kredit dibanding peternak mandiri adalah pertama, peternak kredit memiliki jumlah sapi perah dalam satuan ternak 4.29 satuan ternak yang lebih banyak dibanding peternak mandiri 3.03 satuan ternak serta mempunyai produktivitas susu per satuan ternak populasi dan rata-rata harga susu yang lebih besar sehingga rata-rata biaya produksinya juga lebih kecil. Kedua, fleksibilitas dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan proses produksi. Bagi peternak kredit, dalam rangka menekan biaya produksi pada saat memutuskan untuk menurunkan jumlah pakan konsentrat dan meningkatkan jumlah pakan hijauan yang diberikan, peternak telah siap untuk menanggung resiko kerugian bila produktivitas susu sapi perahnya menurun karena hasil yang diperoleh sapi laktasi akan menanggung seluruh biaya yang dikeluarkan baik sapi yang produksi maupun sapi yang tidak berproduksi. Sedangkan, peternak mandiri untuk meningkatkan produktivitas susu, berkeputusan produksi dengan meningkatkan jumlah pakan konsentrat meskipun akan meningkatkan rata-rata biaya produksi. Ketiga, skala usaha dan modal hak kepemilikan property right asset ternak. Setiap peternak memiliki beban resiko atas setiap keputusan produksi yang diambilnya. Setiap keputusan produksi yang dilakukan memberikan konsekwensi 55 dikeluarkannya sejumlah biaya untuk mendapatkan input produksi. Dengan adanya kredit ternak, peternak kredit dapat meningkatkan skala usahanya sehingga produksi susunya bertambah meskipun peternak kredit menanggung biaya angsuran kredit ternaknya setiap hari yang akan mengurangi jumlah penerimaan yang diperoleh dari hasil produksinya. Bila produksi dan produktivitas susunya meningkat, maka jumlah penerimaan peternak kredit lebih besar dari peternak mandiri. Perbedaan skala usaha dan kepemilikan modal membedakan tingkat kesejahteraan ekonomi usaha ternak sapi perah peternak kredit dan peternak mandiri secara signifikan. Skala usaha berpengaruh terhadap besarnya penerimaan dan status kepemilikan modal menciptakan perbedaan pada komponen dan besarnya biaya. Berdasarkan kenyataan jumlah peternak semakin menurun dan jumlah peternak kredit dari tahun ke tahun cenderung semakin bertambah yang merupakan fenomena perkembangan sektor peternakan dalam agribisnis sapi perah di Kabupaten Kuningan. 6.4 Analisis Biaya Transaksi Usaha Ternak Sapi Perah 6.4.1 Struktur Biaya Transaksi Usaha Ternak Sapi Perah Biaya transaksi merupakan konsep yang menjelaskan mengenai biaya yang keluar saat melakukan transaksi diluar biaya produksi. Pasar menunjukkan bahwa dalam pertukaran ternyata tidak hanya memperhitungkan berapa biaya yang dihabiskan untuk memproduksi suatu barang tetapi juga harus menghitung berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan transaksi atau pertukaran. Apabila kita mencoba menghitung harga jual susu segar maka secara teori klasik kita akan menghitung biaya produksi yang meliputi biaya labor, capital, input, dan teknologi. Sedangkan teori biaya transaksi menjelaskan bahwa sebenarnya ada biaya lain yang harus dikeluarkan dalam sistem penjualan yaitu biaya untuk bertransaksi. Konsep biaya transaksi dalam hal ini adalah biaya transaksi dengan pendekatan neoklasik, yaitu biaya-biaya yang timbul antara perusahaan koperasi, bank dan individu peternak dari proses pertukaran pasar Allen 1999. Furubotn dan Richter 2000 menunjukkan bahwa biaya transaksi adalah ongkos untuk menggunakan pasar market transaction costs dan biaya melakukan hak untuk memberikan pesanan di dalam perusahaan managerial transaction costs. Di samping itu, ada juga rangkaian biaya yang diasosiasikan untuk menggerakkan dan menyesuaikan dengan kerangka politik kelembagaan political transaction costs. Untuk masing-masing tiga jenis biaya transaksi tersebut dibedakan menurut dua tipe, yaitu 1 biaya transaksi tetap fixed transaction costs, yaitu investasi spesifik yang dibuat di dalam menyusun kesepakatan kelembagaan institutional arrangements arrangements; dan 2 biaya transaksi variabel variable transaction costs, yakni biaya yang tergantung pada jumlah dan volume transaksi. Usaha ternak sapi perah merupakan salah satu kegiatan masyarakat yang berbasis sumberdaya ternak. Dilihat dari hak kepemilikan, sumberdaya ternak merupakan sumberdaya milik pribadi dimana kepemilikan sumberdaya serta distribusi hak terhadap sumberdaya ternak tersebut terdefinisi dengan jelas. 56 Konsep biaya transaksi yang digunakan dalam hal ini adalah biaya transaksi dengan pendekatan hak kepemilikan private property approach. Hak kepemilikan yang penuh terhadap suatu sumberdaya akan mendukung alokasi sumberdaya tanpa menimbulkan biaya transaksi Allen 1999. Jenis kepemilikan ternak ini pada peternak anggota KSU Karya Nugraha dapat dibedakan atas modal sendiri dan kredit ternak. Peternak yang memiliki sapi perah dengan modal sendiri mengeluarkan biaya untuk memperjelas kepemilikan atas sapi perah yang dimanfaatkan. Lain halnya dengan peternak yang melakukan kredit ternak, terdapat biaya kontrak atas pemanfaatan sapi perah yang terbentuk pada akad kredit ternak dan kontrak ini akan berakhir sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kepemilikan modal untuk pembelian sapi perah oleh peternak terjadi melalui transaksi kredit ternak antara peternak dan pihak bank. Transaksi kredit ternak antara peternak dan bank terjadi secara langsung dengan difasilitasi oleh pihak koperasi. Untuk itu peternak mengeluarkan biaya transaksi yang berupa biaya kontrak contracting costs yang meliputi biaya dalam rangka identifikasi, negosiasi, dan pembuatan kesepakatan kontrak. Secara lebih spesifik, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha dalam rangka identifikasi, negosiasi, pembuatan berkas-berkas persyaratan kredit ternak dan pembuatan kontrak termasuk ke dalam golongan contracting costs. Sumberdaya yang dibutuhkan untuk membuat berkas pengajuan kredit ini dapat mencerminkan contracting costs karena berkas pengajuan kredit adalah dasar dari kontrak. Tetapi suatu hal yang harus diperhatikan adalah contracting costs tidak hanya meliputi pembuatan berkas pengajuan kredit saja, melainkan juga sumberdaya yang dibutuhkan hingga tercapainya kesepakatan antara peternak dan pihak bank. Sumber daya yang dialokasikan berupa biaya transportasi untuk melaksanakan identifikasi, negosiasi, dan penandatangan perjanjian kontrak dan biaya untuk membuat berkas-berkas persyaratan pengajuan kredit. Menurut North dan Thomas 1973, biaya ini merupakan biaya pelaksanaan untuk melaksanakan suatu kontraktransaksi cost of enforcement the contract. Biaya lain yang harus dikeluarkan peternak sapi perah yang mengikuti kredit ternak adalah biaya asuransi yang didasarkan atas besarnya kredit ternak yang diajukan peternak. Besar kecilnya biaya asuransi yang dikeluarkan oleh peternak tergantung dari nilai kredit yang tercatat dalam aplikasi pengajuan bantuan pinjaman. Besarnya asuransi yang harus dibayarkan bernilai satu persen dari total nilai pinjaman kredit. Biaya asuransi merupakan biaya pelaksanaan kontrak enforcement costs yang harus dikeluarkan peternak pada awal investasi memiliki ternak. Menurut Ritcher dan Furuboth 1977 p. 43 diacu dalam Benham dan Benham 2001, biaya yang melaksanakan kontrak pada awal investasi ini merupakan biaya transaksi tetap fixed transaction cost. Selain biaya kontrak, peternak juga harus mengeluarkan biaya untuk dana kesejahteraan ternak dan anggota. Nilai dari biaya transaksi tetap dapat berubah tergantung dari perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah besar nominal pinjamankredit untuk pembelian sapi, keikutsertaan asuransi, tingkat suku bunga, dan kebijakan kelembagaan koperasi. Harga sapi perah sendiri dipengaruhi oleh aktifitas ekonomi agribisnis sapi perah dan keadaanperformance sapi perah. Semakin maju aktivitas agribisnis susu dan atau semakin baik kualitas sapi perah, maka akan semakin mendorong peningkatan harga sapi perah. Dana kesejahteraan 57 ternak dan anggota dapat berubah tergantung dari kebijakan kelembagaan koperasi dan kesepakatan peternak. Selain biaya transaksi tetap, peternak juga menanggung biaya transaksi tidak tetap variable transaction cost yaitu biaya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak dan frekuansi transaksi dalam proses produksi. Dua komponen biaya transaksi variabel yang terdapat pada usahaternak sapi perah di KSU Karya Nugraha adalah biaya pemeliharaan sumberdaya ternak serta biaya pengiriman susu dan pencarian pakan atau input produksi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Beckman 2000 yang memformulasi empat determinan biaya transaksi, yaitu atribut aktorpelaku yang melekat rasionalitas terbatas dan oportunisme dalam menentukan besaran transaksi, sifatatribut transaksi spesifitas asset, ketidakpastian, frekuensi, dipengaruhi oleh hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola market, hierarki, hybrid, regulasi, birokrasi, dan lingkungan kelembagaan hak milik, kontrak, agreement, budaya. Berdasarkan biaya-biaya transaksi yang dikeluarkan peternak sapi perah, maka terdapat empat komponen biaya transaksi yang terdapat di KSU Karya Nugraha Kuningan antara lain biaya kontrak, biaya dana kesejahteraan ternak dan anggota, biaya pemeliharaan sumberdaya ternak serta biaya pengiriman susu dan pencarian pakan atau input produksi. Biaya kontrak hanya dikeluarkan oleh peternak yang mengikuti kredit ternak, oleh karena itu total biaya transaksi yang dikeluarkan oleh peternak kredit lebih besar dibandingkan peternak mandiri. Tabel 33 Komponen Biaya Transaksi Peternak Sapi Perah Responden Peternak Skala usaha Sumber Biaya Transaksi Rpharist Kontrak Dana kesejahteraan ternak dan anggota Pemeliharaan sumberdaya Pengiriman susu dan pencarian pakan Jumlah Kredit Kecil 94.85 21.26 888.89 357.14 1.362.14 6.96 1.56 65.26 26.22 100.00 Menengah 50.05 10.09 493.83 348.54 902.52 5.55 1.12 54.72 38.62 100.00 Besar 26.71 4.67 591.13 206.48 828.99 3.22 0.56 71.31 24.91 100.00 Rata-rata 52.07 10.69 582.38 316.83 961.97 Persentase 5.41 1.11 60.54 32.94 100.00 Mandiri Kecil 0.00 23.25 476.19 289.80 789.24 2.95 60.34 36.72 100.00 Menengah 0.00 10.74 259.74 414.21 684.69 1.57 37.94 60.50 100.00 Besar 0.00 5.12 500.00 264.25 769.38 0.67 64.99 34.35 100.00 Rata-rata 0.00 15.00 378.35 344.45 737.80 Persentase 0.00 2.03 51.28 46.69 100.00 Rata-rata total 26.04 12.84 480.37 330.64 849.88 Persentase total 3.06 1.51 56.52 38.90 100.00 58 Sumber: Data primer 2012 Rata-rata biaya transaksi yang dikeluarkan oleh peternak sapi perah per hari setiap satuan ternak adalah Rp849.88 dimana rata-rata biaya transaksi peternak kredit sebesar Rp961.97 yang lebih besar bila dibandingkan biaya transaksi peternak mandiri yang sebesar Rp737.80. Hal tersebut disebabkan karena biaya transaksi peternak kredit mengandung komponen biaya kontrak yang timbul dari proses pengajuan kredit ternak sehingga belum bisa memperoleh semua manfaat dari penggunaan sumberdaya ternak seperti manfaat sumber daya ternak peternak mandiri yang sudah menjadi milik sendiri private proverty. Hal tersebut karena karakteristik exclusivity struktur property right dapat menciptakan efisiensi alokasi sumberdaya dimana semua manfaat dan pemanfaatan sumberdaya ditanggung oleh pemiliknya, meskipun secara langsung dan tidak langsung dalam transaksi dengan ke pihak lain Tietenberg 1985. Selain meningkatkan jumlah output produksi yang diterima, peningkatan skala usaha juga berpengaruh terhadap semakin rendahnya biaya transaksi karena semakin besar skala usahanya menyebabkan semakin rendahnya persentase rata- rata biaya untuk komponen-komponen biaya transaksi. Berdasarkan skala usaha baik pada peternak kredit maupun peternak mandiri, secara umum menunjukkan bahwa semakin besar skala usahanya maka biaya transaksi yang dikeluarkan peternak cenderung akan semakin kecil . Skala usaha besar mempunyai biaya transaksi yang lebih rendah dibandingkan skala usaha kecil dan menengah. 1 Biaya Kontrak Peternak sapi perah anggota KSU Karya Nugraha umumnya merupakan peternak kecil dimana akses terhadap informasi permodalan menjadi kendala yang dihadapi. Lemahnya akses terhadap informasi ini sangat mempengaruhi tingkat kepemilikan modal peternak yang terbatas. Hal ini menyebabkan peternak berusaha ke koperasi atau bank untuk mendapatkan akses informasi dan modal usaha untuk mengembangkan usaha ternaknya. Usaha peternak ini menimbulkan biaya. Tabel 34 Rata-Rata Komponen Biaya Kontrak Peternak Sapi Perah Responden Peternak Skala usaha Negosiasi, kontrak, pencairan Rpharist Administrasi kontrak Rpharist Asuransi Rpharist Rata-rata Rpharist Kredit Kecil 7.86 28.74 58.24 94.85 Menengah 3.73 13.65 32.67 50.05 Besar 1.73 6.31 18.67 26.71 Rata-rata 3.95 14.45 33.67 52.07 Mandiri Kecil 0.00 0.00 0.00 0.00 Menengah 0.00 0.00 0.00 0.00 Besar 0.00 0.00 0.00 0.00 Rata-rata 0.00 0.00 0.00 0.00 Rata-rata total 1.98 7.23 16.83 26.04 59 Umumnya modal usaha peternak sapi perah anggota KSU Karya Nugraha berasal dari modal sendiri atau mandiri dan modal pinjaman dari bank atau kredit ternak. Bagi peternak kredit, kepemilikan modal untuk pembelian sapi perah terjadi melalui transaksi kredit ternak antara peternak dengan pihak bank. Transaksi kredit ternak antara peternak dan bank terjadi secara langsung dengan difasilitasi oleh pihak koperasi. Untuk itu, peternak mengeluarkan biaya transaksi yang berupa biaya kontrak contracting costs. Sumber daya yang dialokasikan sebagai biaya kontrak berupa biaya transportasi untuk melaksanakan identifikasi, negosiasi, biaya untuk membuat berkas-berkas persyaratan pengajuan kredit dalam kesepakatan perjanjian kontrak dan biaya asuransi kerdit ternak. Biaya- biaya tersebut termasuk biaya transaksi pasar. Menurut Furubotn dan Ritcher 2000, secara spesifik, biaya transaksi pasar atau market transaction costs bisa dikelompokkan menjadi biaya untuk menyiapkan kontrak secara sempit bisa diartikan sebagai biaya untuk pencarian atau searching dan informasi, biaya untuk mengeksekusi kontrak atau concluding contracts biaya negosiasi dan pengambilan keputusan, dan biaya pengawasan monitoring dan pemaksaan kewajiban yang tertuang dalam kontrak enforcing the contractual obligations obligations. Rata-rata biaya kontrak yang dikeluarkan peternak kredit per hari setiap satuan ternak sebesar Rp52.07. 2 Biaya Dana Kesejahteraan Ternak dan Anggota Biaya dana kesejahteraan ternak dan anggota muncul dari kebijakan manajemen kelembagaan koperasi dalam memperhatikan kepentingan kondisi usaha ternak sapi perah dan kondisi peternaknya. Dengan demikian, biaya dana kesejahteraan ternak dan anggota merupakan biaya yang terkait dengan upaya menciptakan keteraturan yang berkaitan dengan model manajemen perusahaan atau managerial transaction costs Furubotn dan Ritcher 2000. Dana tersebut sebagai bentuk solidaritas para peternak anggota koperasi dalam membantu peternak anggota koperasi lainnya yang mengalami musibah baik usaha ternak sapi perahnya ataupun peternaknya seperti ada ternak sapi perah yang mati dan peternak atau anggota keluarga peternak yang tertimpa musibah atau meninggal. Besarnya dana kesejahteraan ternak dan anggota terbentuk berdasarkan kesepakatan bersama para peternak anggota koperasi, yaitu sebesar Rp1000bulan dari penerimaan produksi susu yang disetorkan ke koperasi. Rata-rata biaya dana kesejahteraan ternak dan peternak per hari setiap satuan ternak sebesar Rp12.84 dimana untuk peternak kredit sebesar Rp10.69 dan peternak mandiri Rp15.00. 3 Biaya Pemeliharaan Sumberdaya Ternak Biaya pemeliharaan sumberdaya ternak didasarkan atas biaya yang dikeluarkan peternak untuk jasa petugas pelayanan kesehatan ternak ketika ternak sapi perah mengalami gangguan kesehatan atau masalah kesehatan reproduksi sehingga memerlukan penanganan seperti penyuntikan antibiotik, pemberian vitamin dan mineral, serta melakukan inseminasi buatan. Pada penanganan pemeliharaan sumberdaya ternak terdapat biaya yang dikeluarkan kepada petugas kesehatan hewan untuk pemindahan barang dari koperasi ke peternak sehingga biaya tersebut termasuk biaya transaksi manajerial atau managerial transaction costs Furubotn dan Ritcher 2000. Besar kecilnya biaya pemeliharaan sumberdaya ternak yang dikeluarkan peternak tidak tetap, tergantung kondisi 60 ternak, frekuensi transaksi, dan bersifat sukarela yang merupakan insentif dari peternak bagi petugas kesehatan. Biasanya peternak anggota KSU Karya Nugraha memberikan dalam bentuk uang dan diberikan kepada petugas yang besarnya tergantung pada jumlah ternak yang ditangani berkisar Rp10 000 sampai Rp20 000 setiap pelayanan yang frekuensinya ditentukan oleh kondisi sumberdaya ternak. Rata-rata biaya pemeliharaan sumberdaya ternak per hari setiap satuan ternak sebesar Rp480.37 dimana yang dikeluarkan peternak kredit sebesar Rp582.38 dan peternak mandiri sebesar Rp378.35. 4 Biaya Pengiriman Susu dan Pencarian Pakan Biaya pengiriman susu merupakan market transaction cost, yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan agar barang bisa sampai ke pasar Furuboth dan Ritcher 2000. Biaya pengiriman susu yang dijual ke koperasi berupa biaya transportasi yang harus dikeluarkan oleh peternak karena perbedaan jarak dari kandang sapi perah ke tempat pengumpulan susu. Pengiriman susu oleh peternak dari kandang ke koperasi melalui tempat pengumpulan susu. Oleh karena itu, peternak mengeluarkan biaya transportasi untuk penyetoran susu yang dijual ke koperasi. Sumberdaya pakan hijauan merupakan sumberdaya milik bersama common property yang dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, sehingga faktor penentu dalam perilaku pemanfaatan dan pengalokasian sumberdaya pakan berkaitan dengan status dan usaha untuk mendapatkan kepemilikan dari sumberdaya tersebut. Jadi selain biaya pengiriman susu, peternak juga mengeluarkan biaya untuk mencari pakan hijauan atau input produksi dalam proses penyediaannya. Rata-rata biaya pengiriman susu dan pencarian pakan per hari setiap satuan ternak sebesar Rp330.45 yang terdiri dari peternak kredit sebesar Rp316.83 dan peternak mandiri Rp344.45. Persentase biaya transaksi tidak tetap memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap biaya transaksi total yaitu sebesar 95.43 persen dan sisanya oleh biaya transaksi tetap. Persentase biaya pemeliharaan sumberdaya ternak mengambil porsi sebesar 56.52 persen serta biaya pengiriman susu dan pencarian pakan sebesar 38.90 persen dari biaya transaksi total. Hal ini dapat dijelaskan karena besar kecilnya biaya transaksi untuk pemeliharaan sumberdaya ternak ditentukan oleh kondisi sapi perah yang dipelihara, besarnya insentif dan frekuensi pelayanan pemeliharaan sumberdaya ternak sedangkan biaya pengiriman susu dan pencarian pakan ditentukan oleh produktivitas dan produksi susu, frekuensi, dan biaya yang dikeluarkan untuk mengirim susu dan pencarian pakan atau input produksi. Semakin banyak frekuensi transaksi, maka akan semakin besar biaya transaksi yang ditanggung oleh peternak. Hal tersebut sesuai pendapat Williamson 1996, menurutnya ada tiga karakteristik transaksi penting yang mempengaruhi besaran biaya transaksi, yaitu: 1 ketidakpastian uncertainty, terutama terkait dengan produksi, supply, demand, fluktuasi harga, iklim, kondisi ternak, dan kondisi lapangan; 2 frekuensi, tergantung pada keadaan dan kemampuan produksi. Produk pertanian, peternakan, perikanan, sangat tergantung pada musim. Transaksi pada produksi susu tinggi atau musim hujan berbeda dengan transaksi pada produksi susu rendah atau musim paceklik. 3 Spesifitas, yang meliputi site specifity, physical asset specifity, human asset specifity. Asset yang spesifik membatasi kegiatan tertentu yang memiliki transaksi yang terbatas. Ketiga karakteristik ini terkait dengan assymetries information. 61 Hal tersebut juga didukung oleh Zhang 2000 yang mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi biaya transaksi, sebagai berikut: 1 karakterisrtik benda dan hak atas benda tersebut terkait dengan informasi mengenai benda dan status orang atas benda tersebut; 2 identitas aktor yang terlibat dalam transaksi tersebut berkenaan dengan sifat manusia yang rasional terbatas, yaitu keterbatasan manusia mencari, menerima, menyimpan, mengolah informasi, kekurangan ketersediaan informasi; dan 3 situasi teknis dan sosial penataan pertukaran dan bagaimana pertukaran tersebut dikelola. Apakah pertukaran tersebut hanya karena kekuatan pasar atau ada intervensi kelembagaan yang turut menata pertukaran tersebut. Tabel 35 Persentase Biaya Transaksi Peternak Sapi Perah Responden Jenis biaya transaksi Rataan biaya transaksi Rpharist Persentase Tetap Biaya kontrak 26.04 3.06 Biaya dana kesejahteraan 12.84 1.51 Jumlah 38.88 4.57 Tidak tetap Biaya pemeliharaan sumberdaya ternak 480.37 56.52 Biaya pengiriman susu 330.64 38.90 Jumlah 811.01 95.43 Biaya transaksi total 849.88 100.00 Berdasarkan uji beda nyata, rata-rata biaya transaksi harian antara peternak kredit dan mandiri tidak berbeda nyata, namun rata-rata biaya transaksi peternak kredit lebih besar daripada peternak mandiri. Hal tersebut dapat dilihat dari rata- rata biaya transaksi tetap maupun rata-rata biaya transaksi tidak tetap pada Tabel 36. Tabel 36 Rata-Rata Biaya Transaksi Harian Usaha Ternak Sapi Perah Peternak Responden Peternak Skala Usaha Sumber Biaya Transaksi Rpharist Tetap Tidak Tetap Jumlah Kredit Kecil 116.11 1246.03 1362.14 Menengah 60.15 842.37 902.52 Besar 31.37 797.61 828.99 Rata-rata 62.76 899.21 961.97 Persentase 6.52 93.48 100.00 Mandiri Kecil 23.25 765.99 789.24 Menengah 10.74 673.95 684.69 Besar 5.12 218.36 769.38 Rata-rata 15.00 722.81 737.80 Persentase 2.03 97.97 100.00 Rata-rata total 38.88 811.01 849.88 Persentase 4.57 95.43 100.00 62 Rata-rata rasio biaya transaksi terhadap penerimaan sebesar 0.0272 yang berarti dalam setiap penerimaan Rp10 000 peternak mengeluarkan biaya transaksi sebesar Rp272. Rasio biaya transaksi terhadap penerimaan peternak kredit adalah 0.0309 yang berarti bahwa dalam setiap penerimaan Rp10 000 peternak kredit mengeluarkan biaya transaksi sebesar Rp309 Sedangkan rasio biaya transaksi- penerimaan peternak mandiri sedikit lebih rendah dibandingkan peternak kredit yaitu sebesar 0.0235, yang berarti dalam setiap penerimaan Rp10 000 peternak mandiri menanggung biaya transaksi sebesar Rp235. Rasio ini menunjukan bahwa pada usaha ternak sapi perah, kepemilikan modal usaha mempengaruhi biaya transaksi yang ditanggung oleh peternak, dimana peternak yang memiliki kredit ternak menanggung biaya transaksi yang lebih besar dibandingkan peternak mandiri atau tidak memiliki kredit ternak. Komponen yang membedakan adalah adanya biaya kontrak atas sumberdaya modal yang dimiliki yang harus dikeluarkan oleh peternak kredit. Rasio biaya transaksi terhadap penerimaan peternak di Kuningan dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 37 Rasio Biaya Transaksi-Penerimaan Transaction Costs-Revenue ratio Peternak Sapi Perah Responden Komponen Peternak kredit Peternak mandiri Rata-rata Biaya transaksi Rpharist 961.97 737.80 849.88 Penerimaan Rpharist 31168.70 31384.79 31276.74 Rasio biaya transaksi-penerimaan 0.0309 0.0235 0.0272 Sumber: Data primer 2012 Menurut Walls dan North 1986 diacu dalam Wang 2003, seluruh ekonomi dibagi dalam dua bagian, yaitu transformasi atau produksi dan transaksi, dengan mengukur total nilai dari sumberdaya yang digunakan dalam transaksi akan menjadi agregasi biaya transaksi dari ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, bila biaya-biaya yang dikeluarkan oleh peternak dalam kegiatan produksi diakumulasikan penjumlahan biaya produksi dan biaya transaksi, maka akan diperoleh biaya total. Tabel 38 Rasio Biaya Transaksi-Biaya Total Transaction Costs-Total Costs Ratio Peternak Sapi Perah Responden Komponen Peternak kredit Peternak mandiri Rata-rata Biaya transaksi Rpharist 961.77 737.80 849.88 Biaya produksi Rpharist 38347.80 39602.12 38974.96 Total biaya = biaya transaksi + biaya produksi Rpharist 39309.76 40339.919 39824.84 Rasio biaya transaksi-total biaya 0.0245 0.0183 0.0213 Rata-rata biaya total per satuan ternak yang dikeluarkan peternak adalah sebesar Rp39 824.84 dimana untuk peternak kredit sebesar Rp39 309.76 dan peternak mandiri sebesar Rp40 339.91 per hari. Bila dihitung rasio biaya 63 transaksi-biaya total transaction costs-total costs ratio yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi maka diperoleh nilai rata-rata sebesar 0.0213 dimana untuk untuk peternak kredit 0.0245 dan peternak mandiri 0.0183. Nilai ini menunjukan besarnya rata-rata proporsi biaya transaksi yang dikeluarkan oleh peternak dalam kegiatan produksi adalah 2.13 persen dari biaya total dimana untuk peternak kredit sebesar 2.45 persen dari biaya total dan peternak mandiri mengeluarkan biaya transaksi sebesar 1.83 persen dari biaya total. Semakin besar nilai rasio biaya transaksi terhadap biaya total ini, menunjukan semakin tidak efisien proses produksi usaha ternak sapi perah yang dilakukan karena biaya transaksi ini tidak mempengaruhi produksi peternak. Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa biaya transaksi dalam usaha ternak sapi perah peternak anggota KSU Karya Nugraha meliputi biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh kredit ternak berupa biaya kontrak, biaya untuk dana kesejahteraan ternak dan anggota, biaya untuk pemeliharaan sumberdaya ternak, serta biaya yang digunakan untuk mengirim susu dan ke lokasi untuk mencari pakan dan input produksi. Biaya transaksi akan mengakibatkan total biaya semakin meningkat. Semakin kecil biaya transaksi yang bisa ditekan maka akan semakin kecil total biaya. Hal ini seharusnya berpengaruh terhadap penentuan harga jual susu segar di tingkat peternak sehingga ada keterkaitan antara biaya transaksi dengan harga susu dan upaya peningkatan kesejahteraan peternak. 6.4.2 Model Biaya Transaksi Peternak Sapi Perah Berdasarkan hasil analisis ragam dengan metode OLS Ordinary Least Square dapat diketahui bahwa model biaya transaksi peternak sapi perah sebagaimana yang terdapat pada pada Tabel 39. Peubah bebas penerimaan mempunyai parameter bertanda positif dan berpengaruh sangat nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hal ini sesuai harapan dan berarti peningkatan penerimaan cenderung akan meningkatkan biaya transaksi. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik manusia yang cenderung lebih mudah mengeluarkan pendapatan ketika penerimaan yang diperoleh berlebih. Tabel 39 Hasil Uji Regresi Berganda Variabel Penentu Biaya Transaksi Peternak Sapi Perah Responden Variabel Koefisien Standar Error Nilai t- hitung Nilai P-Value Konstanta -298.605 873.377 -.342 .734 Penerimaan .050 .020 2.492 .016 Tingkat pendidikan -369.956 252.611 -1.465 .149 Dummy modal usaha 283.115 363.562 .779 .440 Skala usaha -77.525 292.282 -.262 .792 Jarak 46.324 302.486 .153 .879 R² R Square = 0.126 Parameter peubah bebas tingkat pendidikan bertanda negatif dan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen. Hal tersebut menunjukkan 64 bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin menurunkan biaya transaksi. Meningkatnya tingkat pendidikan mengindikasikan meningkatnya pengetahuan, wawasan, dan keterampilan peternak sehingga dapat mengurangi timbulnya biaya transaksi dan meminimalkannya. Petani yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam menerima informasi dan melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, agak sulit untuk m e n e r i m a i n f o r m a s i d a n melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat Soekartawi 2005. Meskipun tidak nyata signifikan, variable dummy modal usaha dan jarak mempunyai parameter yang sesuai harapan. Peternak kredit mempunyai biaya transaksi relatif lebih tinggi daripada peternak mandiri. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien peubah dummy modal usaha yang bertanda positif sebesar 283.11 yang berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 60 persen. Sedangkan parameter variable jarak bertanda positif sebesar 46.32 yang berarti semakin jauh jarak maka biaya transaksi akan semakin besar. Output uji regresi model biaya transaksi peternak secara lengkap dapat dilihat di Lampiran 3. 6.4.3 Faktor Penyebab Biaya Transaksi Peternak Sapi Perah 1 Informasi asimetris Informasi asimetris terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya. Dalam usaha sapi perah, peternak umumnya kurang mengetahui informasi permodalan sehingga kesulitan untuk mengakses permodalan dan menimbulkan biaya lebih untuk mendapatkannya. Selain kurang menguasai informasi permodalan peternak juga kurang menguasai informasi pasar dan input produksi sehingga tidak memiliki informasi yang jelas tentang harga susu dan input produksi. Hal ini menyebabkan harga susu yang dijual ke koperasi di tingkat peternak selalu lebih rendah dibandingkan harga susu yang dijual ke industri pengolahan susu di tingkat koperasi. Sebagai gambaran, harga susu di tingkat peternak berkisar Rp3 100 sampai Rp3 700, sedangkan harga susu di tingkat koperasi berkisar Rp3 400 sampai Rp4 000. Selain mendominasi penentuan harga susu segar di tingkat peternak, koperasi juga lebih mendominasi dalam menentukan harga kualitas susu segar yang dimiliki peternak dan harga konsentrat. Sedikitnya informasi yang diketahui oleh peternak menyebabkan biaya yang tinggi bagi peternak untuk melaksanakan proses transaksi input dan hasil produksi serta rendahnya penerimaan. Persediaan input untuk kegiatan produksi susu terutama konsentrat, obat- obatan dan bibit sapi perah seringkali berfluktuasi, sehingga tidak mudah mendapatkannya dan menyebabkan harga input juga mengalami fluktuasi harga sehingga perlu mengeluarkan biaya usaha yang lebih besar untuk mendapatkannya. Kecenderungan yang terjadi adalah selalu terjadinya peningkatan harga konsentrat. Menurut Ellis 1990, tidak hanya persediaan input produksi saja yang tidak menentu mengalami perubahan, namun kualitas input yang tersedia pun sangat beragam, sehingga sulit bagi peternak untuk menentukan input mana yang paling baik karena minimnya pengetahuan tentang hal itu. 65 2 Struktur pasar yang tidak sempurna Peternak sapi perah menghadapi kondisi struktur pasar yang tidak sempurna imperfect market dimana peternak menjual susu hasil usaha ternaknya hanya kepada koperasi dan mendapatkan pelayanan dari koperasi. Penjualan susu yang dihasilkan sapi perah peternak anggota koperasi dan pelayanan kesehatan yang melalui koperasi dapat menciptakan ketidakseimbangan dan lemahnya posisi tawar peternak terhadap pelayanan koperasi dan harga susu dalam pemasaran hasil ternak, meskipun biaya transaksi yang ditanggung peternak menjadi lebih kecil karena harga yang diterima oleh peternak merupakan harga pasar. Harga susu biasanya ditentukan berdasarkan kualitas susu dan biaya pelayanan kesehatan juga ditentukan oleh kebijakan manajemen koperasi dan pelaku opportunisme sehingga hal tersebut dapat menimbulkan biaya transaksi akibat lemahnya posisi tawar peternak. 3 Kepemilikan modal pembelian sumberdaya ternak yang bersifat private proverty Sumberdaya ternak yang merupakan private proverty memiliki seluruh kriteria, yang disebutkan Tietenberg 1985, yaitu universality, exclusivity, transferability, dan enforceability sehingga alokasi sumberdaya ternak menjadi lebih efisien. Peternak khusunya peternak mandiri dapat memanfaatkan sumberdaya ternak yang dimilikinya tanpa harus khawatir diambil oleh pihak lain karena kepemilikan sumberdaya ternak tersebut sangat jelas universality berasal dari pembelian dengan modal sendiri. Sementara peternak kredit yang membeli sumberdaya ternak dengan kredit ternak dari bank pun memiliki hak guna yang jelas berdasarkan kontrak yang terjadi antara peternak dan bank, sehingga selama ternak sapi perah tersebut masih dalam masa kreditnya dan sesudah pelunasan kreditnya, peternak kredit berhak untuk memanfaatkan sumberdaya ternak tersebut tanpa harus merasa khawatir diganggu oleh pihak lain. Peternak mandiri yang mengelola sapi perah untuk usahanya menanggung sendiri setiap resiko dan keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut. Selain itu peternak mandiri juga dapat memindahtangankan pengelolaan kepemilikan ternak sapi perahnya kepada peternak lain. Guna melaksanakan kontraknya atas peminjaman modal untuk pembelian sapi perah, maka peternak kredit harus mengeluarkan biaya untuk mendapatkan modal kredit ternak yang dikeluarkan pada saat mencari informasi untuk identifikasi, negosiasi, membuat berkas-berkas persyaratan kredit ternak dan melaksanakan kesepakatan perjanjian kontrakpinjaman serta biaya asuransi. Biaya tersebut merupakan biaya transaksi yang harus dikeluarkan peternak kredit untuk melaksanakan kontraknya atas sumberdaya ternak yang dimilikinya. 4 Lokasi Sarana transportasi sangat dibutuhkan dalam memudahkan peternak mengirim susu hasil usaha ternak sapi perahnya. Lokasi kandang yang jauh menyebabkan peternak harus mengeluarkan biaya untuk membawa susu hasil ternaknya menuju tempat pengumpulan susu. Jarak lokasi peternakan sapi perah dengan koperasi juga menimbulkan biaya transportasi bagi peternak. Pada umumnya di KSU Karya Nugraha, koperasi mengambil langsung susu dari peternak di tempat pengumpulan susu, sehingga peternak menanggung biaya transportasi dari kandang ke tempat pengumpulan susu saat pengiriman susu. 66 Selain itu peternak juga menanggung biaya transportasi dari lokasi peternakan ke tempat mencari pakan atau ke koperasi untuk penyediaan sarana input produksi seperti konsentrat dan obat-obatan serta pelayanan kesehatan. 6.4.4 Minimalisasi Biaya Transaksi Secara umum aliran distribusi produk susu dimulai dari peternak. Peternak-peternak dari berbagai lokasi mengantarkan susunya ke titik terdekat yang telah ditentukan oleh koperasi atau yang disebut tempat pengumpulan susu TPS. Selanjutnya, pada waktu yang telah ditentukan, susu-susu dari TPS tersebut diambil oleh koperasi melalui alat transportasi pengangkut susu untuk ditampung di cooling unit koperasi. Selanjutnya pihak koperasi melakukan uji kualitas susu yang dihasilkan peternak yang nantinya akan dikompensasi dengan harga susu per liternya. Susu yang ditampung oleh koperasi selajutnya didistribusikan ke industry pengolahan susu IPS. Pihak IPS memberikan pembayaran atas harga susu dan pembinaan berupa informasi harga ke koperasi. Pihak koperasi sendiri berperan memberikan pelayanan kepada peternak sapi perah anggotanya sebagai penyedia input sarana produksi, pembinaan terhadap peternak berupa penyuluhan tentang tatalaksana pemeliharaan sapi perah, memfasilitasi pemberian kredit sapi, simpan pinjam, pelayanan kesehatan dan inseminasi buatan IB. Gambar 4 Pola Agribisnis Peternakan Sapi Perah Biaya transaksi tidak dapat dihindari dalam berbagai kegiatan ekonomi termasuk usaha ternak sapi perah. Meskipun begitu, biaya transaksi perlu diminimalisasi sedemikian rupa agar usaha yang dilakukan menjadi lebih efisien. Berdasarkan uraian sebelumnya, faktor paling berpengaruh yang menyebabkan 67 timbulnya biaya transaksi pada peternak sapi perah adalah 1 informasi yang asimetris, 2 struktur pasar yang tidak sempurna, 3 kepemilikan modal pembelian sumberdaya ternak yang bersifat private proverty, dan 4 lokasi. Berikut akan dijelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi biaya transaksi peternak sapi perah. 1 Membuka akses informasi Menurut Acemoglu 2003 bahwa kelembagaan memiliki sumbangan yang penting dalam pembangunan ekonomi mengingat adanya kegagalan pasar sebagai akibat mahalnya informasi dan pelaku pasar tidak menggunakan semua informasi yang diperoleh atau tidak mampu diperoleh. Ketidaksempurnaan informasi dan keterbatasan dalam kapasitas mengolah informasi akan mempengaruhi biaya transaksi. Informasi asimetris tercipta karena struktur pasar yang tidak sempurna yang dihadapi peternak sapi perah dimana jumlah pembeli lebih sedikit dibandingkan jumlah penjual. Informasi pemasaran produk-produk hasil peternakan umumnya dikuasai oleh pihak-pihak tertentu koperasi dan IPS dan sulit diakses oleh peternak. Produk-produk peternakan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan protein pangan masyarakat, oleh karena itu informasi pasar terhadap produk tersebut sebaiknya tidak lepas dari kebijakan pemerintah untuk dapat mengakses permodalan melalui kebijakan skim bantuan kredit ternak berbunga rendah yang mudah dijangkau, memberikan penyuluhan tentang informasi pasar, teknik pemeliharaan, dan melindungi keberlangsungan usaha ternak sapi perah para peternak dengan menetapkan standar harga susu di tingkat peternak dengan memperhitungkan biaya transaksi, biaya pakan hijauan, dan upah tenaga kerja, penyerapan susu peternak domestik oleh IPS melalui koperasi, dan menekan harga input produksi melalui subsidi pakan. Peternak tidak dapat bergerak secara sendiri-sendiri partial, sehingga perlu mengakses secara bersama-sama melalui lembaga koperasi farmers controlled enterprise yang sudah ada dan mengelolanya dengan lebih baik, aspiratif, dan transparan. Lembaga ini dapat mewakili peternak, pemerintah daerah dan pengambil kebijakan lainnya untuk memperoleh informasi baik mengenai informasi produksi, pasar, kebijakan-kebijakan yang terkait di sektor peternakan serta skim bantuan kredit ternak yang tersedia untuk pengembangan skala usaha peternak agar lebih efisien. Akses terhadap pemerintah dan stakeholder lainnya menjadi lebih mudah karena lembaga ini mendapat legitimasi dari para anggota dan diakui oleh pemerintah. Dengan demikian, biaya mencari informasi information cost yang ditanggung oleh peternak akan jauh lebih kecil. Koperasi ini juga dapat berperan lebih untuk meningkatkan pengetahuan serta modal sosial peternak terutama dalam mengakses informasi dan desiminasi setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2 Memperbaiki manajemen kelembagaan koperasi Struktur pasar yang tidak sempurna menjadi salah satu penyebab timbulnya biaya transaksi pada usaha ternak sapi perah karena mengakibatkan lemahnya posisi tawar peternak dalam pemasaran hasil ternaknya. Guna meminimalisasi biaya transaksi tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan posisi tawar peternak dalam pemasaran hasil peternakan. Peningkatan posisi tawar ini dapat dilakukan melalui penguatan modal sosial yang dimiliki masyarakat peternak yaitu kemampuan untuk mengorganisasikan diri 68 yang pada dasarnya dimiliki oleh peternak anggota koperasi. Kemampuan ini akan semakin kuat apabila terdapat kepentingan yang sama dari peternak anggota koperasi tersebut. Melalui pengorganisasian kepentingan, maka tujuan bersama akan lebih mudah dicapai. Untuk mengakomodasikan kepentingan tersebut, maka perlu mengelola kelembagaan koperasi tersebut menjadi sebuah lembaga usaha bersama yang memperjuangkan kepentingan peternak. Kelembagaan harus didesain untuk mengurangi biaya transaksi bukan yang terjadi sebaliknya Rao 2003. Koperasi tersebut hendaknya dikelola oleh peternak anggota koperasi yang amanah untuk menghindari konflik kepentingan dalam tubuh koperasi dan meningkatkan posisi tawar peternak dalam penjualan susunya agar mendapatkan harga susu dan pelayanan koperasi yang lebih baik untuk keberlangsungan usahanya. Koperasi diharapkan lebih berperan dalam menyerap dan memasarkan susu hasil usaha ternak para anggotanya, mencari dan mengembangkan pangsa pasar, menyediakan input produksi dengan kualitas yang baik dan harga yang ekonomis, dan memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap anggota koperasi seperti memperbanyak dan mendekatkan tempat pengumpulan susu dengan lokasi kandang peternak, menetapkan kebijakan kelembagaan yang meminimalkan biaya pelayanan koperasi terhadap anggotanya khusunya dalam pelayanan kesehatan dan inseminasi buatan, dan melakukan pembinaan kepada peternak secara berkala berupa kegiatan penyuluhan, pendidikan, dan latihan tentang aspek permodalan, pasar, dan tatalaksana pemeliharaan sapi perah yang akan membuka cakrawala berfikir, menambah keterampilan dan pengalaman peternak dalam mengelola usaha ternaknya.untuk perbaikan manajemen, produktivitas, dan kesejahteraan. 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian studi kasus peternak sapi perah anggota KSU Karya Nugraha, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain: 1 Kondisi perkembangan kinerja peternak sapi perah anggota koperasi masih belum optimal karena dari tahun ke tahun perkembangan persentase jumlah sapi laktasinya semakin menurun dan produktivitas susu sapi perah yang dipeliharanya tetap masih rendah. 2 Analisis struktur penerimaan menunjukkan bahwa penerimaan peternak sapi perah terdiri atas penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tersebut bersumber dari penjualan susu ke koperasi dan penjualan susu ke luar koperasi seperti nilai penggunaan susu untuk konsumsi pedet dan nilai susu yang dikonsumsi keluarga peternak, penjualan sapi, penjualan karung bekas konsentrat dan nilai pemakaiannya yang digunakan untuk kepentingan peternak sendiri, serta nilai pengunaan pupuk kandang oleh peternak atau penjualannya. 69 3 Hasil analisis regresi tobit menjelaskan bahwa penerimaan peternak sapi perah di pengaruhi oleh umur dan skala usaha peternak. Hal tersebut karena semakin bertambah umur, peternak akan semakin bertambah pengetahuan dan pengalaman beternaknya serta semakin dewasa dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan proses produksi sehingga dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan dan meningkatkan penerimaannya. Selain meningkatkan jumlah output produksi yang diterima, peningkatan skala usaha juga berpengaruh terhadap semakin rendahnya biaya transaksi karena semakin besar skala usahanya menyebabkan semakin rendahnya persentase rata-rata komponen biaya transaksi sehingga penerimaannya meningkat. Berdasarkan skala usaha baik pada peternak kredit maupun peternak mandiri, secara umum menunjukkan bahwa semakin besar skala usahanya maka penerimanan cenderung akan semakin bertambah dan persentase biaya transaksi yang dikeluarkan peternak cenderung akan semakin kecil. Skala usaha besar mempunyai penerimanan yang lebih besar dan persentase biaya transaksi yang lebih rendah dibandingkan skala usaha kecil dan menengah. 4 Hasil analisis biaya produksi menunjukkan bahwa biaya produksi peternak sapi perah terdiri atas biaya produksi variable dan biaya produksi tetap. Biaya produksi tersebut meliputi biaya pakan konsentrat, biaya pakan hijauan, biaya obat-obatan, vitamin dan pelayanan kesehatan ternak, biaya upah tenaga kerja, pajak bumi dan bangunan atau sewa lahan, rekening listrik dan air, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, penyusutan sapi induk betina, dan biaya keanggotaan koperasi serta biaya angsuran kredit ternak bagi peternak yang mengikuti skim bantuan kredit ternak. Berdasarkan persentasenya, biaya produksi yang paling banyak dikeluarkan oleh peternak sapi perah adalah biaya untuk pakan konsentrat, upah tenaga kerja, dan biaya pakan hijauan. 5 Hasil analisis biaya transaksi menunjukkan bahwa biaya transaksi peternak sapi perah terdiri atas biaya transaksi tetap dan biaya transaksi tidak tetap. Biaya transaksi tersebut bersumber dari biaya kontrak bagi peternak yang mengikuti skim bantuan kredit ternak, biaya untuk dana kesejahteraan ternak dan anggota, biaya pemeliharaan sumber daya ternak, serta biaya pengiriman susu dan pencarian pakan atau input produksi. Biaya transaksi yang paling banyak dikeluarkan peternak sapi perah berasal dari biaya pemeliharaan sumberdaya ternak serta biaya pengiriman susu dan pencarian pakan atau input produksi. 6 Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, besarnya biaya transaksi dipengaruhi oleh besar kecilnya penerimaan dan tingkat pendidikan peternak. Semakin tinggi penerimaan yang diperoleh maka biaya transaksi akan semakin meningkat. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik manusia yang cenderung lebih mudah mengeluarkan pendapatan ketika penerimaan yang diperoleh berlebih. Semakin tinggi tingkat pendidikan peternak juga akan dapat semakin menurunkan biaya transaksi karena bertambahnya pengetahuan, wawasan dan keterampilan peternak dapat mengantisipasi timbulnya biaya transaksi dan meminimalkannya. 7 Biaya transaksi akan mengakibatkan total biaya semakin meningkat. Semakin kecil biaya transaksi yang bisa ditekan maka akan semakin kecil total biaya. Hasil analisis rasio biaya transaksi terhadap penerimaan dan rasio biaya 70 transaksi terhadap total biaya usaha ternak sapi perah menjelaskan bahwa usaha sapi perah peternak mandiri relatif lebih efisien dan memberikan kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan peternak kredit.

7.2 SARAN

1 Peternak hendaknya meningkatkan kinerjanya dengan peningkatan produktivitas susu sapi perahnya melalui perbaikan manajemen pembibitan, manajemen pakan, dan manajemen pemeliharaan, serta peningkatan produksi susu dengan penambahan jumlah sapi laktasi sehingga penerimaan usahanya meningkat. 2 Peternak hendaknya meningkatkan penerimaan dari sumber-sumber lain seperti penjualan pupuk kandang, penjualan sapi jantan pedetdara dan jantan dewasa agar keberlangsungan usaha ternak sapi perahnya relatif terjaga karena proses pengelolaan usaha yang baik. 3 Selain biaya transaksi, peternak disarankan untuk meminimalkan biaya-biaya yang dikeluarkan terutama biaya produksi untuk pakan dalam usaha ternak sapi perah agar beban usaha yang dipikul tidak terlalu berat. 4 Menyelesaikan permasalahan rendahnya tingkat kesejahteraan peternak tidak hanya cukup dengan pendekatan produksi, namun perlu pendekatan non produktivitas yaitu pendekatan biaya transaksi karena biaya transaksi merupakan salah satu komponen yang menyebabkan inefisiensi usaha bagi peternak. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan biaya transaksi serta meminimalkan biaya produksi dan meningkatkan penerimaan peternak antara lain dengan meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan peternak, membuka atau memberikan informasi kepada peternak tentang akses permodalan untuk meningkatkan skala usahanya, informasi penyediaan input produksi, informasi pasar, perbaikan pelayanan kelembagaan koperasi dan pembinaan peternak oleh koperasi melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan. 5 Untuk meningkatkan kesejahteraan peternak, diharapkan penentuan harga susu segar di tingkat peternak selain mempertimbangkan kualitas susu juga sebaiknya memperhitungkan biaya transaksi, biaya pakan hijauan, dan biaya tenaga kerja peternak sendiri. 6 Penelitian mengenai biaya transaksi ini masih sangat jarang dilakukan di Indonesia, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan di sektor peternakan. Diharapkan penelitian lanjutan tersebut menggunakan sudut pandang yang lebih luas terhadap biaya transaksi sehingga penelitian tersebut lebih bersifat komprehensif. DAFTAR PUSTAKA Abdullah NMR, K Kuperan, Robert S Pomeroy. 1998. Transaction Costs and Fisheries Co-Management.