Struktur Biaya Transaksi Definisi Transaksi

12 Allen 1999 mengatakan bahwa konsep tentang property right dan biaya transaksi secara fundamental terkait satu sama lain interlinked, bahkan diilustrasikan sebagai satu koin dengan dua sisi. Keterkaitan ini juga yang membedakan distinguished pendekatan property right dengan pendekatan neoklasik dalam studi biaya transaksi. Keberadaan hak kepemilikan sangat penting dalam menentukan efisiensi suatu kegiatan, oleh karena itu pemahaman yang jelas tentang hak kepemilikan seseorang terhadap suatu barang atau sumberdaya sangat diperlukan untuk menghindari klaim kepemilikan oleh pihak lain yang ingin menguasai atau merebut barang atau sumberdaya tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Allen 1991: When property rights are perfect, no unauthorized transfer in rights can take place by definition, and as a result, no effort is made to steal or protect those rights. When property rights are incomplete, wealth maximizing individuals will try to farther establish their property rights, and resources will be devoted toward their capture : some rights may be stolen when the opportunity arises, and some resources will be used for protection. Dilihat dari segi hak kepemilikan, sumberdaya yang jelas hak kepemilikannya dapat disebut sebagai sumberdaya milik individu private property, sedangkan sumberdaya yang tidak jelas kepemilikannya disebut sebagai sumberdaya yang open access, di mana semua pihak berhak untuk mengakses dan memanfaatkan sumberdaya tersebut. Dalam konteks lain dikenal juga istilah common property yang berarti sumberdaya tersebut merupakan milik dari suatu komunitasmasyarakat, sehingga individu yang bukan merupakan bagian dari komunitas itu tidak berhak mengakses dan memanfaatkan sumberdaya tersebut. Allen 1991 mendefinisikan biaya transaksi sebagaimana berikut: Transaction cost are the resources used to established and maintain property rights. They include the resources used to protect and capture appropriate with permission property rights, plus any deadweight costs that result from any potential or real protecting and capturing. Randal 1972 diacu dalam Abdullah et al. 1998 mendefinisikan biaya transaksi mencangkup: 1 biaya memperoleh informasi, 2 biaya untuk memperkuat posisi tawar dalam sebuah kelompok pengambil keputusan, dan 3 biaya untuk menegakkan keputusan yang telah dibuat. Lebih lengkap Gray 1994 diacu dalam Abdullah at al. 1998 mengemukakan beberapa elemen biaya transaksi yaitu: 1 Biaya negosiasi kontrak; mencangkup biaya pengumpulan informasi dan negosiasi dalam membuat sebuah kesepakatan. 2 Moral hazard perilaku opportunistik dari pelaku; saat seorang pelaku terlibat dalam produksi, keputusan dalam kontrak mungkin menciptakan sebuah insentif untuk memaksimumkan sesuatu dibandingkan dengan net return dari produksi. Hilangnya efisiensi merupakan biaya dari transaksi yang dianggap dalam hal ini. 3 Biaya monitoring dan penegakkan. 4 Signaling cost. 13 5 Tingkah laku untuk menghindari resiko; seorang yang menghindari resiko akan menggunakan input dalam tingkat sub-optimal bila ia tidak dilengkapi oleh insuransi. Kehilangan efisiensi yang timbul karena tindakan yang menghindari resiko merupakan bagian dari biaya transaksi. 6 Mengurangi investasi karena kondisi yang tidak aman. 7 Keterbatasan ukuran ekonomi; kehilangan efisiensi yang terjadi karena harus dibatasinya ukuran dan model investasi dalam suatu kontrak menimbulkan biaya transaksi. Klasifikasi Biaya Transaksi Furubotn dan Richter 2000 membagi biaya transaksi menjadi tiga jenis, sesuai dengan jenis transaksinya, yaitu: 1 Market transaction cost Seluruh biaya yang dikeluarkan agar barangjasa bisa sampai ke pasar. Biaya persiapan kontrak biaya pencarianpengadaan informasi; biaya pembuatan kontrak biaya bargainingnegosiasi dan pembuatan keputusan; biaya monitoring dan penegakan kontrak biaya supervisi dan penegakan kesepakatan. Biaya informasi mencari atau menyediakan informasi: biaya iklan, mendatangi calon customer, mengikuti pameran, pasar mingguan, biaya komunikasi post, telepon, dan lain-lain, harga barang yang sama yang diminta oleh beberapa supplier, biaya pengujian kualitas, biaya mencari pegawai yang berkualitas. Bargaining and decision cost meliputi: biaya yang dikeluarkan agar informasi yang dikumpulkan bermanfaat, biaya konsultan, dan lain-lain. Supervision and enforcement cost: biaya yang dikeluarkan untuk mengawasi pengiriman barang agar sampai tepat waktu, mengukur qualitas dan jumlah produk yang ditransaksikan, biaya penegakan kontrak agar berjalan sesuai kesepakatan, 2 Managerial transaction cost Biaya terkait dengan upaya menciptakan keteraturan, contoh: Biaya membuat, mempertahankan atau mengubah rancanganstruktur oragnisasi, meliputi biaya personal management, IT, mempertahankan kemungkinan pengambilalihan paihak lain, public relation, dan lobby. Biaya menjalankan organisasi, meliputi: biaya informasi biaya pembuatan keputusan, pengawasan pelaksanaan perintah sesuai keputsan, mengukur kinerja pegawai, biaya agen, manajemen informasi. Termasuk juga biaya pemindahan barang intra perusahaan 3 Political transaction cost Biaya terkait pembuatan tata aturankelembagaan public goods sehingga transaksi pasar dan manajerial bisa berlangsung dengan baik. Biaya pembuatan setting up, pemeliharaan, pengubahan organisasi politik formal dan informal, seperti biaya penetapan kerangka hukum, struktur administrasi pemerintahan, militer, sistem pendidikan, pengadilan dan lain-lain. Biaya menjalankan bentuk pemerintahan, peraturan pemerintah atau masyarakat yang bertata negara, seperti biaya legislasi, pertahanan, administrasi hukum, pendidikan, termasuk di dalamnya semua biaya pencarianpengumpulan dan pengolahan informasi yang diperlukan agar tata pemerintahan dapat berjalan. Biaya upaya pelibatan masyarakat dalam proses politik termasuk ke dalam transaksi politik. Secara spesifik biaya transaksi pasar market transaction costs costs bisa dikelompokkan menjadi biaya untuk menyiapkan kontrak secara sempit bisa 14 diartikan sebagai biaya untuk pencarian atau searching dan informasi, biaya untuk mengeksekusi kontrak atau concluding contracts biaya negosiasi dan pengambilan keputusan, dan biaya pengawasan monitoring dan pemaksaan kewajiban yang tertuang dalam kontrak enforcing the contractual obligations obligations. Karakteristik dan Faktor Berpengaruh terhadap Biaya Transaksi Perusahaan, birokrasi, organisasi, dan lain-lain dianggap sebagai sebuah governance tata kelola. Di dalamnya terjadi transaksiinteraksi antara individubagian. Transaksi dengan pihak luar di luar governance dipengaruhi oleh lingkungan kelembagaan eksternal yang tingkatannya lebih tinggi. Perubahan pada lingkungan kelembagaan eksternal berpengaruh terhadap transaksi yang terjadi antara individubagian dalam tata kelola. Transaksi dalam suatu governance juga dipengaruhi oleh sifat individu yang cenderung opportunis, self interest, greeedi dan lain-lain. Contoh: peternakindividu merupakan sebuah governance. Transaksi yang terjadi dipengaruhi oleh kelembagaan internal dan lingkungan kelembagaan eksternal. koperasi merupakan sebuah governance. Transaksi terjadi mengikuti kelembagaan internal tapi juga dipengaruhi oleh lingkungan kelembagaan global. Semakin kompleks transaksi biayanya semakin mahal. Gambar 1 Skema Tingkatan Biaya Transaksi Williamson 1997 Karakteristik transaksi mempengaruhi besaran biaya transaksi. Menurut Williamson 1981 ada tiga karaktristik transaksi yang penting, yaitu: Ketidakpastian uncertainty, terutama terkait dengan produksi, supply, demand, fluktuasi harga, iklim, kondisi lapangan, dan lain-lain. Frekuensi, tergantung pada keadaan dan kemampuan produksi. Produk pertanian, perikanan, sangat tergantung pada musim. Transaksi pada msuim panen atau musim ikan melimpah berbeda dengan transaksi pada musim paceklik. Spesifitas, yang meliputi site specifity, physical asset speficifity, human asset specifity. Asset yang spesifik membatasi kegiatan tertentu yang memiliki transaksi yang terbatas. 15 Zhang 2000 mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi biaya transaksi, sebagai berikut: - Karakterisrtik benda dan hak atas benda tersebut terkait dengan informasi mengenai benda dan status orang atas benda tersebut. - Identitas aktor yang terlibat dalam transaksi tersebut, berkenaan dengan sifat manusia yang rasional terbatas, yaitu keterbatasan manusia mencari, menerima, menyimpan, mengolah informasi; kekurangan ketersediaan informasi. - Situasi teknis dan sosial penataan pertukaran dan bagaimana pertukaran tersebut dikelola. Apakah pertukaran tersebut hanya karena kekuatan pasar atau ada intervensi kelembagaan yang turut menata pertukaran tersebut. Berdasarkan penjelasan tentang definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi bearan biaya transaksi, Beckman 2000 memformulasi empat determinan biaya transaksi: - Atribut aktorpelaku yang melekat rasionalitas terbatas dan oportunisme menentukan besaran transaksi. - Sifatatribut transaksi spesifitas asset, ketidakpastian, frekuensi. - Dipengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola market, hierarki, hybrid, regulasi, dan lain-lain. - Lingkungan kelembagaan hak milik, kontrak, agreemen, budaya, dan lain- lain - Gambar 2 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Biaya Transaksi Hak Kepemilikan Sumberdaya Faktor penentu dalam perilaku pemanfaatan serta keputusan pengalokasian sumber daya adalah status kepemilikan property right dari sumber daya tersebut. Menurut Tietenberg 1984, hak kepemilikan mencakup hak memiliki, hak istimewa privileges dan batasan dalam memanfaatkan sumber daya. Sandberg 1993 membagi property right ke dalam lima elemen yang berbeda, yaitu hak mengakses right to access, hak memanen right to harvest, hak mengelola right to manage, hak melarang masuk right to exclude, dan hak Atribut prilaku dari aktor • Rasionalitas terbatas • opportunisme Struktur tata kelola: • Pasar, hierarki, hybrid • Regulasi, birokrasi Lingkungan kelembagaan: • Hak milik, kontrak, agreemen, dll • Budaya Atribut transaksi: • Ketidakpastian • Spesifikasi asset • frekuensi Biaya Transaksi 16 untuk memindahkan sumber daya right to alienate. Seluruh elemen ini tidak selalu ada dalam sebuah hak kepemilikan. Bromley 1997 mengklasisifikasikan kepemilikan sumber daya atas empat jenis, yaitu: 1 Milik negara state proverty, dimana kepemilikan dan pengawasan terhadap penggunaan sumberdaya berada di tangan pemerintah. Pemanfaatan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok hanya dapat dilakukan oleh individu maupu kelompok hanya dapat dilakukan apabila mendapatkan izin dari pemerintah dan pelaksanaannya dikontrol oleh pemerintah. Pada prinsipnya pemanfaatan sumberdaya ini harus memberikan manfaat bagi masyarakat banyak. Contoh dari sumber daya yang merupakan satate property adalah taman nasional laut, hutan lindung dan lain sebagainya. 2 Milik swastaindividu private property, dimana sumberdaya dimiliki oleh individu atan swasta. Hak-hak yang dimiliki oleh seorang pemilik mencangkup hak mengawasi the right to control, hak untuk mengalihkan kepemilikan the right to transfer, hak guna the right to use, dan hak-hak otonom lainnya. 3 Milik bersama common property yaitu sumber daya dapat dimanfaatkan oleh siapa saja. Terminologi “common property” ini digunakan oleh Scott Gordon untuk menggambarkan perikanan yang open access serta Hardin untuk menjelaskan iragedy of the commons. Namun menurut Bromley, common property right tidak dapat disamakan dengan rezim open access. Common property menurut Bromley secara fundamental sama dengan private property, yaitu pihak yang bukan pemilik tidak dapat menggunakan dan ikut dalam pengambilan keputusan. Biasanya pemilik sumberdaya merupakan unit sosial dengan keanggotaan tertentu dan terbatas. Unit sosial ini memiliki kepentingn bersama, dimana terjadi interaksi sosial antar anggota serta diatur oleh norma- norma yang berlaku. 4 Open access, yaitu kondisi yang menggambarkan sumberdaya bukan milik semua pihak unowned resourceslres nullius, dimana semua pihak diizinkan untuk menggunakan sumberdaya tersebut tanpa membatasi kepentingan masing-masing pengguna. Open access pada dasarnya menggambarkan kondisi tanpa hukum. Kepemilikan sumberdaya ternak dapat dikelompokan sebagai private property berdasarkan kategori Bromley 1997, dimana sumberdaya ternak dapat dimiliki oleh masing-masing peternak. Guna mengatur pemanfaatan sumberdaya ternak tersebut maka pada masing-masing peternak terdapat aturan-aturan yang berlaku bagi peternak yang memiliki sumberdaya ternak. Pada masa sekarang kegiatan usaha budidaya peternakan telah berkembang, sehingga penggunaan sumberdaya ternak bukan milik sendiri untuk kegiatan ini semakin berkurang. Pada umumnya peternak menggunakan ternak milik sendiri private property untuk melakukan kegiatan usaha ternak sehingga hak-haknya dalam pemanfaatan dan penguasaan ternak jelas. Hal ini sangat penting untuk keberlanjutan dan pengembangan usaha serta kesejahteraan peternak. Sumberdaya ternak yang private property menyediakan hak-hak yang bersifat istimewa sehingga dapat menciptakan efisiensi alokasi sumberdaya yang berbeda dibandingkan yang bukan private proverty. Menurut Tietenberg 1985, 17 beberapa karakteristik struktur property right yang dapat menciptakan efisiensi alokasi sumberdaya adalah: 1 Universality: semua sumberdaya yang dimiliki secara private dan segala hak- haknya dirinci secara jelas. 2 Exclucivity: semua manfaat dan biaya dikeluarkan sebagai akibat dari pemilikan dan pemanfaatan sumberdaya hanya ditanggung oleh pemiliknya, meskipun secara langsung dan tidak langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain. 3 Transferability: seluruh hak kepemilikan itu dapat dipindahtangankan dari satu pemilik ke pihak lain dengan transaksi yang bebas dan jelas. 4 Enforceability: hak pemilikan tersebut harus aman dari perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain. Efisiensi yang tercipta tidak hanya dari segi manfaat yang diterima oleh pihak pengguna, namun juga menyangkut seberapa besar aktivitas tersebut berdampak terhadap sumberdaya. Field 1994 mengemukakan beberapa syarat yang harus dipenuhi selain empat hal yang dikemukakan oleh Tienberg agar proverty right dapat berjalan dengan baik dan memberikan sesuatu yang mendekati tingkat efisien, yaitu 1 harus terdapat sistem yang kompetitif dan berdaya guna untuk kepentingan berbagai pihak untuk turut serta dan melakukan negosiasi tentang bagaimana property right tersebut dapat dimanfaatkan; 2 harus terdapat susunan pasar yang lengkap, sehingga pemilik-pemilik sumber daya private owners dapat meraih seluruh nilai sosial yang diperoleh dari penggunaan aset lingkungan. Keseluruhan karakteristik tersebut melekat pada sumberdaya private property karena kepemilikan yang sangat jelas. Oleh karena itu, efisiensi alokasi sumber daya akan lebih tinggi dibandingkan sumberdaya non private property yang tidak memiliki seluruh karakteristik tersebut. Informasi Asimetris Studi-studi tentang pasar sebelumnya tidak menguji permasalahan yang ditimbulkan oleh kondisi informasi yang berbeda karena selalu menggunakan asumsi bahwa para pembeli dan para penjual memiliki informasi yang lengkap tentang kualitas barang yang dijual di pasar. Pada kenyataannya di dalam pasar juga terdapat informasi yang tidak sempurna imperfect information yaitu informasi yang lengkap hanya dikuasai oleh pihak-pihak tertentu. Dengan berkembangnya ilmu ekonomi, informasi asimetris telah menjadi bagian dari teori ekonomi yang berguna untuk menganalisis keseimbangan pasar. Jamess dan William Vickrey meneliti pengaruh informasi asimetris terhadap rancangan pembayaran pajak pendapatan yang optimal dan alokasi sumberdaya melalui berbagai tipe lelang yang mendapatkan penghargaan nobel dalam bidang ekonomi pada tahun 1996. Kajian mengenai informasi asimetris telah dilakukan sebelumnya oleh George Akerlof melalui papernya yang berjudul “The Markets for Lemons: Quality Uncertainty and the Market Mechanism ” pada tahun 1970. Akerlof menganalisis bahwa di dalam pasar terdapat kondisi dimana penjual memiliki informasi yang lebih lengkap tentang kualitas barang dibandingkan pembeli. Eksternalitas terjadi antara penjual barang yang berkualitas bagus dan barang 18 yang berkualitas buruk ketika seorang pembeli ingin mencoba barang tersebut. Penjual barang berkualitas buruk mempengaruhi persepsi pembeli tentang rata- rata barang tersebut di pasar. Harga barang yang terbentuk lebih rendah dari willingness to pay pembeli, sehingga merugikan penjual barang yang berkualitas bagus. Eksternalitas ini menciptakan kegagalan pasar Varian 1996.

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Rony 1996 mengenai transaksi jual beli lahan di kota Bogor menunjukkan bahwa biaya transaksi yang muncul pada saat jual beli tersebut dapat digolongkan menjadi tiga yaitu i biaya kontrak, ii biaya pengawasan dan penegakan hukum, dan iii biaya informasi. Biaya kontrak adalah biaya yang diperlukan untuk pembuatan akta kesepakatan jual beli, dalam hal ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk jasa pejabat pembuat akta tanah berikut para saksi. Biaya pengawasan dan penegakan hukum adalah biaya yang diperlukan untuk melakukan pengamanan dan jaminan bahwa pelaksanaan suatu keputusan hukum jual-beli dapat berlangsung lancar dan mencegah pihak luar yang tidak berkompeten terlibat dalam kegiatan transaksi. Biaya informasi adalah biaya yang diperlukan untuk memperoleh seluruh informasi mengenai lahan, penjual, pembeli, harga, kondisi, dan mekanisme perolehannya. Biaya ini berbentuk biaya jasa yang diberikan kepada calo tanah atas keterlibatannya dalam jual beli lahan. Beberapa temuan penting dari penelitian tersebut adalah i hak kepemilikan yang semakin lengkap dalam bentuk lahan yang berstatus hak milik dapat lebih menurunkan biaya transaksi. Pada hak kepemilikan yang kurang lengkap dalam bentuk lahan yang berstatus milik adat, biaya transaksinya menjadi lebih besar utamanya pada biaya kontrak, ii kelembagaan formal yang kurang ditegakkan dalam bentuk aturan mengenai biaya legalisasi akta jual beli dan biaya administrasi pengurusan izin prinsip menyebabkan biaya transaksi menjadi meningkat karena pungutan-pungutan dikenakan melebihi ketentuan. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini 2005 di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi menunjukkan komponen biaya transaksi yang dihadapi oleh setiap pelaku ekonomi tidaklah sama. Petani pemilik menghadapi komponen biaya transaksi meliputi i biaya transaksi tetap fixed transaction costs yaitu biaya pengesahan jual beli tanah dan biaya peralihan hak tanah dan bangunan BPHTB, dan ii biaya transaksi peubah variable transaction cost meliputi biaya mempertahankan kontrak, biaya perantara middlemen costs, biaya pengangkutan hasil panen, dan pungutan penggunaan irigasi. Petani penggarap menghadapi komponen biaya transaksi yang sama seperti petani pemilik kecuali untuk biaya transaksi tetap dan biaya mempertahankan kontrak. Nelayan diesel menghadapi komponen biaya transaksi meliputi biaya manajemen, retribusi hasil tangkapan, biaya tambat dan keamanan kapal, dan biaya pelaksanaan tradisi laut. Nelayan kincang menghadapi biaya transaksi meliputi biaya perantara bakul middlemen costs, biaya tambat dan keamanan perahu, dan biaya pelaksanaan tradisi laut. Hal ini mendukung pernyataan Sadoulet dan de Janvry 1995 diacu dalam Gabre-Madhin 2001 yang menyatakan bahwa biaya transaksi bersifat 19 spesifik untuk masing-masing aktor pasar dan tidak ada satu harga pasar yang efektif single effective market price pada saat pertukaran terjadi. Komponen biaya transaksi pada nelayan diesel adalah retribusi hasil tangkapan 45.69 dan biaya manajemen 49.29. Sementara biaya transaksi pada nelayan kincang adalah biaya perantara bakul middleman cost 93. Rasio biaya transaksi-penerimaan transaction cost-benefit ratio nelayan diesel adalah 0.10 dan nelayan kincang adalah 0.17. Rasio biaya transaksi-biaya total transaction cost-total cost ratio nelayan diesel 0.15 dan nelayan kincang adalah 0.24. Selain itu, komponen biaya transaksi terbesar pada petani pemilik adalah biaya perantara middleman cost 69, biaya pengangkutan hasil panen 18 dan biaya mempertahankan kontrak 10. Komponen biaya transaksi terbesar pada petani penggarap adalah biaya biaya perantara middleman cost 76 dan biaya pengangkutan hasil panen 19. Rasio biaya transaksi-penerimaan transaction cost-benefit ratio petani pemilik 0.19 dan petani penggarap adalah 0.18. Rasio biaya transaksi-biaya total transaction cost-total cost ratio petani pemilik 0.30 dan petani penggarap adalah 0.21. Penelitian ini menyarankan upaya minimalisasi biaya transaksi pada nelayan diesel dengan meningkatkan efisiensi pemasaran serta mendorong terlaksananya mekanisme pasar. Sementara upaya yang dapat ditempuh untuk meminimalisasi biaya transaksi pada nelayan kincang dan petani adalah dengan membangun FishersFarmers Controlled Enterprise untuk meningkatkan posisi tawar serta membuka akses informasi. Penelitian tersebut menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab biaya transaksi pada nelayan dan petani diantaranya adalah struktur pasar yang tidak sempurna dan penegakan aturan yang lemah. Struktur pasar yang tidak sempurna ditandai dengan jumlah pembeli yang jauh lebih sedikit dibanding jumlah penjual dan informasi yang bersifat asimetris antara pembeli dan penjual. Penegakan aturan yang lemah terkait dengan tidak berjalannya pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan TPI sebagaimana mestinya dan pengawasan terhadap kebijakan harga dasar gabah mengingat petani selalu mendapatkan harga gabah yang lebih rendah dibandingkan harga pasar. Struktur pasar yang tidak sempurna dan penegakan aturan yang lemah sejatinya adalah permasalahan-permasalahan kelembagaan. Bentuk kelembagaan mempengaruhi biaya transaksi. Berdasarkan disertasi Sukmadinata 1995 mengenai kelembagaan transaksi dalam pemasaran hasil usaha penangkapan ikan di Jawa Timur, diketahui bahwa kelembagaan penjualan hasil tangkapan melalui TPIPPI Pusat-pusat Pendaratan Ikan menyebabkan biaya transaksi yang lebih tinggi bagi nelayan dibandingkan dengan jika nelayan menjual hasil tangkapannya di luar TPIPPI. Demikian pula halnya dengan tesis yang disampaikan Yani 1999. Menggunakan kasus budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung KJA di wilayah Kepulauan Riau, disimpulkan bahwa mekanisme kontrak informal antara nelayan KJA dengan tauke tauke adalah orang-orang yang memiliki modal usaha di bidang perikanan dan memberikan pinjaman modal usaha kepada nelayan untuk urusan penjualan ikan mampu menurunkan biaya transaksi sebesar Rp19 436.88 untuk setiap ekor ikan kerapu yang diperdagangkan. Di dalam 20 mekanisme kontrak informal ini, nelayan KJA adalah sebagai penerima harga price taker saja, sedangkan tauke sebagai penentu harga. Secara umum, kelembagaan pasar terbatas menyebabkan biaya transaksi yang tinggi, sistem kontrak formal bersifat kurang adaptif terhadap perubahan situasi sehingga kurang bisa menghadapai ketidakpastian, dan aliansi strategis melibatkan aset yang bersifat spesifik assets specificity sehingga meningkatkan biaya transaksi. Kelembagaan koperasi formal sebenarnya dapat meningkatkan posisi tawar nelayan KJA tetapi belum mampu menawarkan keuntungan finansial kepada anggotanya. Mengenai bentuk kelembagaan integrasi vertikal, ini adalah bentuk kelembagaan ideal karena i resiko dan keuntungan ditanggung bersama antara nelayan dan tauke, ii hubungan kerjasama bersifat jangka panjang, iii informasi sempurna perfect information dan terdistribusi merata, iv adanya stabilitas usaha, dan v kedua belah pihak terikat pada kesepakatan yang dibuat. Hanya saja, untuk menuju bentuk kelembagaan integrasi vertikal ini ada syarat yang harus dipenuhi yaitu produk dengan mutu yang terstandarisasi, memiliki sarana transportasi yang memadai, dan modal yang mendukung. Mengingat syarat ini belum dapat dipenuhi maka integrasi vertikal belum dipilih sebagai bentuk kelembagaan yang menangani transaksi penjualan ikan. Hal-hal yang mendasari sehingga mekanisme kontrak informal principal- agent relation PAR yang dapat diartikan sebagai pemimpin atau sponsor yang berperan sebagai penentu harga menjadikan bentuk kelembagaan yang meminimumkan biaya transaksi adalah transaksi didasari oleh sikap saling percaya trust dan kekeluargaan sebagai kebiasaan yang telah tumbuh dan berkembang sejak lama dalam struktur masyarakat nelayan pantai. Ketidakpastian pun, sebagai satu faktor penyebab munculnya biaya transaksi, dapat dikurangi baik ketidakpastian dari pihak nelayan seperti pemenuhan kebutuhan operasional dan fluktuasi harga maupun ketidakpastian dari pihak tauke seperti pasokan ikan kerapu hidup yang tidak berkesinambungan. Terdapat alternatif bentuk kelembagaan lain yaitu pasar terbatas, kontrak formal, aliansi strategis, koperasi formal, dan integrasi vertikal. Dasar pemilihan bentuk kelembagaan utamanya adalah tingkat pengurangan ketidakpastian dan biaya transaksi. Penelitian tentang biaya transaksi dalam pertanian dilakukan oleh Stifel, Minten dan Dorosh pada tahun 2003, dengan judul penelitian “Transaction Costs and Agricultural Productivity: Implications of Isolation for Rural Poverty in Madagascar ”. Penelitian ini memfokuskan pada keterkaitan antara jarak dengan biaya transaksi dengan menganalisis dampak dari keterpencilan terhadap produktifitas pertanian terutama produksi beras. Beberapa ukuran yang digunakan oleh Stifel et al. 2003 untuk mengetahui tingkat keterpencilan di Madagaskar adalah: a waktu perjalanan menuju pusat kota terdekat, b biaya transportasi per satu sak beras dengan berat 50 kg ke pusat kota terdekat, dan c indeks keterasinganketerpencilan yang merupakan hasil dari analisis faktor dari berbagai ukuran aksesibilitas. Ukuran- ukuran tersebut antara lain : jarak antara tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan, bank, kantor pos, pengadilan, pasar input, jasa pertanian, peternakan, jalan provinsi dan jalan pusat, layanan umum, media, pasar, dan akses pada transportasi.