Struktur Biaya Transaksi Definisi Transaksi
12
Allen 1999 mengatakan bahwa konsep tentang property right dan biaya transaksi secara fundamental terkait satu sama lain interlinked, bahkan diilustrasikan
sebagai satu koin dengan dua sisi. Keterkaitan ini juga yang membedakan distinguished pendekatan property right dengan pendekatan neoklasik dalam
studi biaya transaksi.
Keberadaan hak kepemilikan sangat penting dalam menentukan efisiensi suatu kegiatan, oleh karena itu pemahaman yang jelas tentang hak kepemilikan
seseorang terhadap suatu barang atau sumberdaya sangat diperlukan untuk menghindari klaim kepemilikan oleh pihak lain yang ingin menguasai atau
merebut barang atau sumberdaya tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Allen 1991:
When property rights are perfect, no unauthorized transfer in rights can take place by definition, and as a result, no effort is made to steal or
protect those rights. When property rights are incomplete, wealth maximizing individuals will try to farther establish their property rights,
and resources will be devoted toward their capture : some rights may be stolen when the opportunity arises, and some resources will be used for
protection.
Dilihat dari segi hak kepemilikan, sumberdaya yang jelas hak kepemilikannya dapat disebut sebagai sumberdaya milik individu private
property, sedangkan sumberdaya yang tidak jelas kepemilikannya disebut sebagai sumberdaya yang open access, di mana semua pihak berhak untuk
mengakses dan memanfaatkan sumberdaya tersebut. Dalam konteks lain dikenal juga istilah common property yang berarti sumberdaya tersebut merupakan milik
dari suatu komunitasmasyarakat, sehingga individu yang bukan merupakan bagian dari komunitas itu tidak berhak mengakses dan memanfaatkan sumberdaya
tersebut. Allen 1991 mendefinisikan biaya transaksi sebagaimana berikut:
Transaction cost are the resources used to established and maintain property rights. They include the resources used to protect and capture
appropriate with permission property rights, plus any deadweight costs that result from any potential or real protecting and capturing.
Randal 1972 diacu dalam Abdullah et al. 1998 mendefinisikan biaya transaksi mencangkup: 1 biaya memperoleh informasi, 2 biaya untuk
memperkuat posisi tawar dalam sebuah kelompok pengambil keputusan, dan 3 biaya untuk menegakkan keputusan yang telah dibuat. Lebih lengkap Gray 1994
diacu dalam Abdullah at al. 1998 mengemukakan beberapa elemen biaya transaksi yaitu:
1 Biaya negosiasi kontrak; mencangkup biaya pengumpulan informasi dan
negosiasi dalam membuat sebuah kesepakatan. 2 Moral hazard perilaku opportunistik dari pelaku; saat seorang pelaku terlibat
dalam produksi, keputusan dalam kontrak mungkin menciptakan sebuah insentif untuk memaksimumkan sesuatu dibandingkan dengan net return dari
produksi. Hilangnya efisiensi merupakan biaya dari transaksi yang dianggap dalam hal ini.
3 Biaya monitoring dan penegakkan. 4 Signaling cost.
13
5 Tingkah laku untuk menghindari resiko; seorang yang menghindari resiko akan menggunakan input dalam tingkat sub-optimal bila ia tidak dilengkapi
oleh insuransi. Kehilangan efisiensi yang timbul karena tindakan yang menghindari resiko merupakan bagian dari biaya transaksi.
6 Mengurangi investasi karena kondisi yang tidak aman. 7 Keterbatasan ukuran ekonomi; kehilangan efisiensi yang terjadi karena harus
dibatasinya ukuran dan model investasi dalam suatu kontrak menimbulkan biaya transaksi.
Klasifikasi Biaya Transaksi
Furubotn dan Richter 2000 membagi biaya transaksi menjadi tiga jenis, sesuai dengan jenis transaksinya, yaitu:
1 Market transaction cost Seluruh biaya yang dikeluarkan agar barangjasa bisa sampai ke pasar.
Biaya persiapan kontrak biaya pencarianpengadaan informasi; biaya pembuatan kontrak biaya bargainingnegosiasi dan pembuatan keputusan; biaya monitoring
dan penegakan kontrak biaya supervisi dan penegakan kesepakatan. Biaya informasi mencari atau menyediakan informasi: biaya iklan, mendatangi calon
customer, mengikuti pameran, pasar mingguan, biaya komunikasi post, telepon, dan lain-lain, harga barang yang sama yang diminta oleh beberapa supplier, biaya
pengujian kualitas, biaya mencari pegawai yang berkualitas. Bargaining and decision cost meliputi: biaya yang dikeluarkan agar informasi yang dikumpulkan
bermanfaat, biaya konsultan, dan lain-lain. Supervision and enforcement cost: biaya yang dikeluarkan untuk mengawasi pengiriman barang agar sampai tepat
waktu, mengukur qualitas dan jumlah produk yang ditransaksikan, biaya penegakan kontrak agar berjalan sesuai kesepakatan,
2 Managerial transaction cost
Biaya terkait dengan upaya menciptakan keteraturan, contoh: Biaya membuat, mempertahankan atau mengubah rancanganstruktur
oragnisasi, meliputi biaya personal management, IT, mempertahankan kemungkinan pengambilalihan paihak lain, public relation, dan lobby.
Biaya menjalankan organisasi, meliputi: biaya informasi biaya pembuatan keputusan, pengawasan pelaksanaan perintah sesuai keputsan, mengukur
kinerja pegawai, biaya agen, manajemen informasi. Termasuk juga biaya pemindahan barang intra perusahaan
3 Political transaction cost Biaya terkait pembuatan tata aturankelembagaan public goods sehingga
transaksi pasar dan manajerial bisa berlangsung dengan baik. Biaya pembuatan setting up, pemeliharaan, pengubahan organisasi politik formal dan informal,
seperti biaya penetapan kerangka hukum, struktur administrasi pemerintahan, militer, sistem pendidikan, pengadilan dan lain-lain. Biaya menjalankan bentuk
pemerintahan, peraturan pemerintah atau masyarakat yang bertata negara, seperti biaya legislasi, pertahanan, administrasi hukum, pendidikan, termasuk di
dalamnya semua biaya pencarianpengumpulan dan pengolahan informasi yang diperlukan agar tata pemerintahan dapat berjalan. Biaya upaya pelibatan
masyarakat dalam proses politik termasuk ke dalam transaksi politik.
Secara spesifik biaya transaksi pasar market transaction costs costs bisa dikelompokkan menjadi biaya untuk menyiapkan kontrak secara sempit bisa
14
diartikan sebagai biaya untuk pencarian atau searching dan informasi, biaya untuk mengeksekusi kontrak atau concluding contracts biaya negosiasi dan
pengambilan keputusan, dan biaya pengawasan monitoring dan pemaksaan kewajiban yang tertuang dalam kontrak enforcing the contractual obligations
obligations. Karakteristik dan Faktor Berpengaruh terhadap Biaya Transaksi
Perusahaan, birokrasi, organisasi, dan lain-lain dianggap sebagai sebuah governance tata kelola. Di dalamnya terjadi transaksiinteraksi antara
individubagian. Transaksi dengan pihak luar di luar governance dipengaruhi oleh lingkungan kelembagaan eksternal yang tingkatannya lebih tinggi. Perubahan
pada lingkungan kelembagaan eksternal berpengaruh terhadap transaksi yang terjadi antara individubagian dalam tata kelola. Transaksi dalam suatu
governance juga dipengaruhi oleh sifat individu yang cenderung opportunis, self interest, greeedi dan lain-lain.
Contoh: peternakindividu merupakan sebuah governance. Transaksi yang terjadi dipengaruhi oleh kelembagaan internal dan lingkungan kelembagaan eksternal.
koperasi merupakan sebuah governance. Transaksi terjadi mengikuti kelembagaan internal tapi juga dipengaruhi oleh lingkungan kelembagaan global. Semakin
kompleks transaksi biayanya semakin mahal.
Gambar 1 Skema Tingkatan Biaya Transaksi Williamson 1997 Karakteristik transaksi mempengaruhi besaran biaya transaksi. Menurut
Williamson 1981 ada tiga karaktristik transaksi yang penting, yaitu: Ketidakpastian uncertainty, terutama terkait dengan produksi, supply,
demand, fluktuasi harga, iklim, kondisi lapangan, dan lain-lain. Frekuensi, tergantung pada keadaan dan kemampuan produksi. Produk
pertanian, perikanan, sangat tergantung pada musim. Transaksi pada msuim panen atau musim ikan melimpah berbeda dengan transaksi pada musim
paceklik.
Spesifitas, yang meliputi site specifity, physical asset speficifity, human asset specifity. Asset yang spesifik membatasi kegiatan tertentu yang memiliki
transaksi yang terbatas.
15
Zhang 2000 mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi biaya transaksi, sebagai berikut:
- Karakterisrtik benda dan hak atas benda tersebut terkait dengan informasi mengenai benda dan status orang atas benda tersebut.
- Identitas aktor yang terlibat dalam transaksi tersebut, berkenaan dengan sifat manusia yang rasional terbatas, yaitu keterbatasan manusia mencari,
menerima, menyimpan, mengolah informasi; kekurangan ketersediaan informasi.
- Situasi teknis dan sosial penataan pertukaran dan bagaimana pertukaran tersebut dikelola. Apakah pertukaran tersebut hanya karena kekuatan pasar
atau ada intervensi kelembagaan yang turut menata pertukaran tersebut. Berdasarkan penjelasan tentang definisi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi bearan biaya transaksi, Beckman 2000 memformulasi empat determinan biaya transaksi:
- Atribut aktorpelaku yang melekat rasionalitas terbatas dan oportunisme
menentukan besaran transaksi. - Sifatatribut transaksi spesifitas asset, ketidakpastian, frekuensi.
- Dipengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola market, hierarki, hybrid, regulasi, dan lain-lain.
- Lingkungan kelembagaan hak milik, kontrak, agreemen, budaya, dan lain- lain
-
Gambar 2 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Biaya Transaksi
Hak Kepemilikan Sumberdaya
Faktor penentu
dalam perilaku
pemanfaatan serta
keputusan pengalokasian sumber daya adalah status kepemilikan property right dari
sumber daya tersebut. Menurut Tietenberg 1984, hak kepemilikan mencakup hak memiliki, hak istimewa privileges dan batasan dalam memanfaatkan sumber
daya. Sandberg 1993 membagi property right ke dalam lima elemen yang berbeda, yaitu hak mengakses right to access, hak memanen right to harvest,
hak mengelola right to manage, hak melarang masuk right to exclude, dan hak
Atribut prilaku dari aktor • Rasionalitas terbatas
• opportunisme
Struktur tata kelola: • Pasar, hierarki, hybrid
• Regulasi, birokrasi Lingkungan kelembagaan:
• Hak milik, kontrak, agreemen, dll • Budaya
Atribut transaksi: • Ketidakpastian
• Spesifikasi asset • frekuensi
Biaya Transaksi
16
untuk memindahkan sumber daya right to alienate. Seluruh elemen ini tidak selalu ada dalam sebuah hak kepemilikan.
Bromley 1997 mengklasisifikasikan kepemilikan sumber daya atas empat jenis, yaitu:
1 Milik negara state proverty, dimana kepemilikan dan pengawasan terhadap penggunaan sumberdaya berada di tangan pemerintah. Pemanfaatan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok hanya dapat dilakukan oleh individu maupu kelompok hanya dapat dilakukan apabila mendapatkan izin
dari pemerintah dan pelaksanaannya dikontrol oleh pemerintah. Pada prinsipnya pemanfaatan sumberdaya ini harus memberikan manfaat bagi
masyarakat banyak. Contoh dari sumber daya yang merupakan satate property adalah taman nasional laut, hutan lindung dan lain sebagainya.
2 Milik swastaindividu private property, dimana sumberdaya dimiliki oleh individu atan swasta. Hak-hak yang dimiliki oleh seorang pemilik mencangkup
hak mengawasi the right to control, hak untuk mengalihkan kepemilikan the right to transfer, hak guna the right to use, dan hak-hak otonom lainnya.
3 Milik bersama common property yaitu sumber daya dapat dimanfaatkan oleh siapa saja. Terminologi “common property” ini digunakan oleh Scott Gordon
untuk menggambarkan perikanan yang open access serta Hardin untuk menjelaskan iragedy of the commons. Namun menurut Bromley, common
property right tidak dapat disamakan dengan rezim open access. Common property menurut Bromley secara fundamental sama dengan private property,
yaitu pihak yang bukan pemilik tidak dapat menggunakan dan ikut dalam pengambilan keputusan. Biasanya pemilik sumberdaya merupakan unit sosial
dengan keanggotaan tertentu dan terbatas. Unit sosial ini memiliki kepentingn bersama, dimana terjadi interaksi sosial antar anggota serta diatur oleh norma-
norma yang berlaku.
4 Open access, yaitu kondisi yang menggambarkan sumberdaya bukan milik semua pihak unowned resourceslres nullius, dimana semua pihak diizinkan
untuk menggunakan sumberdaya tersebut tanpa membatasi kepentingan masing-masing pengguna. Open access pada dasarnya menggambarkan kondisi
tanpa hukum.
Kepemilikan sumberdaya ternak dapat dikelompokan sebagai private property berdasarkan kategori Bromley 1997, dimana sumberdaya ternak dapat
dimiliki oleh masing-masing peternak. Guna mengatur pemanfaatan sumberdaya ternak tersebut maka pada masing-masing peternak terdapat aturan-aturan yang
berlaku bagi peternak yang memiliki sumberdaya ternak.
Pada masa sekarang kegiatan usaha budidaya peternakan telah berkembang, sehingga penggunaan sumberdaya ternak bukan milik sendiri untuk
kegiatan ini semakin berkurang. Pada umumnya peternak menggunakan ternak milik sendiri private property untuk melakukan kegiatan usaha ternak sehingga
hak-haknya dalam pemanfaatan dan penguasaan ternak jelas. Hal ini sangat penting untuk keberlanjutan dan pengembangan usaha serta kesejahteraan
peternak.
Sumberdaya ternak yang private property menyediakan hak-hak yang bersifat istimewa sehingga dapat menciptakan efisiensi alokasi sumberdaya yang
berbeda dibandingkan yang bukan private proverty. Menurut Tietenberg 1985,
17
beberapa karakteristik struktur property right yang dapat menciptakan efisiensi alokasi sumberdaya adalah:
1 Universality: semua sumberdaya yang dimiliki secara private dan segala hak-
haknya dirinci secara jelas. 2 Exclucivity: semua manfaat dan biaya dikeluarkan sebagai akibat dari
pemilikan dan pemanfaatan sumberdaya hanya ditanggung oleh pemiliknya, meskipun secara langsung dan tidak langsung dalam transaksi atau penjualan
ke pihak lain.
3 Transferability: seluruh hak kepemilikan itu dapat dipindahtangankan dari satu pemilik ke pihak lain dengan transaksi yang bebas dan jelas.
4 Enforceability: hak pemilikan tersebut harus aman dari perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain.
Efisiensi yang tercipta tidak hanya dari segi manfaat yang diterima oleh pihak pengguna, namun juga menyangkut seberapa besar aktivitas tersebut
berdampak terhadap sumberdaya. Field 1994 mengemukakan beberapa syarat yang harus dipenuhi selain empat hal yang dikemukakan oleh Tienberg agar
proverty right dapat berjalan dengan baik dan memberikan sesuatu yang mendekati tingkat efisien, yaitu 1 harus terdapat sistem yang kompetitif dan
berdaya guna untuk kepentingan berbagai pihak untuk turut serta dan melakukan negosiasi tentang bagaimana property right tersebut dapat dimanfaatkan; 2 harus
terdapat susunan pasar yang lengkap, sehingga pemilik-pemilik sumber daya private owners dapat meraih seluruh nilai sosial yang diperoleh dari penggunaan
aset lingkungan.
Keseluruhan karakteristik tersebut melekat pada sumberdaya private property karena kepemilikan yang sangat jelas. Oleh karena itu, efisiensi alokasi
sumber daya akan lebih tinggi dibandingkan sumberdaya non private property yang tidak memiliki seluruh karakteristik tersebut.
Informasi Asimetris
Studi-studi tentang pasar sebelumnya tidak menguji permasalahan yang ditimbulkan oleh kondisi informasi yang berbeda karena selalu menggunakan
asumsi bahwa para pembeli dan para penjual memiliki informasi yang lengkap tentang kualitas barang yang dijual di pasar. Pada kenyataannya di dalam pasar
juga terdapat informasi yang tidak sempurna imperfect information yaitu informasi yang lengkap hanya dikuasai oleh pihak-pihak tertentu. Dengan
berkembangnya ilmu ekonomi, informasi asimetris telah menjadi bagian dari teori ekonomi yang berguna untuk menganalisis keseimbangan pasar. Jamess dan
William Vickrey meneliti pengaruh informasi asimetris terhadap rancangan pembayaran pajak pendapatan yang optimal dan alokasi sumberdaya melalui
berbagai tipe lelang yang mendapatkan penghargaan nobel dalam bidang ekonomi pada tahun 1996.
Kajian mengenai informasi asimetris telah dilakukan sebelumnya oleh George Akerlof melalui papernya yang berjudul “The Markets for Lemons:
Quality Uncertainty and the Market Mechanism ” pada tahun 1970. Akerlof
menganalisis bahwa di dalam pasar terdapat kondisi dimana penjual memiliki informasi yang lebih lengkap tentang kualitas barang dibandingkan pembeli.
Eksternalitas terjadi antara penjual barang yang berkualitas bagus dan barang
18
yang berkualitas buruk ketika seorang pembeli ingin mencoba barang tersebut. Penjual barang berkualitas buruk mempengaruhi persepsi pembeli tentang rata-
rata barang tersebut di pasar. Harga barang yang terbentuk lebih rendah dari willingness to pay pembeli, sehingga merugikan penjual barang yang berkualitas
bagus. Eksternalitas ini menciptakan kegagalan pasar Varian 1996.