Latar Belakang Analisys of Dairy Farmers’ Transactions Costs: A Case Study of Cooperative Member in Kuningan West Java.

3 banyak menggunakan pendekatan produktivitas seperti memberikan tambahan modal untuk mendorong produksi. Penggunaan pendekatan produktivitas dalam memecahkan persoalan kemiskinan peternak perlu dilengkapi dengan pendekatan lain dari sisi faktor non- produksi. Pendekatan non-produktivitas yang jarang digunakan adalah pendekatan biaya transaksi yang secara umum didefinisikan sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan oleh peternak selain dari biaya produksi. Dalam aktivitas ekonomi biaya transaksi sulit dihindari, sehingga menimbulkan tekanan ekonomi bagi peternak karena terjadinya transfer surplus yang cukup besar dari peternak ke pihak lain. Secara langsung biaya transaksi akan mengurangi penerimaan revenue peternak. Meskipun sulit dihindari, biaya transaksi perlu ditekan hingga mencapai tingkat yang efisien, agar penerimaan yang diterima dapat lebih maksimal.

1.2 Perumusan Masalah

Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa wilayah di Indonesia memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan usaha ternak sapi perah, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Hal tersebut menyebabkan pulau Jawa terus menjadi wilayah utama peternakan sapi perah. Provinsi Jawa Barat merupakan suatu provinsi di Indonesia yang memiliki karakteristik yang cocok untuk usaha ternak sapi perah. Salah satu karakteristik yang menjadi dukungan pengembangan usaha ternak sapi perah adalah ketersediaan sumber bahan pakan dari limbah pertanian, ketersediaan air bersih, dan iklim yang menunjang untuk sapi perah dalam berproduksi. Perkembangan produksi susu di Jawa Barat berfluktuatif. Penurunan produksi susu biasanya disebabkan oleh berkurangnya populasi ternak sapi perah terutama jumlah sapi laktasi dan produktivitas susu yang masih rendah. Provinsi Jawa Barat mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan usaha ternak sapi perah. Salah satu dukungan yang utama yaitu ketersediaan pakan yang dibutuhkan. Hal tersebut karena Jawa Barat ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional. Limbah tanaman pangan ini dapat dijadikan bahan pakan untuk ternak sapi perah. Sementara itu, perkembangan usaha sapi perah di Jawa Barat mempunyai struktur yang relatif lengkap, yaitu peternak, pabrik pakan, dan industri pengolahan susu yang relatif maju dan kapasitas yang cukup tinggi serta tersedia kelembagaan peternak seperti GKSI Gabungan Koperasi Susu Indonesia. Struktur usaha ternak sapi perah tersebut memberikan berbagai kemudahan dalam kelangsungan usaha. Kemampuan produksi susu segar di Jawa Barat tidak terlepas dari kontribusi masing-masing kabupaten dan kota yang tercakup dalam wilayah Jawa Barat. Menurut Ditjennak 2009, pada tahun 2008 Jawa Barat merupakan salah satu sentra penghasil susu terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa Timur. Sekitar 40 persen 30714 kepala keluarga populasi ternak sapi perah Indonesia ada di Jawa Barat dan 32 persen 242.142 ton produksi susu segar nasional yang mencapai 1-1,2 juta liter susu segar per hari dihasilkan oleh Jawa Barat Ditjennak dan GKSI, 2008. Kabupaten Bandung Barat 26, Bandung 24, Garut 4 15, Sumedang 9, Bogor 5, Kuningan 4, Sukabumi 4, dan Cianjur 3 merupakan daerah-daerah yang memberi kontribusi produksi susu signifikan terhadap jumlah susu yang dihasilkan Jawa Barat dan dalam perkembangannya produksi susu segar wilayah-wilayah tersebut memiliki pola yang berbeda. Dari delapan wilayah tersebut Kabupaten Kuningan merupakan wilayah yang mengalami penurunan produksi beberapa tahun terakhir, padahal menurut sejarah merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam jalur perkembangan produsen konsumen susu sapi perah Jalur Kuningan-Cirebon di Jawa Barat. Tabel 1 Perkembangan Produksi Susu Segar di Kabupaten Kuningan Tahun Produksi susu segar ribu liter Perkembangan 2008 9037.60 0.01 2009 11000.80 0.22 2010 14371.58 0.31 2011 13041.00 -0.09 2012 11582.00 -0.11 Sumber: BPS 2012 Tabel 2 Koperasi Sapi Perah di Kecamatan Cigugur Tahun 2011 No. Nama Koperasi Alamat Kapasitas liter Produksi literhari Jumlah anggota orang 1 Koperasi Serba Usaha KSU KARYA NUGRAHA Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur 18000 13358.86 746 2 Koperasi Tani Koptan LARAS ATI Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur 10000 8029.41 593 3 Koperasi Peternak Sapi Perah KPSP SALUYU Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur 10000 7943.17 493 Total 38000 29331.44 1832 Sumber: Laporan RAT Koperasi Tahun 2011 Perkembangan usaha ternak sapi perah di Kabupaten Kuningan Jawa Barat ditunjang oleh keberadaan koperasi dan industri pengolahan susu. Koperasi berperan sebagai wadah peternak dalam menjalankan usahanya, yaitu sebagai penampung susu peternak, penyedia input produksi seperti pakan konsentrat, pelayanan kesehatan dan reproduksi ternak serta sebagai mediator yang kooperatif dalam penyaluran skim bantuan kredit ternak. Walaupun ditunjang oleh keberadaan koperasi, produktivitas dan produksi susu sapi perahnya masih rendah. Usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cigugur mulai dilaksanakan oleh penduduk sekitar mulai tahun 1979 hingga sampai saat ini dan menjadikan wilayah ini sentra usaha ternak sapi perah di Kabupaten Kuningan dan ternak sapi perah menjadi mata pencaharian penduduk. Di Kecamatan Cigugur terdapat tiga koperasi yang mewadahi peternak sapi perah. Setiap koperasi mempunyai 5 kapasitas daya tampung susu segar yang berbeda dan produksi susu yang dihasilkan peternak masih belum mampu memenuhi kapasitas daya tampung koperasi. Dalam perkembangannya, saat ini ketiga koperasi masih berjalan aktif dalam kegiatan usaha produksi susu ternak sapi perah. Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha merupakan salah satu koperasi yang masih aktif mewadahi peternak sapi perah dan memiliki kapasitas daya tampung dan berproduksi susu segar yang paling besar. Peningkatan produksi susu peternak sapi perah dapat dilakukan dengan peningkatan produktivitas susu dan meningkatkan skala usaha dengan menambah jumlah sapi laktasi. Peningkatan produksi susu dengan penambahan jumlah sapi laktasi menghadapi kendala keterbatasan sumberdaya terutama modal untuk membeli sapi perah. Peningkatan jumlah sapi laktasi dapat diupayakan melalui program skim bantuan kredit ternak dengan bunga ringan. Tidak semua peternak anggota koperasi mengikuti skim bantuan kredit ternak, tetapi peternak anggota koperasi akan lebih mudah mendapatkan skim bantuan kredit ternak daripada peternak yang bukan anggota koperasi karena anggota koperasi difasilitasi oleh koperasi dan adanya jaminan penjualan produksi susunya ke koperasi. Hal tersebut diperkirakan akan memunculkan biaya transaksi antara peternak dan koperasi. Peternak sapi perah sangat bergantung pada pengelolaan sumberdaya ternak yang bersifat private property, sehingga memungkinkan peternak untuk mengelola sumberdaya ternaknya secara efisien. Proses produksi usaha peternakan sapi perah sangat tergantung pada kondisi potensi genetik ternak, kualitas dan kuantitas pakan, tatalaksana pemeliharaan, dan lingkungan. Faktor genetik berpengaruh sebagai pembatas produktivitas sedangkan pengaruh faktor- faktor lainnya terhadap proses produksi masih dapat diatasi dan beberapa faktor produksi sudah dapat dikontrol sehingga output yang dihasilkan dapat diprediksi. Namun, sifat output yang dihasilkan memiliki sifat yang mudah rusak perishable sehingga tidak dapat disimpan lebih lama dan memerlukan treatment khusus untuk menjaga kualitasnya sehingga berpengaruh terhadap penentuan harga susu segar di tingkat peternak. Hubungan peternak sapi perah dan koperasi menggambarkan bahwa struktur pasar yang dihadapi peternak bersifat monopoli di pasar input serta kekuatan monopsoni di pasar output. Meskipun menghadapi struktur pasar yang yang relatif sama, namun peran koperasi terhadap peternak sapi perah dalam menentukan harga susu segar sangat dominan dibandingkan peternak. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh penguasaan informasi namun juga hubungan sosial patron-client yang lebih kuat terbentuk antara peternak dan koperasi. Pada akhirnya faktor-faktor tersebut menentukan struktur dan besarnya tingkat penerimaan, biaya produksi, dan biaya transaksi yang ditanggung oleh peternak yang akan mempengaruhi kesejahteraan peternak. Keuntungan peternak sapi perah sangat dipengaruhi oleh penerimaan yang diperoleh. Penerimaan yang diperoleh dipengaruhi oleh produktivitas, skala usaha, dan harga susu segar di tingkat peternak. Keuntungan yang diterima merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya, yaitu biaya produksi dan biaya selain biaya produksi atau biaya transaksi dalam melakukan usaha ternak sapi perah. Total biaya tersebut akan dibebankan pada penerimaan yang diperoleh.