40 keunggulan kompetitif dalam konteks spasial dianggap keunggulan lokasi yang
akan memberikan nilai positif pada besaran differential shift. Keadaan fisik suatu wilayah yang dikaitkan dengan komoditas yang
dikembangkan masyarakat lokal memberikan gambaran secara tak langsung terkait kesesuaian lahan akan komoditas tersebut. Pendekatan pewilayahan bagi
komoditas pertanian merupakan suatu upaya untuk mencapai produksi hasil pertanian yang lebih baik dengan memperhatikan karakteristik wilayah yang ada.
Tabel 12 menunjukkan bahwa komoditas peternakan memiliki keunggulan kompetitif pada beberapa kecamatan. Hasil analisis DS menunjukkan komoditas
menyebar pada hampir seluruh kecamatan, akan tetapi berdasarkan nilai DS menunjukkan bahwa pertumbuhan komoditas peternakan sangat rendah yaitu nilai
DS dominan 0.00. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat beternak belum berorientasi pada peningkatan produksi secara maksimal, komoditas
dikembangkan sebagai sampingan pendapatan maupun sumber tenaga yang membantu masyarakat dalam pengolahan lahan pertanian mereka.
Tabel 13 Analisis DS pada Komoditas Peternakan DS + di Kabupaten Bulukumba Tahun 2006 sampai 2010
Komoditas Kecamatan
Sapi Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Kajang,
Bulukumpa, Rilau Ale, Kindang Kerbau
Gantarang, Bonto Bahari, Herlang, Bulukumpa, Kindang Kuda
Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Tiro, Herlang, Kambing
Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Rilau Ale, Kindang Ayam ras petelur
Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Bulukumpa, Kindang Ayam ras pedaging
Ujung Loe, Bonto Tiro, Herlang, Kajang, Bulukumpa, Rilau Ale Ayam buras
Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Kajang, Bulukumpa, Rilau Ale
Itik Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Kajang,
Bulukumpa, Rilau Ale, Kindang
Komoditas peternakan yang mengalami peningkatan produksi di atas 20 persen dari tahun 2006 ke 2010 yaitu sapi24.75 persen, ayam ras petelur 31.90
persen dan ayam ras pedaging.67.06 persen Komoditas peternakan lainnya mengalami penurunan dengan persentase rendah kecuali itik sebesar 37 persen.
Penurunan produksi itik di Kabupaten Bulukumba 53 667 ekor menjadi 33 835 ekor disebabkan penurunan drastis produksi itik di Kecamatan Gantarang sebesar
19 930 ekor dari tahun 2006 ke 2010.
Langkah-langkah yang diambil Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan selaku motor penggerak pembangunan peternakan di Kabupaten Bulukumba guna
peningkatan produksi peternakan yaitu: 1 penyebaran ternak jantan unggul, 2 optimalisasi kegiatan inseminasi buatan, 3 revitalisasi ternak dan 4
pengembangan dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan DPKH 2011.
5.2.3 Keragaan Komoditas Unggulan di Kabupaten Bulukumba
Keragaan komoditas unggulan di Kabupaten Bulukumba mengacu pada komoditas unggulan yang terdapat pada setiap kecamatan di Kabupaten
Bulukumba sebagai hasil analisis LQ dan DS. Berdasarkan Tabel 13, Kecamatan Bulukumpa memiliki komoditas unggulan terbanyak yaitu 9 komoditas,
41 sedangkan Kecamatan Ujung Bulu memiliki komoditas unggulan paling sedikit
yaitu 2 komoditas. Kecamatan Ujung Bulu, dalam pengembangan wilayahnya merupakan kawasan perkotaan yang sebagian besar wilayahnya dijadikan
kawasan non pertanian. Hasil analisis LQ dan DS mengidentifikasikan tidak semua komoditas yang dikembangkan di Kabupaten Bulukumba merupakan
komoditas unggul, seperti pada sub sektor peternakan dimana dari 8 komoditas yang dominan dikembangkan hanya terdapat lima komoditas unggulan yaitu sapi,
kuda, ayam ras pedaging, ayam buras dan itik.
Komoditas unggulan berpotensi dikembangkan pada kecamatan-kecamatan yang memiliki rata-rata produksi lebih tinggi dibandingkan rata-rata produksi
kabupaten. Komoditas pertanian yang dapat dikembangkan adalah komoditas tanaman yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.
Informasi yang dapat diperoleh dari tabel keragaan dan mengkaitkannya dengan hasil analisis LQ pewilayahan komoditas, kita dapat merencanakan kecamatan
dengan komoditas unggul secara komparatif dan kompetitif menjadi sentra pengembangan dan kecamatan lainnya sebagai penunjang.
Tabel 14 Keragaan Komoditas Unggulan pada Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bulukumba
Kecamatan Komoditas unggulan
Tanaman Pangan Hortikultura
Perkebunan Peternakan
Gantarang -
- Kopi, cengkeh
Kuda Ujung Bulu
- Pisang
Kelapa -
Ujung Loe Jagung, ubi jalar
Pisang -
Sapi, kuda, ayam ras pedaging, itik
Bonto Bahari Jagung, kacang
tanah -
Kelapa, kakao, -
Bonto Tiro -
- Kelapa,kako
Kuda, ayam buras Herlang
- Pisang
- Sapi, kuda, ayam
buras Kajang
Ubi kayu Mangga
Kelapa, lada Sapi, ayam buras
Bulukumpa Kacang tanah
Nenas, durian, rambutan
Cengkeh Sapi, ayam buras,
itik Rilau Ale
Padi -
Lada Sapi, ayam buras,
itik Kindang
Ubi jalar Mangga, pisang
Kopi Itik
Komoditas unggulan di Provinsi Sulawesi Selatan yang ditetapkan oleh Bappeda adalah padi, jagung, kakao, rumput laut, udang dan sapi. Dengan
membandingkan dari Tabel 13, Kabupaten Bulukumba memiliki peluang untuk memberikan konstribusi yang besar terhadap pembangunan pertanian provinsi
dimana komoditas unggulan di Kabupaten Bulukumba sejalan dengan komoditas unggulan di provinsi. Hal ini berarti, jika kebijakan provinsi terintegrasi dengan
kebijakan Kabupaten Bulukumba dalam mengembangkan komoditas unggulan akan memberikan dampak positif bagi pengembangan komoditas yang
diunggulkan di tingkat kabupaten. Dengan mengetahui keunggulan komoditas di Kabupaten Bulukumba maka dapat diarahkan ke pengembangan wilayah dan
difokuskan untuk upaya peningkatan daya saing saing baik pasar regional maupun pasar global.
42 Program pembangunan sektor pertanian dalam usaha peningkatan
pendapatan daerah dan pengembangan wiayah sebaiknya diarahkan pada spesifik lokasi yang memiliki potensi komoditi pertanian tertentu sehingga dapat
diusahakan atau dikelola secara tepat dan terarah. Salah satunya alternatifnya dengan mengembangkan komoditi basis yang dapat menimbulkan pengaruh ganda
bagi peningkatan pendapatan petani dan daerah Zaini 2007.
Gambar 12 menunjukkan komoditas hortikultura merupakan komoditas unggulan tertinggi di Kabupaten Bulukumba yang ditunjukkan berada pada
kuadran I. Nilai LQ komoditi pisang di Kecamatan Ujung Bulu, Ujung Loe dan Herlang 2 yang berarti bahwa produksi pisang di kecamatan tersebut koefisien
produksinya melebihi dua kali lebih tinggi dibandingkan produksi di kabupaten. Niai DS 5 menunjukkan laju pertumbuhan komoditi tersebut pada ketiga
kecamatan lebih besar lima kali dibandingkan laju pertumbuhan kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas hortikultura yaitu pisang, mangga dan
rambutan memiliki potensi yang besar sebagai komoditas unggulan.
Gambar 12 Penentuan Komoditas Unggulan Tertinggi Ropingi dan Sudartono 2008, mengatakan bahwa jika suatu komoditas
dikategorikan sebagai komoditas unggulan di suatu wilayah maka komoditas tersebut selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri juga
berpotensi untuk di jual ekspor ke luar darah yang tentunya akan menghasilkan pendapatan bagi daerah itu. Semakin besar LQ suatu komoditas maka semakin
besar pula konstribusi komoditas tersebut pada perekonomian suatu wilayah karena pendapatan yang dihasilkan dari komoditas tersebut semakin besar.
Nilai LQ tertinggi terdapat pada komoditi pisang di Kecamatan Ujung Bulu. Berdasarkan produksi pisang di Kabupaten Bulukumba, produksi tertinggi
terdapat di Kecamatan Ujung Loe sebesar 21 312 ton sedangkan Kecamatan Ujung Bulu berada pada peringkat kelima sebesar 3 346 ton. Hasil analisis LQ
menunjukkan nilai tertinggi pada Kecamatan Ujung Bulu karena dari sepuluh
DS Kuadran I LQ 2;DS 5
Kuadran II LQ 2;DS 5
Kuadran IV LQ 2;DS 5 Kuadran III LQ 2;DS 5
LQ
5
5 2
2
• Pisang, Ujung Bulu • Mangga, Kajang • Pisang, Ujung Loe
• Kelapa, Bonto Bahari • Pisang, Herlang
• Kelapa, Kajang • Rambutan, Bulukumpa
• Mangga, Kindang • Pisang, Kindang
• Kelapa, Ujung Bulu • Itik, Ujung Loe
• Jagung, Bonto Bahari • Kelapa, Bonti Tiro
• Kacang tanah, Bulukumpa • Durian, Bulukumpa
• Lada, Rilau Ale • Ubi jalar, Kindang
• Kacang tanah,
Bonto Bahari • Komoditas
unggulan lainnya