Keragaan Komoditas Unggulan di Kabupaten Bulukumba

42 Program pembangunan sektor pertanian dalam usaha peningkatan pendapatan daerah dan pengembangan wiayah sebaiknya diarahkan pada spesifik lokasi yang memiliki potensi komoditi pertanian tertentu sehingga dapat diusahakan atau dikelola secara tepat dan terarah. Salah satunya alternatifnya dengan mengembangkan komoditi basis yang dapat menimbulkan pengaruh ganda bagi peningkatan pendapatan petani dan daerah Zaini 2007. Gambar 12 menunjukkan komoditas hortikultura merupakan komoditas unggulan tertinggi di Kabupaten Bulukumba yang ditunjukkan berada pada kuadran I. Nilai LQ komoditi pisang di Kecamatan Ujung Bulu, Ujung Loe dan Herlang 2 yang berarti bahwa produksi pisang di kecamatan tersebut koefisien produksinya melebihi dua kali lebih tinggi dibandingkan produksi di kabupaten. Niai DS 5 menunjukkan laju pertumbuhan komoditi tersebut pada ketiga kecamatan lebih besar lima kali dibandingkan laju pertumbuhan kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas hortikultura yaitu pisang, mangga dan rambutan memiliki potensi yang besar sebagai komoditas unggulan. Gambar 12 Penentuan Komoditas Unggulan Tertinggi Ropingi dan Sudartono 2008, mengatakan bahwa jika suatu komoditas dikategorikan sebagai komoditas unggulan di suatu wilayah maka komoditas tersebut selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri juga berpotensi untuk di jual ekspor ke luar darah yang tentunya akan menghasilkan pendapatan bagi daerah itu. Semakin besar LQ suatu komoditas maka semakin besar pula konstribusi komoditas tersebut pada perekonomian suatu wilayah karena pendapatan yang dihasilkan dari komoditas tersebut semakin besar. Nilai LQ tertinggi terdapat pada komoditi pisang di Kecamatan Ujung Bulu. Berdasarkan produksi pisang di Kabupaten Bulukumba, produksi tertinggi terdapat di Kecamatan Ujung Loe sebesar 21 312 ton sedangkan Kecamatan Ujung Bulu berada pada peringkat kelima sebesar 3 346 ton. Hasil analisis LQ menunjukkan nilai tertinggi pada Kecamatan Ujung Bulu karena dari sepuluh DS Kuadran I LQ 2;DS 5 Kuadran II LQ 2;DS 5 Kuadran IV LQ 2;DS 5 Kuadran III LQ 2;DS 5 LQ 5 5 2 2 • Pisang, Ujung Bulu • Mangga, Kajang • Pisang, Ujung Loe • Kelapa, Bonto Bahari • Pisang, Herlang • Kelapa, Kajang • Rambutan, Bulukumpa • Mangga, Kindang • Pisang, Kindang • Kelapa, Ujung Bulu • Itik, Ujung Loe • Jagung, Bonto Bahari • Kelapa, Bonti Tiro • Kacang tanah, Bulukumpa • Durian, Bulukumpa • Lada, Rilau Ale • Ubi jalar, Kindang • Kacang tanah, Bonto Bahari • Komoditas unggulan lainnya 43 komoditas tanaman bahan makanan yang diidentifikasi, hanya komoditi pisang yang memberikan produksi tinggi selain padi, sedangkan komoditi ubi kayu, ubi jalar, nenas durian dan rambutan tidak dibudidayakan pada kecamatan tersebut. Di samping itu, nilai DS menunjukkan laju pertumbuhan pisang sangat tinggi dimana produksi pada tahun 2006 sebesar 27 ton meningkat pada tahun 2010 sebesar 3 346 ton. Hal ini mengidentifikasikan, komoditi pisang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dari sisi produksi sehingga berpeluang untuk dikembangkan di Kecamatan Ujung Bulu dibandingkan komoditas bahan makanan lainnya.

5.3 Pandangan Aparat Pemerintah dalam Penentuan Komoditas Unggulan

Analisis AHP dilakukan setelah mendapatkan komoditas unggulan dari masing-masing sub sektor pertanian. Dalam melaksanakan analisis ini. penentuan narasumber merupakan langkah awal untuk diwawancarai dengan menggunakan kuesioner. Narasumber merupakan pengambil kebijakan yang paham mengenai pertanian di Kabupaten Bulukumba yaitu dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan anggota DPRD. Analisis ini untuk mendeskripsikan pandangan para aparat pemerintah mengenai komoditas yang diprioritaskan sebagai unggulan di Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan analisis AHP dari nilai kombinasi para responden yang tertera pada Gambar 13, dari keenam kriteria yang ada. Sumber daya alam memiliki bobot terbesar 0.475 dan kelembagaan 0.067 memiliki bobot terkecil. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan komoditas yang prioritas dijadikan unggulan di Kabupaten Bulukumba. Hasil menunjukkan komoditas tanaman pangan menjadi prioritas sebagai komoditas unggulan dengan bobot sebesar 0.479. disusul komoditas perkebunan 0.24, hortikultura 0.158 dan bobot terkecil adalah peternakan 0.123. Gambar 13 Hirarki Penetapan Prioritas Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Bulukumba Sumber daya alam 0.475 Preferensi petani 0.082 Kebijakan pemerintah 0.133 Kontribusi ekonomi 0.132 Kelembagaan 0.067 Pasar 0.112 Tanaman pangan 0.479 Hortikultura 0.158 Perkebunan 0.240 Peternakan 0.123 Penentuan komoditas unggulan 44 Hasil pembobotan tingkat kriteria komoditas unggulan menunjukkan bahwa ketersediaan sumber daya alam dipandang memiliki kepentingan yang paling besar dalam menentukan komoditas unggulan di Kabupaten Bulukumba. Sumber daya alam merupakan faktor utama yang dibutuhkan untuk membudidayakan suatu komoditi. Kesesuaian lahan dan luasan lahan sangat tergantung dari keadaan geografis suatu wilayah dan menentukan pula komoditas apa saja yang dapat dikembangkan. Dengan dukungan kualitas dan kuantitas sumber daya alam yang tersedia dan memanfaatkan secara optimal dapat memberikan produktivitas yang tinggi terhadap hasil pertanian unggulan. Aparat pemerintah beranggapan Kabupaten Bulukumba memiliki potensi yang tinggi dalam mengembangkan komoditas pertanian karena didukung keragaman kondisi wilayah dan luas wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan pertanian. Berdasarkan data penggunaan lahan Kabupaten Bulukumba tahun 2010, peruntukan pertanian mendominasi dibandingkan penggunaan lahan lainnya di luar pertanian. misalnya permukiman. Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB tidak lepas dari dukungan sumber daya alam di Kabupaten Bulukumba sehingga dapat menunjang tingginya produksi pertanian dan pengembangan berbagai komoditi pertanian. Dengan demikian, aparat pemerintah menganggap kriteria ini sangat penting karena dukungan sisi supply dapat menjadikan suatu komoditi pertanian menjadi unggul. Kesesuaian dan ketersediaan lahan berkaitan dengan pilihan komoditas yang dapat dibudidayakan sehingga mempengaruhi besarnya produksi suatu komoditi. Potensi wilayah yang tersedia dan masih terdapatnya lahan berpotensi yang belum dimanfaatkan untuk sektor pertanian memberikan dukungan terhadap pengembangan komoditas unggulan nantinya. Kebijakan pemerintah merupakan aspek penting yang diperlukan dalam pengembangan komoditas pertanian unggulan dengan melihat kepedulian pemerintah daerah menerbitkan regulasi yang mendukung kondisi kemajuan pertanian dan anggaran yang dapat membiayai berbagai kegiatanprogram yang sejalam pengembangan komoditas unggulan. Kebijakan pemerintah dalam hal regulasi RTRW yang didalamnya mengatur tata ruang untuk pewilayahan komoditi dan berbagai Perda yang berpihak kepada petani Perda tentang Bagi Hasil, Perda tentang penghapusan pajak hasil perkebunan dan penetapan harga suatu komoditi. Untuk anggaran, pemerintah kabupaten mengarahkan penggunaan anggaran pada programkegiatan yang bertujuan untuk pengembangan komoditas unggulan. Kontribusi ekonomi menggambarkan seberapa besar komoditas tersebut memberikan nilai tambah tidak hanya untuk petani tetapi juga untuk daerah. Kontribusi ekonomi secara umum dapat dilihat dari peranan komoditas tersebut memberikan nilai yang tinggi ke PDRB. Sektor pertanian di Kabupaten Bulukumba setiap tahunnya menunjukkan PDRB tertinggi pada perekonomian Kabupaten Bulukumba sehingga menjadi basis dan penggerak ekonomi di Kabupaten. Kontribusinya terhadap petani yaitu bagaimana komoditas unggulan nantinya jika dikembangkan dapat memberikan tambahan nilai sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan petani dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Keberadaan pasar sangat terkait dengan kriteria konstribusi ekonomi. Pasar dalam kriteria yang digunakan ialah banyaknya permintaan tidak hanya pasar lokal dan pasar nasional tapi juga mampu ke ekspor ke luar negeri. Dengan 45 terbukanya pasar di berbagai tingkatan maka secara langsung akan memberikan nilai tambah baik bagi petani maupun pemerintah daerah sebagai wujud adanya penyerapan komoditi untuk dijadikan sebagai komoditi perdagangan. Faktor dominan yang mempengaruhi keputusan petani dalam membudidayakan suatu komoditi yaitu faktor sosial meliputi tradisi atau kebiasaan dimana kebiasaan ini disebabkan lingkungan mereka memang cocok untuk komoditi yang diusahakan. Aparat pemerintah tidak memprioritaskan preferensi petani dalam penentuan komoditas unggulan sebab komoditas tersebut sudah dikembangkan oleh masyarakat lokal dan pemerintah berperan sebagai fasilitator untuk mengembangkan komoditas yang ada. Kriteria kelembagaan memiliki prioritas terendah berdasarkan tingkat kepentingan dalam mengembangkan komoditas unggulan. Selama ini, kelembagaan sebagai bentuk kemitraan antara petani, lembaga pemerintah dan lembaga swasta masih dirasa sangat kurang terjalin dalam penyediaan modal, sarana prasarana maupun pemasaran. Modal yang digunakan petani dalam berusaha tani umumnya berasal dari mereka sendiri karena kurangnya akses petani ke lembaga swasta yang siap memberikan pinjamankredit lunak. Hal ini mungkin disebabkan karena ketidaktahuan petani dalam mengakses pinjaman tersebut, petani merasa kesulitan dalam menyediakan syarat peminjaman maupun tingginya bunga pinjaman yang dirasakan memberatkan bagi petani. Dalam hal penyediaan sarana dan prasarana. tidak semua komoditas mendapat bantuan. kebanyakan merupakan komoditas yang diprioritaskan pengembangannya. Petani kebanyakan menjual hasil pertanian mereka kepada pedagang atau pengumpul bahkan ada yang menjualnya langsung ke pasar. Hasil analisis AHP menunjukkan tanaman pangan sebagai komoditas pertanian unggulan. Kabupaten Bulukumba memiliki dataran tinggi dan dataran rendah yang cocok untuk pertanian, terutama tanaman pangan. Dataran tinggi terletak di bagian barat sangat cocok untuk mengembangkan tanaman padi, sedangkan dataran rendah terhampar pada bagian tengah dan timur sehingga umumnya membudidayakan tanaman jagung. Tanaman pangan menurut aparat pemerintah prioritas menjadi komoditas unggulan karena tanamana pangan merupakan kebutuhan pangan yang harus terpenuhi, di samping menjadi kebutuhan dasar bagi suatu negara dalam ketahanan pangan. Komoditas tanaman pangan menjadi prioritas utama sebagai komoditas unggulan terutama disebabkan oleh sumber daya alam dan kebijakan pemerintah. Berdasarkan laporan DTPH 2011b, Kabupaten Bulukumba potensial dalam upaya pengembangan tanaman pangan dengan penggunaan lahan mencapai 73.93 persen dari total luas wilayah Kabupaten Bulukumba. Kebijakan pemerintah kabupaten untuk lingkup pertanian lebih banyak diprioritaskan pada tanaman pangan, termasuk kaitannya dengan program pemerintah pusat dan provinsi. Pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan pembangunan ekonomi khususnya mengenai pengembangan sub sektor tanaman pangan agar tetap berdasarkan potensi yang dimiliki melalui arah kebijakan yang tepat yaitu dengan pembangunan sentra produksi sehingga melalui kebijakan tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi hasil-hasil produksi pertanian Fafurida 2009. Tanaman perkebunan diprioritaskan menjadi komoditas unggulan kedua di Kabupaten Bulukumba. Aparat pemerintah menganggap komoditas perkebunan dapat diunggulkan karena memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai komoditas