Tingkat Partisipasi Petani Kacang Tanah

53

5.4.6 Tingkat Partisipasi Petani Tanaman Pangan

Guna mengetahui tingkat partisipasi petani tanaman pangan untuk pengembangan komoditi unggulan menggunakan metode tabel silang. Hasil yang tertera pada tabulasi silang merupakan hasil yang diperoleh dari masing-masing tingkat partisipasi petani untuk komoditi padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah. Tabel 14 menunjukkan partisipasi petani padi lebih tinggi di bandingkan dengan keempat petani lainnya. Petani padi memiliki tingkat partisipasi tertinggi kemauan dan kesempatan tinggi, kemampuan sedang sedankan petani ubi jalar tingkat partisipasinya terendah kemauan, kemampuan dan kesempatan rendah. Rendahnya partisipasi petani ubi jalar menandakan bahwa komoditi tersebut sulit untuk dikembangkan karena ketiga syarat partispasi mempunyai tingkatan yang rendah. Menurut Syarifullah 2004, tingkat partisipasi tinggi disebabkan oleh kemauan, kemampuan dan kesempatan yang tinggi atau dapat dikatakan bahwa interaksi ketiganya menentukan tingkat partisipasi. Tabel 15 Analisis Tingkat Partisipasi Petani Tanaman Pangan Petani Variabel Kemauan Kemampuan Kesempatan Padi Tinggi Sedang Tinggi Jagung Sedang Sedang Rendah Ubi Kayu Sedang Rendah Rendah Ubi Jalar Rendah Rendah Rendah Kacang Tanah Tinggi Sedang Rendah Tingginya partisipasi petani padi menggambarkan bahwa untuk mengembangkan komoditi padi tidaklah sulit karena petani memiliki kemauan dan kemampuan untuk berbudidaya padi dan kesempatan yang diperoleh sebagai penunjang produksi budidaya juga mudah. Dengan tingginya tingkat partisipasi padi dapat menunjang pemerintah dalam mewujudkan “Swasembada Beras” yang didukung oleh program pemerintah pusat yaitu Program Peningkatan Produksi Beras Nasional P2BN dan Program Provinsi Sulawesi Selatan “Surplus 2.5 juta ton”. Komoditas jagung dan kacang tanah juga berpotensi untuk dikembangkan di kabupaten ini. Meskipun petani mempunyai kemauan yang sedang tanaman jagung dan tinggi tanaman kacang tanah akan tetapi mereka juga memiliki tingkat kemampuan yang sedang untuk mengembangkan tanaman mereka. Tingkat kesempatan yang tinggi belum tentu menjamin akan tingginya tingkat partisipasi jika kemauan dan kemampuan dari mereka untuk mengembangkan usaha tani mereka berada pada level rendah. Meskipun tingkat kesempatan rendah akan tetapi faktor tersebut dapat ditingkatkan dengan memperluas bantuan- bantuan sarana prasarana yang diperlukan petani guna mengurangi biaya produksi pertanian mereka. Kemauan dan kemampuan merupakan faktor internal sedangkan kesempatan merupakan faktor eksternal dalam berpartisipasi. Dengan kata lain kemauan dan kemampuan berasal dari pihak yang bersangkutan, dalam hal ini petani dan kesempatan berasal dari pihak luar yang memberi kesempatan. 54 Kemauan untuk berpartisipasi merupakan potensi internal petani yang dapat meningkatkan produksi usaha tani mereka. Kemauan petani untuk berpartisipasi menanam padi didasari sebagi usaha pokok petani dalam menghidupi kebutuhan hidupnya dan keluarga sehingga dengan meningkatkan hasil pertanian mereka maka kebutuhan hidup mereka terpenuhi. Faktor yang dominan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi petani adalah untuk memenuhi kebutuhan. Bertani umumnya dijadikan sebagai sumber utama pendapatan dalam rumah tangga mereka bahkan beberapa petani menjadikan sebagai mata pencaharian satu- satunya. Kemampuan petani mempengaruhi tingkat partisipasi petani dalam berbudidaya tanaman pangan. dimana aspek yang memiliki pengaruh paling dominan adalah kemampuan teknis. Petani tanaman pangan pada dasarnya telah memiliki kemampuan teknis berbudidaya yang diperoleh secara turun temurun ditambah pelatihan yang sering dilaksanakan oleh dinas terkait sehingga mereka mampu untuk tetap membudidayakan komoditi mereka. Ketersediaan kesempatan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat partisipasi petani dalam berbudidaya tanaman pangan. dimana dukungan pemerintah dan pihak swasta selaku penyedia kesempatan diharapkan mampu menjadi pendorong bagi petani untuk meningkatkan produksi pertanian mereka. Variabel kesempatan menunjukkan bahwa hanya komoditi padi yang memiliki kategori tinggi. Besarnya kesempatan yang diberikan pihak pemerintah dalam penyediaan sarana prasarana menunjukkan kekonsistenan pemerintah kabupaten dalam berkontribusi pada program peningkatan produksi. Kesempatan tinggi ditunjang karena bantuan untuk petani sangat beragam baik berasal dari anggaran APBN maupun APBD. Sama halnya dengan komoditi padi, jagung juga merupakan program pemerintah pusat sehingga petani sering mendapat bantuan dari pihak pemerintah. Yang membedakan adalah petani padi mendapatkan bantuan benih dan pupuk dari pemerintah sedangkan komoditi jagung umumnya hanya berupa bantuan benih. Komoditi ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah sangat jarang mendapat bantuan benih dan pupuk, kalaupun pemerintah memberikan bantuan berasal dari anggaran APBD yang jumlahnya relatif sedikit sehingga petani yang menerima bantuan pun jumlahnya sedikit. Rendahnya kesempatan yang diberikan pihak luar terutama pihak pemerintah dapat mendorong petani mengganti jenis komoditi yang dikembangkan, apalagi didukung oleh rendahnya kemauan dan kemampuan petani. Hal in tentunya akan berpengaruh terhadap turunnya produksi komoditi di suatu wilayah karena petani akan memilih membudidayakan komoditi lain yang dinilai lebih bernilai ekonomi. Menurut Sahidu 1998, terdapat hubungan yang sangat nyata antara perilaku partisipasi dengan kemauan, kemampuan dan kesempatan berpartisipasi yang berarti bahwa perilaku sangat ditentukan oleh ketiga faktor tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa untuk peningkatan dan pengembangan serta kualitas partisipasi petani dalam pembangunan pertanian, tidak cukup hanya dilakukan perbaikan dan peningkatan salah satu komponen atau secara parsial dari ketiga faktor tersebut. akan tetapi harus secara simultan membangkitkan keinginan- keinginan para petani serta menciptakan potensi diri dan potensi ekonomi para petani serta menciptakan peluang-peluang partisipasi bagi seluruh lapisan petani. 55 5.5 Arahan dan Strategi Umum Pengembangan Sektor Pertanian dan Komoditas Unggulan serta Sektor Turunannya Implikasi dari pewilayahan komoditas, penentuan komoditas unggulan dan partisipasi petani dideskripsikan untuk menyusun arahan dan strategi yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan sektor pertanian dan agroindustri berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Bulukumba. Hasil analisis LQ, DS dan tingkat partisipasi petani dikaitkan dengan berbagai kondisi di lapangan termasuk laporan RPJP maupun RTRW dalam memperkuat arahan dan strategi pengembangan pertanian dan agroindustri berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, diperoleh komoditas unggulan Kabupaten Bulukumba. Kaitannya dengan pengembangan pertanian dan agroindustri, alternatif yang dapat dijadikan komoditas unggulan yaitu tanaman pangan berdasarkan pandangan aparat pemerintah dan komoditas hortikultura berdasarkan nilai LQ dan DS tertinggi. Aparat pemerintah memandang komoditas tanaman pangan dapat dijadikan komoditas unggulan Kabupaten Bulukumba. Keragaan komoditas unggulan berdasarkan penyebaran terbanyak untuk komoditas tanaman pangan menunjukkan jagung dan kacang tanah unggul baik secara komparatif maupun kompetitif pada dua kecamatan. Komoditas hortikultura unggul berdasarkan nilai LQ dan DS tertinggi yaitu komoditi pisang, mangga dan rambutan.

5.5.1 Arahan Pengembangan Sektor Pertanian dan Komoditas Unggulan

serta Sektor Turunannya Arahan Pengembangan Komoditi Jagung Komoditi jagung merupakan komoditi unggulan baik di Provinsi Sulawesi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Produksi jagung Kabupaten Bulukumba menyumbang sekitar 10 persen dari total produksi jagung di provinsi sehingga menduduki peringkat kelima produksi tertinggi setelah Kabupaten Gowa, Jeneponto, Bone dan Bantaeng. Berdasarkan pewilayahan komoditas hasil analisis LQ, komoditi jagung memiliki keunggulan komparatif di wilayah bagian tengah dan timur Kabupaten Bulukumba mencakup Kecamatan Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang dan Kajang. Wilayah pada kecamatan tersebut umumnya merupakan lahan kering yang sesuai untuk membudidayakan komoditi jagung. Kecamatan yang dapat dijadikan sentra pengembangan adalah Bonto Bahari dan Ujung Loe karena pada kedua kecamatan tersebut komoditi jagung unggul baik secara komparatif maupun kompetitif. Komoditi jagung berpotensi menjadi komoditas unggulan karena didukung oleh kemauan dan kemampuan sedang untuk berpartisipasi mengembangkan komoditi tersebut. Faktor yang berperan menggerakkan kemauan petani jagung dalam berpartisipasi yaitu hasil usaha tani cukup memenuhi kebutuhan mereka dan tingginya kesadaran petani dalam mencari informasi mengenai usaha tani dari komoditi yang dikembangkan. Kemampuan petani tergolong sedang dalam mengembangkan komoditi jagung diperoleh dari rutinnya pelatihan yang diadakan dinas terkait misalnya SL-PTT jagung sehingga menambah pengetahuan dan