Arahan Pengembangan Sektor Pertanian dan Komoditas Unggulan

57 agroindustri seperti kripik pisang, tepung dan kue. Pisang yang dikembangkan di Kabupaten Bulukumba adalah pisang ambon, pisang raja, pisang susu dan pisang kepok. Pisang raja dan pisang kepok merupakan jenis pisang dengan harga paling tinggi per kilogram yaitu sekitar Rp8 000 sampai Rp9 000. Di samping harga tinggi, kedua jenis pisang ini paling banyak diolah menjadi keripik dan kue. Mengembangkan kedua jenis pisang ini memberikan prospek bagi petani dalam menambah pendapatan mereka. Ketersediaan pisang dalam jumlah besar sebagai bahan baku agroindustri dapat terpenuhi karena mudah dikembangkan, tidak tergantung musim dan dapat dikembangkan pada berbagi kondisi lahan. Selain itu, nilai DS yang menunjukkan laju pertumbuhan memberikan gambaran ketersediaan pisang dapat kontinyu sebagai bahan baku agroindustri. Arahan Pengembangan Komoditi Mangga Komoditi mangga unggul secara komparatif dan kompetitif pada Kecamatan Kajang dan Kindang. Berdasarkan data potensi wilayah pengembangan komoditas hortikultura DTPH 2011a, komoditi mangga di Kecamatan Kajang paling dominan dikembangkan yaitu seluas 46.92 ha dari potensi lahan tersedia 344 ha. Lahan berpotensi yang belum dimanfaatkan seluas 256.44 ha, berarti peluang mengembangkan komoditi ini masih tinggi. Kecamatan Kindang dapat dijadikan sebagai wilayah penunjang dalam pengembangan komoditi mangga. Di kecamatan ini, masyarakat lebih banyak membudidayakan durian, manggis dan rambutan. Umumnya mangga dijual dalam bentuk segar dan hanya sedikit yang memanfaatkannya dengan mengolahnya dalam bentuk manisan basah. Dengan mengembangkan industri kecilrumah tangga, mangga segar dapat diolah menjadi keripik, manisan kering, dodol dan selai. Permasalahan dalam pasca panen komoditi mangga di Kabupaten Bulukumba yaitu fluktuasi harga akibat produk musiman dan tidak adanya nilai tambah yang menghilangkan peluang penambahan pendapatan tinggi bagi petani mangga. Peranan agroindustri sangat besar dalam mengatasi sifat mudah rusak dan musiman serta memperluas potensi pasar produk olahan mangga. Arahan Pengembangan Komoditi Rambutan Berdasarkan hasil analisis LQ dan DS, komoditi rambutan hanya unggul secara komparatif dan kompetitif pada Kecamatan Bulukumpa dan berpotensi sebagai komoditi unggulan Kabupaten Bulukumba. Rambutan dikembangkan di enam kecamatan yaitu Gantarang, Ujung Loe, Herlang, Kajang, Bulukumpa dan Rilau Ale. Berdasarkan nilai LQ, komoditi rambutan hanya unggul secara komparatif di Kecamatan Bulukumpa dan memiliki produksi tertinggi dari semua kecamatan. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura mengembangkan rambutan terutama di Kecamatan tersebut pada lahan seluas 476 ha melalui pemberian bantuan bibit kepada petani. Kecamatan lainnya yang menjadi wilayah pengembangan adalah Rilau Ale seluas 114.5 ha. Pengembangan komoditi rambutan diharapkan mampu meningkatkan produksi dan menjadikan beberapa kecamatan sebagai penghasil rambutan. Dengan memperkuat sub sistem produksi, diharapkan mampu mengembangkan 58 agroindustri sehingga rambutan sebagai bahan baku dapat memenuhi kebutuhan industri baik dalam jumlah, kualitas maupun kontinuitas. Sampai saat ini, komoditi rambutan di Kabupaten Bulukumba dijual dalam bentuk mentah dan belum ada penanganan pasca panen baik dari segi penyimpanan maupun pengolahan. Kesegaran rambutan hanya bertahan beberapa hari setelah petik sehingga hanya mampu dipasarkan dalam wilayah terdekat. Agroindustri yang dapat berkembang di Kabupaten Bulukumba dengan bahan baku rambutan yaitu manisan, dodol dan keripik. Diharapkan, agroindustri menjadi jalan keluar dari permasalahan pemasaran komoditi rambutan. Komoditi padi secara sektoral dapat menjadi komoditas unggulan karena ditunjang dengan luasan sawah, kondisi lahan yang sesuai, dukungan dari pusat dan provinsi dalam peningkatan produksi serta tingkat partisipasi petani yang tinggi. Akan tetapi menjadikan komoditas unggulan Kabupaten Bulukumba untuk saat ini sangat sulit karena berdasarkan perbandingan produksi di tingat provinsi menempati peringkat kesebelas pada tahun 2010. Selain itu, Provinsi Sulawesi Selatan sejak dulu telah menetapkan Kabupaten “Bosowasipilu” Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang dan Luwu sebagai sentra produksi padi di Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah produksi jauh di atas Kabupaten Bulukumba. Dengan kata lain, daya saing padi Kabupaten Bulukumba masih rendah. Produksi beras di kabupaten ini mencapai 244 019 ton pada tahun 2010 dengan konsumsi masyarakat sebesar 198 348 ton dan surplus sebesar 45 671 ton DTPH 2011b sehingga Kabupaten Bulukumba menjadi daerah penunjang produksi beras di Provinsi Sulawesi Selatan. Komoditi padi dapat dikatakan komoditi strategis karena pengembangannya lebih didasarkan dalam mementingkan kebutuhan masyarakat akan pangan dan sebagai bentuk ketahanan pangan nasional. Menurut Rosdiana 2011, komoditas padi lebih dikategorikan pada komoditas strategis karena merupakan komoditi makanan pokok masyarakat sehingga campur tangan pemerintah dalam mengendalikan komoditas padi sangat tinggi. Berdasarkan kondisi saat ini, prioritas pembangunan pertanian diarahkan pada peningkatan produksi dan pemenuhan kebutuhan pangan, terutama beras. Akan tetapi, peningkatan produksi selama ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Di satu sisi, pemerintah kabupaten tetap mempertahankan komoditas tanaman pangan karena tuntutan kebijakan politik dalam kemandirian pangan sedangkan secara objektif, komoditas hortikultura memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif tertinggi dibandingkan komoditas tanaman pangan dari sisi produksi. Pengembangan pertanian dan agroindustri berbasis komoditas unggulan dapat mengacu pada Teori Dualisme Ekonomi yang diformulasikan oleh Boeke dimana dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Bulukumba mengandalkan dua komoditas unggulan sebagai roda perekonomian yaitu komoditas tanaman pangan sebagai faktor subsisten memenuhi kebutuhan sendiri dan komoditas hortikultura sebagai faktor komersial dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan pendapatan daerah. 59

5.5.2 Strategi Pengembangan Sektor Pertanian dan Komoditas Unggulan serta Sektor Turunannya

Sektor pertanian merupakan sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terbesar di Kabupaten Bulukumba. Dengan menetapkan strategi pengembangan pertanian berdasarkan sub sektor unggulan dan strategi pengembangan sub sektor pertanian unggulan berdasarkan komoditas unggulan diharapkan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan baik pada Kabupaten Bulukumba maupun tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Pengembangan wilayah Kabupaten Bulukumba dengan mendahulukan pengembangan setiap sub sektor unggulan melalui pemanfaatkan sumber daya alam secara optimal berdasarkan potensi masing-masing kecamatan. Hasil analisis LQ dan DS menunjukkan kondisi geografis Kabupaten Bulukumba berpotensi tinggi untuk dikembangkannya berbagai komoditas unggulan dari sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan. Dukungan sumber daya alam dalam pengembangan komoditas unggulan sangat terkait dengan kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah merupakan kekuatan bagi pengembangan komoditas unggulan karena terkait alokasi anggaran. Pemerintah kabupaten memprioritaskan berbagai programkegiatan pada daerah sentra produksi guna pencapaian produksi maksimal misalnya pemberian bantuan benih varietas unggul, pupuk bersubsidi, pembangunan infrastruktur dan pelatihan petani. Selain itu, kebijakan juga dapat berupa regulasi atau komitmen. Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW sebagai salah satu kebijakan pemerintah diperlukan guna mengatur wilayah pengembangan komoditas unggulan dan diharapkan mampu mencegah terjadinya konversi lahan terutama di daerah sentra produksi. Komitmen pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan mengikutsertakan Kabupaten Bulukumba dalam Program “Surplus 2 juta ton padi dan 1.5 juta ton jagung” menujukkan kabupaten ini memiliki potensi sebagai daerah pengembangan kedua komoditas tersebut. Partisipasi petani perlu ditingkatkan dalam pengembangan komoditas unggulan khususnya tanaman pangan. Modal merupakan salah satu kendala rendahnya produksi usaha tani petani. Modal yang berasal dari lembaga perbankan untuk saat ini masih sulit untuk diakses oleh petani sehingga dominan mereka membiayai usaha tani sendiri. Kurangnya peranan pemerintah dalam pengembangan komoditas unggulan yaitu kacang tanah terutama dalam pemberian benih, pupuk dan pestisida yang dapat menjadi penghambat dalam pencapaian produksi tinggi. Peranan pemerintah dalam penyediaan pupuk dan pestisida dalam pengembangan komoditi jagung juga masih rendah. Penguatan kemitraan antara petani, pemerintah dan pihak swasta diharapkan memberikan kemudahan petani dalam memperoleh modal, sarana dan prasarana untuk usaha tani mereka. Nilai tertinggi pada analisis LQ dan DS menunjukkan komoditas hortikultura yaitu pisang, mangga dan rambutan sebagai alternatif komoditas unggulan di Kabupaten Bulukumba. Komoditas tersebut menjadi unggulan didasarkan karena produksi tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam wilayah sendiri tapi dapat diekspor ke luar wilayah dan laju pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan tingkat kabupaten. Kendala yang dihadapi dalam menjadikan hortikultura sebagai komoditas unggulan yaitu 60 kualitas masih rendah dan belum memiliki kekhasan tersendiri misalnya dari segi rasa ataupun kandungan gizi. Selain itu, tingginya produksi kurang ditopang oleh penanganan pasca panen. Peranan agroindustri guna mengatasi sifat dari komoditas hortikultura yang mudah rusak, harga murah akibat produksi melimpah dan umumnya dijual mentah. Penerapan tekonogi dalam pasca panen hortikultura dengan mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan merupakan upaya diversifikasi produk pertanian yang sesuai kebutuhan konsumen sehingga dapat tersedia dalam jangka lama dan memperluas cakupan pasar. Peranan komoditas hortikultura dalam pembangunan pertanian sangat besar apabila dimanfaatkan secara optimal melalui agroindustri. Penggunaan teknologi dalam agroindustri berbasis hortikultura di Kabupaten Bulukumba masih rendah dimana proses pengolahan dan jenis pengemasan masih sederhana. Diperlukan peranan pemerintah dalam mensosialisasikan penerapan teknologi guna memberikan nilai tambah bagi petani dan pendapatan daerah. Agroindustri yang dapat dikembangkan berbasis hortikultura di Kabupaten Bulukumba adalah industri kecilrumah tangga maupun menengah. Saat ini, yang berkembang di kabupaten ini adalah industri rumah tangga yang mengolah keripik buah dan dikelola oleh kelompok wanita tani KWT. Dengan memberdayakan kelompok tani ini dapat membantu pendapatan petani yang awalnya hanya bersumber dari lahan pertanian sehingga dapat mensejahterakan mereka. Diharapkan pihak pemerintah, baik dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura maupun Dinas Perindustrian dan Perdagangan dapat melakukan pembinaan dalam pengembangan usaha agroindustri KWT, misalnya penyediaan vacum frying dan pelatihan kewirausahaan. Di samping itu, pemerintah diharapkan bertindak sebagai penghubung antara investor dengan pelaku agroindustri. 61 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Sub-sub sektor pertanian unggulan di Kabupaten Bulukumba meliputi tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan. Keunggulan sub sektor tanaman bahan makanan didukung oleh nilai produksi komoditas unggul dibandingkan dengan kabupaten lain. Komoditas perkebunan sebagai sub sektor unggulan karena didominasi oleh komoditas perdagangan bernilai ekspor dan peternakan unggul disebabkan karena komoditasnya menduduki peringkat kedua dengan populasi terbesar tingkat provinsi. Sub sektor perikanan dan kehutanan di Kabupaten Bulukumba hanya unggul secara kompetitif. Berdasarkan analisis komparatif dan kompetitif, komoditas unggulan di Kabupaten Bulukumba yaitu tanaman pangan jagung dan kacang tanah dan hortikultura pisang, mangga dan rambutan. Komoditas tanaman pangan sebagai komoditas pertanian unggulan didukung oleh kondisi geografis Kabupaten Bulukumba yang cocok untuk pertanian terutama tanaman pangan. Di samping itu, tanaman pangan merupakan kebutuhan pangan yang harus terpenuhi dan menjadi kebutuhan dasar bagi negara dalam ketahanan pangan. Komoditas hortikultura memiliki potensi sebagai komoditas unggulan karena memiliki koefisien produksi dan laju pertumbuhan paling tinggi dari komoditas pertanian lainnya. Keunggulan komoditas juga didukung oleh petani yang ditunjukkan dengan tingginya partisipasi dalam mengembangkan komoditas tanaman pangan. Partisipasi tertinggi dalam mengembangkan komoditas unggulan adalah petani padi karena didukung oleh kemauan dan kesempatan tinggi serta kemampuan sedang. Tingginya partisipasi petani padi menggambarkan bahwa untuk mengembangkan komoditi ini tidaklah sulit karena petani memiliki kemauan dan kemampuan untuk berbudidaya padi dan kesempatan yang diperoleh dari pihak luar sebagai penunjang produksi budidaya padi juga mudah. Pengembangan sektor pertanian dan komoditas unggul serta sektor turunannya di Kabuaten Bulukumba diarahakan pada pengembangan komoditas jagung, kacang tanah, pisang, mangga dan rambutan. Strategi yang dapat diterapkan yaitu pemanfaatan sumber daya alam ditunjang dengan kebijakan pemerintah, penguatan kemitraan dan penerapan teknologi.

6.2 Saran

1. Pengembangan komoditas tanaman pangan unggulan perlu dipertahankan dan dikembangkan mengingat ketersediaannya sebagai pemenuhan kebutuhan pangan untuk masyarakat dan ketahanan pangan nasional. 2. Pemerintah Kabupaten Bulukumba disarankan menitikberatkan pengembangan agroindustri berbasis hortikultura guna peningkatan kesejahteraan petani dan pendapatan daerah. 3. Perlunya koordinasi dan kerjasama antara petani, pemerintah dan pihak swasta dalam pengembangan agribisnis di Kabupaten Bulukumba. 4. Diperlukan penelitian lanjutan mengenai partisipasi petani untuk komoditas non tanaman pangan.