32 Berdasarkan laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bulukumba.
dalam kurun waktu lima tahun yaitu Tahun 2006 sampai 2010, produksi perikanan tangkap cenderung stagnan. Hal ini disebabkan karena komposisi armada
penangkapan ikan masih didominasi perahu motor tempel dan kapal dengan tonase rendah sehingga diperlukan upaya restrukturisasi armada penangkapan
ikan untuk mendongkrak produksi hasil tangkapan.
Menurut Fudjaja 2002 bahwa armada perikanan berpengaruh nyata terhadap PDRB. Hal ini terjadi apabila pengembangan sub sektor perikanan
dengan penambahan armada yang bukan ditujukan untuk penangkapan laut lepas. Dimana, penangkapan pesisir pantai sudah mulai mencapai ambang batas
sehingga dalam jangka panjang penambahan armada semacam ini akan menurunkan produktifitas sub sektor perikanan.
Mengingat sub sektor kehutanan merupakan kegiatan ekonomi yang memberikan dampak negatif lebih banyak apabila pemanfaatannya lebih ekstrim
terutama hasil hutan kayu dan hutan memegang peranan penting untuk kelancaran ekosistem lingkungan hidup serta menjaga kesinambungan sumber daya air maka
sub sektor kehutanan tidak diproritaskan dalam produksi hasil yang tinggi. Pemanfaatan hutan di Kabupaten Bulukumba meliputi persutraan alam,
perlebahan, walet dan produksi kayu.
Gambar 7 Perkembangan LQ Sektor Pertanian Kabupaten Bulukumba Tahun 2006 sampai 2010
Berdasarkan Gambar 7 selama lima tahun mulai tahun 2006 sampai 2010, semua sub sektor pertanian mengalami peningkatan kecuali sub sektor
perkebunan. Sub sektor perikanan dan kehutanan di Kabupaten Bulukumba selama lima tahun tahun 2006 sampai 2010 menunjukkan pertumbuhan PDRB
lebih rendah daripada PDRB di tingkat provinsi walaupun mengalami peningkatan sehingga nilai LQ 1. Sub sektor tanaman bahan makanan dan sub
sektor perkebunan merupakan sub sektor yang memiliki nilai LQ 1 selama periode 2006-2010. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sub sektor tersebut
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4
2006 2007
2008 2009
2010 Tabama
Perkebunan Peternakan
Kehutanan Perikanan
33 memiliki keunggulan komparatif secara berkelanjutan. Dengan menganalisis nilai
LQ selama lima tahun untuk menunjukkan kekonsistenan sub-sub sektor dalam memberikan kontribusi PDRB di Kabupaten Bulukumba dan selanjutnya
memberikan pemahaman bahwa Kabupaten Bulukumba memiliki sub-sub sektor pertanian yang mampu unggul secara komparatif dibandingkan dengan
kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan. Peningkatan PDRB dari masing- masing sub sektor pertanian didukung oleh peningkatan produksi setiap
komoditas sub sektor per tahunnya. Komoditas dengan LQ 1, dapat diartikan bahwa sub sektor tersebut perlu dikembangkan karena mempunyai kemampuan
yang besar untuk perekonomian Kabupaten Bulukumba.
5.2 Identifikasi Komoditas Unggulan Pertanian di Kabupaten Bulukumba
Identifikasi komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Bulukumba mengarah pada komoditas di sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan
peternakan. Identifikasi komoditi unggulan dari sub-sub sektor unggulan di Kabupaten Bulukumba dilakukan dengan metode LQ dan DS.
Hasil analisis LQ dan DS dilakukan per kecamatan untuk melihat wilayah yang berpotensi dalam pengembangan komoditas unggulan pertanian. Komoditas
dengan nilai LQ 1 dan DS bernilai positif menunjukkan bahwa komoditas tersebut sudah menjadi basis dan menjadi keunggulan komparatif maupun
kompetitif di kecamatan tersebut.
Gambaran awal, setiap komoditi pertanian yang dianalisis umumnya dibudidayakan hampir di seluruh kecamatan. Perincian komoditas pertanian pada
kecamatan di Kabupaten Bulukumba sebagai berikut BPS Kab. Bulukumba. 2011:
1. Tanaman bahan makanan terdiri dari padi 10 kecamatan, jagung 10
kecamatan, ubi kayu 9 kecamatan, ubi Jalar 9 kecamatan, kacang tanah 9 kecamatan, mangga 7 kecamatan, nenas 8 kecamatan, durian 6
kecamatan, pisang 10 kecamatan dan rambutan 6 kecamatan.
2. Tanaman perkebunan terdiri dari kelapa 8 kecamatan, kopi 8 kecamatan,
cengkeh 5 kecamatan. kakao 9 kecamatan dan lada 7 kecamatan. 3.
Peternakan terdiri dari sapi 10 kecamatan, kerbau 10 kecamatan, kuda 10 kecamatan, kambing 10 kecamatan, ayam ras petelur 6 kecamatan, ayam
ras pedaging 6 kecamatan, ayam buras 10 kecamatan dan itik 10 kecamatan.
5.2.1 Analisis Keunggulan Komparatif
Analisis LQ merupakan metode untuk melihat penyebaran komoditas yang memiliki keunggulan dalam memenuhi kebutuhan pasar, baik dalam wilayah
maupun ekspor. Hasil analisis LQ mencerminkan pewilayahan komoditas sebagai sarana untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan sesuai karakteristik wilayah dan
dalam pengembangan komoditas lebih terarah dan fokus sehingga dapat meningkatkan produksi.
Berdasarkan nilai LQ, komoditi padi terdapat di bagian barat kabupaten meliputi Kecamatan Gantarang, Kindang, Bulukumpa dan Rilau Ale. Kondisi
geografis wilayah barat didominasi oleh sungai-sungai yang berdebit besar
34 dengan hulu dari Gunung Lompobattang dan Gunung Bawakaraeng. Sungai Bialo
dengan debit air 14.2 m
3
detik melintas di Kecamatan Kindang dan Gantarang. Sungai Balantieng yang berdebit 13.3 m
3
detik berada di Kecamatan Kindang, Bulukumpa, Rilau Ale dan Ujung Loe, sedangkan di Kecamatan Kindang, Rilau
Ale, Gantarang dan Ujung Bulu dilintasi oleh Sungai Bijawang yang berdebit 7.5 m
3
detik. Aliran sungai dimanfaatkan masyarakat untuk mengairi sawah dengan sistem irigasi sehingga sangat mendukung untuk budidaya padi. Tanaman Jagung
banyak dibudidayakan di bagian tengah dan timur yaitu Kecamatan Ujung Loe, Bonto Tiro, Bonto Bahari, Herlang dan Kajang. Kecamatan-kecamatan tersebut
memiliki tanah yang dominan merupakan lahan kering. Dengan kondisi lahan tersebut. tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik dan menjadi potensi
budidaya jagung. Ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah menyebar tidak hanya pada satu bagian kabupaten saja. Hasil analisis ini dapat memberikan pola
pendistribusian untuk komoditas yang spesifik lokasi yaitu padi dan jagung. Keunggulan komoditi padi dalam memenuhi kebutuhan wilayah luar dapat
dialirkan ke wilayah bagian timur Kabupaten Bulukumba, begitu pula dengan jagung yang dapat mengekspor ke wilayah bagian barat. Pendistribusian kedua
komoditas ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di dua bagian wilayah Kabupaten Bulukumba. Pewilayahan komoditi tanaman pangan dapat ditunjukkan
pada Gambar 8. Setiono 2011, berpendapat suatu wilayah harus menetapkan spesialisasi pada produk yang memiliki keunggulan komparatif sehingga
perdagangan antar wilayah dapat terjadi.
Gambar 8 Pewilayahan Komoditas Tanaman Pangan Berdasarkan Nilai LQ Komoditas hortikultura spesifik lokasi adalah rambutan dan durian di bagian
barat Kabupaten Bulukumba. Rambutan dengan nilai LQ 1 hanya terdapat di Kecamatan Bulukumpa sedangkan durian pada Kecamatan Bulukumpa, Rilau Ale
35 dan Kindang. Komoditi pisang, penyebarannya pada kecamatan yang berada di
bagian tengah dan timur yaitu Kecamatan Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Herlang dan Kajang. Komoditas lainnya menyebar di beberapa kecamatan baik di
bagian timur, tengah maupun barat Gambar 9. Komoditi durian dan rambutan dapat dikatakan spesifik lokasi karena hanya unggul secara komparatif pada
kecamatan di bagian barat. Kedua komoditas ini biasanya dibudidayakan di pekarangan maupu n di kebun masyarakat lokal. Setiap komoditi memiliki
persyaratan tumbuh yang spesifik untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Kecamatan Bulukumpa memiliki ketinggian wilayah 100-500 m dpl sekitar 70
persen dan Rilau Ale sekitar 57,52 persen dengan curah hujan antara 1500-2000 mmtahun Bappeda Kab.Bulukumba 2011a. Kondisi tersebut sesuai dengan
lingkungan tumbuh yang dibutuhkan yaitu sesuai dibudidayakan pada ketinggian 50-600 m dpl dengan curah hujan antara 1500-2500 mmtahun.
Gambar 9 Pewilayahan Komoditas Hortikultura Berdasarkan Nilai LQ Berdasarkan draft RTRW Kabupaten Bulukumba 2012, kawasan
peruntukan tanaman pangan ditetapkan di sebagian wilayah sembilan kecamatan kecuali Kecamatan Ujung Bulu. Komoditas hortikultura buah-buahan secara
umum di sebagian Kecamatan Gantarang, Rilau Ale, Bulukumpa, Kindang, Bonto Bahari, Bonto Tiro dan Kajang. Hal ini mengindikasikan bahwa belum adanya
penetapan pewilayahan yang sesuai kondisi lahan tumbuh untuk membudidayakan komoditas. Dengan mengacu pada pewilayahan komoditas berdasarkan nilai LQ
1 dapat mengidentifikasikan bahwa kecamatan-kecamatan tersebut memiliki daya dukung dalam kesesuaian lahan untuk mengembangkan komoditas tanaman bahan
makanan.
Pewilayahan komoditas tanaman perkebunan berdasarkan nilai LQ menunjukkan wilayah bagian barat dan bagian timur memiliki komoditas yang