7
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Pembangunan Kabupaten Bulukumba Sektor pertanian
Sektor basis : -
PDRB -
Penyerapan tenaga kerja
Penentuan komoditas unggulan
Dasar Pelaksanaan : -
Kondisi geografis -
Pewilayahan komoditi
Pengembangan agribisnis berbasis komoditas
unggulan Misi pembangunan
daerah Kab. Bulukumba
Aspek sosial dan ekonomi :
- Tingkat partisipasi
- Pandangan aparat
pemerintah -
Produksi Pertanian
8
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah merupakan tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan wilayah tersebut dengan
meningkatkan pemanfaatan potensi guna menambah kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya Mulyanto 2008.
Pengembangan wilayah harus didasarkan pada potensi sumber daya yang ada pada daerah tersebut untuk pertumbuhan wilayahnya. Menurut Rustiadi et al.
2011, terdapat dua strategi pengembangan wilayah. Pertama, strategi Demand Side, yaitu strategi pengembangan wilayah yang dupayakan melalui peningkatan
barang-barang dan jasa dari masyarakat setempat melalui kegiatan produksi lokal dengan tujuan meningkatkan taraf hidup penduduk. Kedua, strategi Supply Side,
yaitu strategi pengembangan wilayah yang terutama diupayakan melalui investasi modal untuk kegiatan-kegiatan produksi yang berorientasi keluar dengan tujuan
untuk meningkatkan pasokan dari komoditi yang pada umumnya diproses dari sumber daya alam lokal.
Konsep pengembangan wilayah didasarkan pada prinsip: 1 berbasis sektor unggulan, 2 dilakukan atas dasar karakteristik daerah, 3 dilakukan secara
komprehensif dan terpadu, 4 mempunyai keterkaitan kuat ke depan dan belakang dan 5 dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan
desentralisasi Setiawan 2010.
Menurut Riyadi 2000, terdapat tiga indikator keberhasilan pengembangan wilayah sebagai bentuk kesuksesan pembangunan daerah. Indikator pertama
adalah produktivitas, yang dapat diukur dari perkembangan kinerja suatu institusi beserta aparatnya. Indikator kedua adalah efisiensi, yang terkait dengan
meningkatnya kemampuan teknologisistem dan kualitas sumber daya manusia dalam pelaksanaan pembangunan. Ketiga adalah partisipasi masyarakat, yang
dapat menjamin kesinambungan pelaksanaan suatu program di suatu wilayah. Ketiga indikator tersebut terkait erat dengan faktor-faktor yang menjadi ciri suatu
wilayah dan membedakannya dengan wilayah lainnya seperti kondisi politik dan sosial, struktur kelembagaan, komitmen aparat dan masyarakat dan tingkat
kemampuanpendidikan aparat dan masyarakat. Pada akhirnya, keberhasilan pengembangan suatu wilayah bergantung pula pada kemampuan berkoordinasi,
mengakomodasi dan memfasilitasi semua kepentingan serta kreativitas yang inonatif untuk terlaksananya pembangunan yang aspiratif dan berkelanjutan.
Pengembangan wilayah melalui kebijaksanaan pewilayahan komoditi yang dikembangkan di Sulawesi Selatan pada Pelita V berakar pada salah satu teori
pertumbuhan regional yang dikembangkan oleh Douglas C. North dan dilanjutkan kemudian oleh Tiebout yaitu “Export Base Models” dengan mendasarkan
pandangannya dari sudut Teori Lokasi. Teori ini berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan lebih banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi
yang selanjutnya dapat digunakan oleh daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi tersebut umumnya berbeda-beda setiap wilayah tergantung
keadaan geografi. Ini berarti bahwa untuk dapat meningkatkan pertumbuhan
9 ekonomi suatu wilayah, strategi pembangunannya harus disesuaikan dengan
keuntungan lokasi yang dimilikinya Bappeda Prov.Sul-Sel 1988.
2.2 Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk mengembangkan kapasitas masyarakat pertanian, khususnya memberdayakan
petani, peternak dan nelayan agar mampu melaksanakan kegiatan ekonomi produktif secara mandiri dan selanjutnya mampu memperbaiki kehidupannya
sendiri Solahuddin 2009.
Menurut Dillon 2004, sektor pertanian mempunyai 4 fungsi yang sangat fundamental bagi pembangunan suatu bangsa, yaitu: 1 mencukupi pangan dalam
negeri, 2 penyediaan lapangan kerja dan berusaha, 3 penyediaan bahan baku untuk industri dan 4 sebagai penghasil devisa negara.
Pembangunan pertanian di Kabupaten Bulukumba menurut Patedduri 2004 harus mencakup empat hal penting sebagai grand strategy, yaitu:
1. Pembangunan pertanian harus menjadi inti pembangunan Kabupaten
Bulukumba, dengan kata lain program pembangunan harus menjadi skala prioritas dari keseluruhan rencana pembangunan di Kabupaten Bulukumba.
2. Pembangunan pertanian melalui pendekatan sistem agribisnis. Dalam kurun
waktu lama, petani telah memperlihatkan keterampilan yang memadai pada komoditi tertentu namun untuk mencapai kesejahteraan perlu dibangun suatu
interaksi terkait antara petani sebagai produsen hasil pertanian, pengusaha pengolah komoditas pertanian, pihak-pihak yang memasarkan produk-produk
hasil olahan dan para pengusaha yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan, pengkreditan dan lain-lain.
3. Keberpihakan pemerintah daerah pada pembangunan sektor pertanian yang
ditandai dengan membangun sistem koordinasi yang akurat untuk semua sektor pendukung lainnya.
4. Pengembangan agribisnis harus dalam upaya meningkatkan daya saing,
membangun ekonomi kerakyatan dan berkelanjutan. Peran pemerintah daerah sangat penting untuk mencari pelaku pasar dan pelaku agribisnis lainnya.
2.3 Sektor dan Komoditas Unggulan
Pengembangan sektor memiliki relevansi yang kuat dengan pengembangan wilayah. Wilayah dapat berkembang melalui berkembangnya sektor unggulan
pada wilayah tersebut mendorong pengembangan sektor lainnya yang terkait sehingga membentuk suatu sistem keterkaitan antar sektor. Pengembangan.sektor
inilah yang menjadi salah satu pendekatan yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan wilayah Djakapermana 2010.
Sektor basis yaitu sektor yang produksinya diekspor ke luar wilayahnya dan pendapatannya merupakan sumber pendapatan wilayah bersangkutan. Sektor non
basis merupakan sektor yang kegiatannya melayani kebutuhan hidup penduduk di wilayahnya saja Setiono 2011.
10 Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi
strategis, baik berdasarkan baik pertimbangan teknis kondisi tanah dan iklim maupun sosial ekonomi dan kelembagan penguasaan teknologi, kemampuan
sumber daya manusia, infrastruktur dan kondisi sosial budaya setempat, untuk dikembangkan di suatu wilayah Yulianti 2011. Kriteria komoditi unggul
menurut Daryanto dan Hafizrianda 2010 yang disesuaikan dengan analisis dalam penelitian ini yaitu:
1.
Harus mampu menjadi penggerak utama prime mover pembangunan perekonomian. Dengan kata lain, komoditas unggulan tersebut dapat
memberikan konstribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan dan pengeluaran.
2. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lainnya competitiveness
di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi dan kualitas pelayanan.
3. Pengembangannya harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalnya
keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas intensif dan lain-lain.
Keunggulan komparatif comparative advantage merupakan keunggulan suatu sektorkomoditi dalam suatu wilayah relatif terhadap sektorkomoditi pada
wilayah lainnya dalam suatu wilayah lebih luas. Keunggulan kompetitif competitive advantage merupakan keunggulan suatu sektorkomoditi relatif
terhadap sektorkomoditi lainnya dalam suatu wilayah Djakapermana 2010.
Metode Location Quotient LQ dan Shift Share Analysis SSA merupakan dua metode yang mengindikasikan sektorkomoditi basis yang selanjutnya
digunakan sebagai indikasi sektorkomoditi unggulan. LQ menggambarkan keunggulan komparatif dan SSA menggambarkan keunggulan kompetitif
Rustiadi et al. 2011. LQ adalah rasio dari peranan sektor lokal tertentu terhadap sektor yang sama di tingkat ekonomi acuan yang lebih luas. Jika nilai LQ untuk
suatu sektor di perekonomian lokal lebih besar dari satu maka dianggap produksi lokal pada sektor yang bersangkutan relatif lebih tinggi daripada produksi rata-
rata wilayah acuan. Oleh sebab itu, wilayah lokal memiliki potensi untuk mengekspor produk sektor bersangkutan Setiono 2011. Differential shift DS
merupakan komponen dari SSA yang menunjukkan daya saing yang dimiliki suatu sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan sektor yang sama pada
wilayah acuan Daryanto dan Hafizrianda 2010.
Kelemahan metode LQ mengasumsikan homogenitas suatu kegiatan dalam suatu perhitungannya sangat kuat. Perhitungannya didasarkan pada pola kegiatan
basis ekonomi yang pada kenyataannya kegiatan ekonomi sering juga dipengaruhi oleh mekanisme perdaganganpemasaran, aspek politik dan keamanan
Djakapermana 2010.
Keunggulan SSA yaitu dapat memotret tingkat keunggulan kompetitif secara tepat dan memetakan sejauh mana pengaruh pergeseran sektor tertentu di
wilayah agregat terhadap kinerja sektor tertentu di wilayah tertentu. Keterbatasan analisis ini yaitu tidak mempertimbangkan perbedaan tingkat sektor antar wilayah
dan hanya mengidentifikasi keunggulan kompetitif wilayah berdasarkan kinerja sektor dalam dua titik waktu sehingga tidak mempertimbangkan keunggulan
komparatif aktual wilayah Pribadi et al. 2011. Analisis SSA dalam hal ini