Analytical Hierarcy Process AHP

18 permasalahan. Mereka dipilih sebagai responden, lalu diwawancaarai secara langsung untuk menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Penelitian dilakukan dengan pembobotan untuk masing- masing komponen dengan perbandingan berpasangan yang dimulai dari level tertinggi sampai terendah. Pembobotan dilakukan berdasarkan pendapat para pengambil keputusanpara pakar berdasarkan nilai skala komparasi 1–9. Skala perbandingan berpasangan tertera pada Tabel 3. Penentuan alternatif komoditas unggulan merupakan komoditas hasil dari penentuan analisis dengan menggunakan perhitungan LQ dan DS. Pemilihan narasumber dilakukan secara purposive sampling yang didasarkan pada keahlian dan keterkaitan narasumber terhadap topik yang akan di analisis. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan contoh berdasarkan pertimbangan seseorang atau peneliti. Narasumber dalam AHP berasal dari instansi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Bappeda dan Anggota DPRD Kabupaten Bulukumba. Tabel 3 Skala Perbandingan Berpasangan Tingkat kepentingan Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibandingkan elemen yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibandingkan elemen yang lain 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya Satu elemen dengan kuat di dukung dan dominan terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen lainnya Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Sumber: Saaty dalam Ikhsan 2011 19 Penggabungan pendapat responden menggunakan rata-rata geometrik dengan rumus sebagai berikut Marimin 2008: • G = �• n x i n dimana: X G = rata-rata geometrik N = jumlah responden Xi = penilaian oleh responden ke-i

3.4.4 Analisis Tabulasi Silang

Penyebaran kuesioner ke petani dimaksudkan untuk mengetahui tingkat partisipasi petani dalam membudidayakan komoditas pertanian berdasarkan variabel kemauan, kemampuan dan kesempatan. Petani yang dijadikan sampel adalah petani yang mengusahakan komoditi berupa padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah. Pemilihan lokasi sampel berdasarkan kecamatan yang dijadikan sentra produksi komoditi tertentu purposive sampling dengan jumlah sampel tiap komoditi sebanyak 20 petani. Pemilihan pada kecamatan sentra produksi diasumsikan mampu mewakili kondisi pengembangan komoditi baik dari skala usaha tani yang dominan di kecamatan tersebut dan keterlibatan pemerintah dalam pengembangan komoditi. Dengan demikian jumlah sampel petani yang merupakan sumber informasi untuk mengukur tingkat partisipasi sebanyak 100 petani. Variabel kemauan, kemampuan dan kesempatan merupakan prasyarat partispasi dan ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Variabel dan Indikator dalam Analisis Tingkat Partisipasi Petani No Variabel Indikator 1 Kemauan Harapan Imbalan Motivasi Penguasaan informasi 2 Kemampuan Keterampilan Pengalaman usaha tani Permodalan usaha tani 3 Kesempatan Ketersediaan sarana prasarana Kelembagaan pertanian Kebijakan pemerintah Sumber: Slamet 2003 Definisi operasional dalam variabel diatas yaitu: a. Kemauan. Dorongan yang timbul dalam diri masyarakat tani untuk berperan serta dalam proses kegiatan pengembangan komoditas unggulan. b. Kemampuan. Kemampuan yang dimiliki oleh petani dalam mengelola usaha taninya, mampu dalam hal modal maupun kemampuan untuk berperanserta dalam pengembangan komoditas unggulan. 20 c. Kesempatan. Peluang petani untuk berperanserta dalam mengembangkan komoditas unggulan. Skoring dilakukan untuk setiap pertanyaan kuesioner yang diajukan kepada responden petani. Penjumlahan skor dihitung menurut variabel sehingga diperoleh total skor dari masing-masing responden. Dengan menggunakan skor maksimum dan skor minimum, penentuan interval kelas dapat dilakukan dengan menggunakan tiga kategori tingkat partisipasi yaitu tinggi, sedang dan rendah. Rumus Interval Kelas IK berdasarkan Slamet yang diacu oleh Herdiana 2009: IK= Smak-Smin n dimana: Smak = Skor maksimum Smin = Skor minimum n = Banyaknya kategori Dalam pengkategorian tingkat partisipasi menggunakan batas kelas sebagai berikut: Tinggi: X Smin + 2IK Sedang :Smin + IK X • Smin + 2IK Rendah: Smin • X • Smin + IK Hasil dari pengkategorian untuk masing masing komoditi diinterpretasikan dengan tabulasi silang. Tabulasi silang merupakan metode tabulasi untuk merangkum data dengan dua atau lebih variabel secara bersamaan sehingga dapat dianalisis hubungan antara dua variabel atau lebih. 21 4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan Makassar. Secara geografis, Kabupaten Bulukumba terletak antara 5 o 20” sampai 5 o 40” lintang selatan dan 119 o 58” sampai 120 o 28” bujur timur. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, sebelah timur dengan Teluk Bone, sebelah selatan dengan Laut Flores dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng Gambar 4. Gambar 4 Peta Administrasi Kabupaten Bulukumba Kabupaten Bulukumba secara administratif terbagi menjadi 10 kecamatan meliputi 27 kelurahan dan 99 desa dengan luasan sekitar 1 154.7 km 2 atau sekitar 2.5 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan. Kecamatan Gantarang dan Bulukumpa merupakan dua wilayah kecamatan terluas masing-masing 173.5 km 2 dan 171.3 km 2 sekitar 30 persen dari luas kabupaten, sedangkan Kecamatan Ujung Bulu yang merupakan pusat kota kabupaten memiliki luas wilayah terkecil yaitu 14.4 km 2 atau hanya sekitar 1 persen Tabel 5. Kabupaten Bulukumba memiliki keistimewaan tersendiri dari aspek geografisnya dimana kondisi wilayahnya ada yang bergunung, bergelombang dan rata serta memiliki garis pantai dengan panjang kurang lebih 128 km dan luas lautan kurang lebih 921.6 km 2 yang berbatasan langsung dengan Laut Flores pada bagian selatan dan Teluk Bone pada bagian timur. Kabupaten Bulukumba memiliki wilayah dengan ketinggian bervariasi dari 0 meter dpl hingga di atas