35 dan Kindang. Komoditi pisang, penyebarannya pada kecamatan yang berada di
bagian tengah dan timur yaitu Kecamatan Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Herlang dan Kajang. Komoditas lainnya menyebar di beberapa kecamatan baik di
bagian timur, tengah maupun barat Gambar 9. Komoditi durian dan rambutan dapat dikatakan spesifik lokasi karena hanya unggul secara komparatif pada
kecamatan di bagian barat. Kedua komoditas ini biasanya dibudidayakan di pekarangan maupu n di kebun masyarakat lokal. Setiap komoditi memiliki
persyaratan tumbuh yang spesifik untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Kecamatan Bulukumpa memiliki ketinggian wilayah 100-500 m dpl sekitar 70
persen dan Rilau Ale sekitar 57,52 persen dengan curah hujan antara 1500-2000 mmtahun Bappeda Kab.Bulukumba 2011a. Kondisi tersebut sesuai dengan
lingkungan tumbuh yang dibutuhkan yaitu sesuai dibudidayakan pada ketinggian 50-600 m dpl dengan curah hujan antara 1500-2500 mmtahun.
Gambar 9 Pewilayahan Komoditas Hortikultura Berdasarkan Nilai LQ Berdasarkan draft RTRW Kabupaten Bulukumba 2012, kawasan
peruntukan tanaman pangan ditetapkan di sebagian wilayah sembilan kecamatan kecuali Kecamatan Ujung Bulu. Komoditas hortikultura buah-buahan secara
umum di sebagian Kecamatan Gantarang, Rilau Ale, Bulukumpa, Kindang, Bonto Bahari, Bonto Tiro dan Kajang. Hal ini mengindikasikan bahwa belum adanya
penetapan pewilayahan yang sesuai kondisi lahan tumbuh untuk membudidayakan komoditas. Dengan mengacu pada pewilayahan komoditas berdasarkan nilai LQ
1 dapat mengidentifikasikan bahwa kecamatan-kecamatan tersebut memiliki daya dukung dalam kesesuaian lahan untuk mengembangkan komoditas tanaman bahan
makanan.
Pewilayahan komoditas tanaman perkebunan berdasarkan nilai LQ menunjukkan wilayah bagian barat dan bagian timur memiliki komoditas yang
36 khas yaitu tanaman kelapa, kopi, cengkeh dan kakao, sedangkan untuk tanaman
lada. pengembangannya menyebar, baik di wilayah bagian barat, timur maupun tengah Gambar 10.
Gambar 10 Pewilayahan Komoditas Perkebunan Berdasarkan Nilai LQ Bagian timur wilayah Kabupaten Bulukumba didominasi oleh tanaman
kelapa dan kakao. Tanaman kelapa tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi di wilayah pesisir karena pada wilayah tersebut memiliki sinar matahari yang cukup
dan air tanah yang bergerak sehingga Kecamatan Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang dan Kajang sebagai wilayah pesisir memiliki
kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa. Ditinjau dari kondisi geografis Kabupaten Bulukumba dimana tujuh kecamatannya merupakan daerah pesisir
sehingga memungkinkan lahan yang digunakan untuk menanam kelapa juga luas. Data BPS Kabupaten Bulukumba 2011 menunjukkan bahwa kelapa merupakan
tanaman perkebunan yang memiliki luas tanam tertinggi di antara semua tanaman perkebunan seluas 12 125 Ha. Tanaman kakao merupakan tanaman perkebunan di
lahan kering sehingga sangat sesuai dikembangkan pada Kecamatan Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang dan Kajang. Cengkeh dan kopi merupakan dua tanaman
perkebunan yang memiliki persyaratan lingkungan tumbuh yang sama. yaitu tumbuh baik pada dataran tinggi. Tanaman cengkeh menyebar di wilayah dataran
tinggi yaitu Kecamatan Gantarang, Bulukumpa, Rilau Ale dan Kindang sedangkan tanaman kopi banyak dibudidayakan di Kecamatan Gantarang,
Bulukumpa dan Kindang. Semakin tinggi dataran maka komoditi kopi akan tumbuh lebih ideal dan memberikan cita rasa tertentu. Kecamatan Kindang sangat
sesuai untuk membudidayakan komoditi ini karena topografinya mulai 100 sampai di atas 1000 m dpl. Kecamatan lainnya seperti Gantarang dan Bulukumpa
memiliki potensi pengembangan kopi dilihat dari produksi yang tingi dibandingkan komoditas perkebunan lainnya dalam kecamatan tersebut dan
37 produksi tertinggi di komoditi kopi. Menurut Xin dan Dianqing 2010, perspektif
sumber daya alam menggambarkan suatu komoditas memiliki keuntungan komparatif.
Berdasarkan draft RTRW Kabupaten Bulukumba 2012, kesembilan kecamatan kecuali Kecamatan Ujung Bulu dijadikan sebagai kawasan
pengembangan komoditi kelapa, kakao dan lada. Komoditi cengkeh, pengembangannya meliputi Kecamatan Kajang, Gantarang, Kindang, Rilau Ale
dan Bulukumpa, sedangkan komoditi kopi Kecamatan Kajang, Gantarang, Ujung Loe, Kindang, Rilau Ale dan Bulukumpa.
Gambar 11 Pewilayahan Komoditas Peternakan Berdasarkan Nilai LQ Komoditas peternakan di Kabupaten Bulukumba sangat variatif dan
dikembangkan hampir di seluruh kecamatan. Penyebaran komoditas ini berpengaruh terhadap pewilayahan komoditas berdasarkan nilai LQ dimana
semua komoditas dapat dikembangkan baik wilayah barat, timur maupun tengah dengan komoditas yang dominan pengembangannya yaitu sapi, kuda. dan ayam
buras. Komoditi sapi dan ayam buras menyebar pada 6 kecamatan dengan LQ 1, sapi pada 5 kecamatan sedangkan ayam ras petelur hanya unggul secara
komparatif di Kecamatan Ujung Bulu. Pewilayahan komoditas peternakan yang menyebar pada kecamatan di Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada
Gambar 11.
Berdasarkan draft RTRW Kabupaten Bulukumba 2012, kawasan pengembangan peternakan terbagi 3 yaitu untuk ternak besar seperti sapi, kerbau
dan kuda meliputi Kecamatan Kajang, Ujung Loe, Bonto Bahari, Herlang, Kindang, Rilau Ale dan Bulukumpa. Ternak kecil seperti kambing dikembangkan
di Kecamatan Gantarang dan Bonto Bahari. Ternak unggas dikembangkan di Kecamatan Gantarang, Ujung Loe, Riau Ale dan Bulukumpa. Hasil analisis LQ,
38 pewilayahan komoditas dapat disesuaikan dengan kawasan pengembangan yang
disusun dalam draft RTRW. Hasil paduserasi antara keduanya menghasilkan pewilayahan komoditas yaitu: 1 Ternak besar meliputi sapi Kecamatan Rilau
Ale, Bulukumpa, Ujung Loe, Herlang dan Kajang, kerbau Kecamatan Ujung Loe dan Kajang dan kuda Kecamatan Rilau Ale, Ujung Loe, Bonto Tiro dan
Herlang; 2 Ternak kecil yaitu kambing Kecamatan Bonto Bahari dan 3 Unggas meliputi ayam ras pedaging kecamatan Gantarang dan Ujung Loe; itik
dan ayam buras Kecamatan Rilau Ale serta ayam ras petelur Kecamatan Ujung Bulu.
5.2.2 Analisis Keunggulan Kompetitif
Differential shift menunjukkan pergeseran suatu komoditi tertentu di suatu wilayah. Komponen differential shift bernilai positif berarti wilayah tersebut
dianggap memiliki keunggulan kompetitif karena memiliki potensi untuk terus tumbuh atau berkembang.
Berdasarkan Tabel 11, analisis DS menunjukkan bahwa komoditas padi dan ubi kayu memiliki keunggulan kompetitif terbanyak pada kecamatan di
Kabupaten Bulukumba. Komoditi padi menunjukkan kecamatan Gantarang dan Bulukumpa sebagai kecamatan pengembangan oleh pemerintah daerah memiliki
nilai DS negatif, hal ini menandakan bahwa kondisi lahan pada kecamatan tersebut sudah mengalami degradasi, walaupun mengalami peningkatan produksi
selama 5 tahun akan tetapi produksinya stagnan. Begitupula dengan komoditi jagung, Kecamatan Kajang dan Herlang dengan produksi tertinggi di Kabupaten
Bulukumba secara aktual memiliki tingkat kesuburan rendah sehingga laju pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan tingkat kabupaten.
Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar lahan tersebut berpotensi untuk membudidayakan komoditas tersebut. Guna mengembalikan kesuburan
tanah, dapat melalui pemupukan, pengolahan tanah dan drainase.
Tabel 11 Analisis DS pada Komoditas Tanaman Bahan Makanan DS + di Kabupaten Bulukumba Tahun 2006 sampai 2010
Komoditas Kecamatan
Padi Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang Kajang,
Rilau Ale Jagung
Gantarang, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bulukumpa, Kindang Ubi kayu
Gantarang, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Kajang, Kindang
Ubi jalar Ujung Loe, Kajang, Bulukumpa, Kindang
Kacang tanah Bonto Bahari, Kajang, Bulukumpa, Kindang
Mangga Gantarang, Herlang, Kajang, Kindang
Nenas Gantarang, Ujung Loe, Bonto Tiro, Bulukumpa
Durian Ujung Loe, Bulukumpa, Rilau Ale
Pisang Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Herlang, Kajang
Rambutan Gantarang, Ujung Loe, Kajang, Bulukumpa
Produksi ubi kayu di Kabupaten Bulukumba mengalami penurunan dari tahun 2006 ke 2010. Terdapat beberapa kecamatan mengalami penurunan
produksi terutama kecamatan dengan tingkat produksi tinggi di Kabupaten Bulukumba. Kecamatan Bulukumpa pada tahun 2006 memiliki produksi ubi kayu
39 11 252 ton turun menjadi 5 011 ton tahun 2010, begitupun dengan Kecamatan
Rilau Ale dari 6 710 ton menjadi 668 ton. Meskipun demikian, terdapat kecamatan-kecamatan yang mengalami peningkatan produksi tinggi yaitu Kajang
1 637 ton menjadi 4 717 ton dan Bonto Bahari 56 ton menjadi 440 ton.
Komoditas hortikultura Kabupaten Bulukumba mengalami peningkatan produksi dari tahun 2006 ke 2010 kecuali komoditi nenas. Pisang unggul secara
kompetitif pada 5 kecamatan dan durian hanya unggul secara kompetitif pada tiga kecamatan. Perluaan areal tanam pada lahan berpotensi dilakukan pemerintah
kabupaten guna meningkatkan produksi komoditas hortikultura, terutama mangga, durian dan rambutan. Kabupaten Bulukumba memiliki potensi lahan untuk
hortikultura seluas 9 464.49 ha dan yang baru dimanfaatkan sebesar 4 548.08 ha sehingga peluang pengembangan komoditas ini masih besar yaitu 4 916.41 ha.
Kecamatan Bulukumpa merupakan wilayah dengan potensi lahan terluas yaitu 2 935 ha dan sekitar 54 persen baru dimanfaatkan untuk komoditas durian,
rambutan dan manggis.yang sangat didukung oleh kondisi geografisnya. Kecamatan Herlang memiliki komoditas hortikultura berupa mangga dan pisang
yang unggul kompetitif karena kedua komoditas ini paling dominan dikembangkan dimana seluas 269 ha dikembangkan untuk pisang dan 97.65 ha
untuk mangga dari 377.65 ha lahan yang dimanfaatkan DTPH 2011a.
Tabel 12 Analisis DS pada Komoditas Perkebunan DS + di Kabupaten Bulukumba Tahun 2006 sampai 2010
Komoditas Kecamatan
Kelapa Ujung Bulu, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Kajang, Bulukumpa, Kindang
Kopi Gantarang, Kindang
Cengkeh Gantarang, Kajang, Bulukumpa
Kakao Bonto Bahari, Bonto Tiro, Rilau Ale, Kindang
Lada Bonto Tiro, Herlang, Kajang, Rilau Ale
Komoditi kelapa merupakan komoditi yang memiliki keunggu lan kompetitif terbanyak pada kecamatan Tabel 11. Komoditi ini mengalami penurunan
produksi pada tingkat kabupaten yang dipengaruhi oleh penurunan tajam produksi pada kecamatan-kecamatan yang memiliki produksi tertinggi yaitu Kecamatan
Ujung Loe, Herlang dan Kajang. Tahun 2006, produksi kelapa di Kecamatan Ujung Loe sebesar 2 166 ton turun sebesar 478.30 ton tahun 2010 begitu pun
dengan Kecamatan Herlang 2 471 ton ke 444.40 ton dan Kajang 1 702 ton menjadi 665.30 ton. Kecamatan Bonto Bahari dan Bonto Tiro mengalami
peningkatan produksi sehingga unggul secara kompetitif. Komoditi cengkeh pada tingkat kabupaten mengalami peningkatan sebesar 74.35 persen dan kecamatan
Gantarang, Kajang dan Bulukumpa memiliki peningkatan produksi di atas 74.35 persen.
Komoditi kopi mengalami penurunan di tingkat kabupaten dari tahun 2006 ke 2010 4 651 ton menjadi 4 127 ton, yang dipengaruhi penurunan pada
Kecamatan Ujung Loe, Bonto Tiro, Herlang, Bulukumpa dan Rilau Ale. Kenaikan produksi terjadi pada kecamatan Gantarang dan Kindang yang memiliki
kesesuaian lahan untuk budidaya kopi. Hal ini menandakan kedua kecamatan mampu berkompetitif dengan memberikan produksi dan laju produksi tinggi
sehingga sangat berpotensial untuk dikembangkan. Menurut Setiono 2011,
40 keunggulan kompetitif dalam konteks spasial dianggap keunggulan lokasi yang
akan memberikan nilai positif pada besaran differential shift. Keadaan fisik suatu wilayah yang dikaitkan dengan komoditas yang
dikembangkan masyarakat lokal memberikan gambaran secara tak langsung terkait kesesuaian lahan akan komoditas tersebut. Pendekatan pewilayahan bagi
komoditas pertanian merupakan suatu upaya untuk mencapai produksi hasil pertanian yang lebih baik dengan memperhatikan karakteristik wilayah yang ada.
Tabel 12 menunjukkan bahwa komoditas peternakan memiliki keunggulan kompetitif pada beberapa kecamatan. Hasil analisis DS menunjukkan komoditas
menyebar pada hampir seluruh kecamatan, akan tetapi berdasarkan nilai DS menunjukkan bahwa pertumbuhan komoditas peternakan sangat rendah yaitu nilai
DS dominan 0.00. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat beternak belum berorientasi pada peningkatan produksi secara maksimal, komoditas
dikembangkan sebagai sampingan pendapatan maupun sumber tenaga yang membantu masyarakat dalam pengolahan lahan pertanian mereka.
Tabel 13 Analisis DS pada Komoditas Peternakan DS + di Kabupaten Bulukumba Tahun 2006 sampai 2010
Komoditas Kecamatan
Sapi Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Kajang,
Bulukumpa, Rilau Ale, Kindang Kerbau
Gantarang, Bonto Bahari, Herlang, Bulukumpa, Kindang Kuda
Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Tiro, Herlang, Kambing
Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Rilau Ale, Kindang Ayam ras petelur
Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Bulukumpa, Kindang Ayam ras pedaging
Ujung Loe, Bonto Tiro, Herlang, Kajang, Bulukumpa, Rilau Ale Ayam buras
Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Kajang, Bulukumpa, Rilau Ale
Itik Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Kajang,
Bulukumpa, Rilau Ale, Kindang
Komoditas peternakan yang mengalami peningkatan produksi di atas 20 persen dari tahun 2006 ke 2010 yaitu sapi24.75 persen, ayam ras petelur 31.90
persen dan ayam ras pedaging.67.06 persen Komoditas peternakan lainnya mengalami penurunan dengan persentase rendah kecuali itik sebesar 37 persen.
Penurunan produksi itik di Kabupaten Bulukumba 53 667 ekor menjadi 33 835 ekor disebabkan penurunan drastis produksi itik di Kecamatan Gantarang sebesar
19 930 ekor dari tahun 2006 ke 2010.
Langkah-langkah yang diambil Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan selaku motor penggerak pembangunan peternakan di Kabupaten Bulukumba guna
peningkatan produksi peternakan yaitu: 1 penyebaran ternak jantan unggul, 2 optimalisasi kegiatan inseminasi buatan, 3 revitalisasi ternak dan 4
pengembangan dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan DPKH 2011.
5.2.3 Keragaan Komoditas Unggulan di Kabupaten Bulukumba
Keragaan komoditas unggulan di Kabupaten Bulukumba mengacu pada komoditas unggulan yang terdapat pada setiap kecamatan di Kabupaten
Bulukumba sebagai hasil analisis LQ dan DS. Berdasarkan Tabel 13, Kecamatan Bulukumpa memiliki komoditas unggulan terbanyak yaitu 9 komoditas,