Nilai hasil tangkapan famili Scaridae Nilai hasil tangkapan famili Sepiidae

dengan wilayah seluas 111.625 Ha, meliputi 22 pulau. Kawasan Taman Nasional Karimunjawa terbagi menjadi beberapa zona, yaitu : zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan pariwisata, zona pemukiman, zona rehabilitasi, zona budidaya dan zona pemanfaatan perikanan tradisional. Zona inti seluas 444,629 hektar meliputi sebagian perairan P. Kumbang, Perairan Taka Menyawakan, perairan Taka Malang dan perairan Tanjung Bomang. Zona inti adalah zona yang mutlak harus dilindungi karena di dalamnya tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia. Kegiatan yang diperbolehkan hanya yang berhubungan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, kegiatan inventarisasi, pemantauan potensi, perlindungan dan pengamanan. Penetapan Taman Nasional tersebut merupakan salah satu upaya untuk mengkonservasi sumberdaya ikan, sehingga dapat menjamin keberlanjutan kegiatan perikanan dan dapat menurunkan angka kemiskinan. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara dan Dinas terkait lainnya juga berperan dalam konservasi dan pengelolaan perikanan di Kecamatan Karimunjawa ini.  Mencegah lebih tangkap atau penangkapan ikan yang melebihi kapasitas. Sampai saat ini belum ada aturan pemerintah yang membatasi jumlah hasil tangkapan kuota dari masing-masing alat penangkapan ikan yang beroperasi di Indonesia. Nelayan panah Karimunjawa memanah semua ikan yang dijumpai dan mempunyai nilai ekonomis. Memang ikan yang dipanah mempunyai ukuran yang cukup besar, tidak mungkin nelayan panah menangkap ikan berukuran kecil karena sulit untuk dipanah. Terdapat beberapa lokasi daerah penangkapan ikan di kawasan Karimunjawa yang sudah jenuh, diantaranya adalah Pulau Menyawakan, Taka Menyawakan, Pulau Cemara Besar, Pulau Burung, Tanjung Gelam, Pulau Tengah dan sebelah timur Pulau Kemujan Mukminin, et. al., 2006. Upaya penangkapan ikan dilakukan hampir sepanjang tahun. Baik itu yang dilakukan oleh nelayan panah maupun nelayan alat tangkap lainnya, seperti pancing, jaring insang, muroami, dan bubu. Pola upaya penangkapan ikan tersebut menyebabkan stok sumberdaya ikan menurun. Laju rekrutmen sumberdaya ikan lebih rendah dibandingkan dengan upaya penangkapan ikan yang dilakukan. Apabila pola penangkapan ikan seperti ini dipertahankan, maka dikhawatirkan kondisi lebih tangkap akan terjadi. Informasi tersebut memberikan dasar bagi pengelola perikanan untuk lebih memperketat pengawasan kegiatan perikanan tangkap di Karimunjawa, sehingga tidak terjadi kondisi lebih tangkap yang dapat membahayakan keberlanjutan kegiatan perikanan. 2 Aspek teknologi  Unit penangkapan ikan selektif Alat tangkap ini sangat selektif dari sisi ukuran ikan target penangkapan, tetapi tidak selektif terhadap jenis ikan target. Nelayan tidak mungkin memanah juvenil ikan, nelayan memanah ikan-ikan yang ukurannya cukup besar dan mempunyai nilai ekonomis. Selektifitas alat tangkap panah ini sangat tergantung kepada nelayan penggunanya. Nelayan dapat saja memanah jenis-jenis ikan yang dilindungi. Jenis ikan yang dipanah oleh nelayan panah Karimunjawa termasuk ke dalam kelompok ikan target dan kelompok ikan lain mayor famili yang jumlahnya masih cukup banyak.  Aman digunakan Panah merupakan alat tangkap yang relatif aman. Nelayan panah Karimunjawa memasang karet pada panah siap ditembakkan setelah berada di air dan langsung menyelam untuk memanah ikan. Risiko tertusuk panah memang masih tetap ada, tetapi belum pernah terjadi kasus nelayan tertusuk panah.