Kerangka Pemikiran Spearfishing Sustainability and Job Safety Analysis in Karimunjawa Islands Jepara Regency Central Java

 Sistem manusia  Nelayan  Sektor pasca-panen dan pembeli  Rumah tangga perikanan dan masyarakat sekitar  Lingkungan sosisal, ekonomi, dan budaya  Sistem pengelolaan perikanan  Kebijakan dan perencanaan perikanan  Pengelolaan perikanan  Pengembangan perikanan  Penelitian perikanan Analisis sistem digunakan untuk memahami perilaku sistem, mengidentifikasi faktor-faktor penting keberhasilan sistem, permasalahan yang dihadapi dan alternatif solusi yang dapat diajukan untuk mengatasi permasalahan. Tahap-tahap yang perlu dilakukan yaitu Nurani, 2010 : 1 Analisis kebutuhan, merupakan permulaan pengkajian sistem. Analisis kebutuhan ditentukan berdasarkan kebutuhan pelaku sistem. Untuk keperluan analisis, terlebih dahulu dilakukan identifikasi pelaku secara selektif melalui pengamatan lapangan secara langsung, selanjutnya dilakukan identifikasi kebutuhan pelaku melalui wawancara semi terstruktur. 2 Formulasi masalah, merupakan permasalahan-permasalahan spesifik yang dihadapi sistem yang menyebabkan sistem tidak dapat bekerja secara optimal. Formulasi masalah dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara semi terstruktur terhadap pelaku sistem. 3 Identifikasi sistem, merupakan gambaran sistem yang memperlihatkan rantai hubungan antara kebutuhan-kebutuhan dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Identifikasi sistem digambarkan dalam bentuk diagram struktur sistem, diagram sebab-akibat causal loop dan diagram input-output. Analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan.

2.3 Tatalaksana Perikanan yang Bertanggung Jawab Code of Conduct for

Responsible Fisheries – CCRF Munculnya tanda-tanda eksploitasi berlebih yang nyata pada beberapa spesies ikan penting, kerusakan ekosistem, kerugian ekonomis, dan isu-isu perikanan lainnya, yang semuanya itu mengancam eksistensi dunia perikanan dalam jangka panjang, yang pada gilirannya akan mengganggu kontribusi perikanan terhadap pasokan pangan dunia, menjadi perhatian yang serius pada berbagai forum internasional. Komite Perikanan FAO dalam pertemuan yang dilaksanakan pada bulan Maret 1991, mendiskusikan masalah-masalah tersebut dan merekomendasikan kepada FAO untuk mengembangkan konsep perikanan yang bertanggung jawab dan membuat sebuah tatalaksana Code of Conduct untuk masalah ini, selain itu ada beberapa masalah yang melatar belakangi penyusunan tatalaksana ini, diantaranya adalah : 1 Keprihatinan para pakar perikanan dunia terhadap usaha penangkapan ikan yang semakin tidak terkendali, sehingga akan mengancam sumberdaya ikan. 2 Masalah-masalah lingkungan. 3 Illegal, Unreported and Unregulated IUU fishing. 4 Ikan sebagai sumber pangan bagi penduduk dunia. 5 Pengelolaan sumberdaya ikan tidak berbasis masyarakat. 6 Pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya yang tidak mencakup konservasi. Tujuan penyusunan tatalaksana ini diantaranya adalah : 1 Menetapkan azas yang sesuai dengan hukum adat, nasional, dan international bagi penangkapan ikan dan kegiatan perikanan yang bertanggung jawab. 2 Menetapkan azas dan kriteria kebijakan. 3 Bersifat sebagai rujukan himbauan. 4 Menjadikan tuntunan dalam setiap menghadapi permasalahan. 5 Memberi kemudahan dalam kerjasama teknis dan pembiayaan. 6 Meningkatkan kontribusi pangan. 7 Meningkatkan upaya perlindungan sumberdaya ikan. 8 Menggalakan bisnis perikanan sesuai dengan hukum. 9 Memajukan penelitian di bidang perikanan. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa topik yang kemudian diatur dalam tatalaksana ini, yaitu : 1 Pengelolaan perikanan; 2 Operasi penangkapan ikan; 3 Pengembangan akuakultur; 4 Integrasi perikanan ke dalam pengelolaan kawasan pesisir; 5 Penanganan, pasca panen, dan perdagangan; 6 Penelitian perikanan. CCRF merupakan tatalaksana pengelolaan perikanan yang dapat diacu oleh negara pantai dan kepulauan untuk mengelola sumberdaya perikanannya. Prinsip- prinsip umum CCRF antara lain: 1 Negara dan pemanfaat sumberdaya perairan harus mengkonservasi ekosistem perairan. 2 Pengelolaan perikanan harus mempromosikan pemeliharaan kualitas, keanekaragaman, dan ketersediaan sumberdaya perikanan untuk saat ini dan generasi berikutnya dalam hal ketahanan pangan, menurunkan angka kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan. 3 Negara harus mencegah tangkapan berlebih dan kelebihan kapasitas tangkap serta harus menerapkan pengelolaan dengan pengaturan upaya penangkapan ikan harus setaraf dengan daya dukung sumberdaya perikanan dan kelestariannya. 4 Keputusan manajemen dan konservasi harus didasarkan pada bukti ilmiah terbaik yang ada dan pengetahuan tradisional tentang sumberdaya dan habitatnya seperti halnya pertimbangan sosial, ekonomi, dan lingkungan. 5 Negara dan organisasi manajemen regional harus sangat berhati-hati dalam usaha mengkonservasi, mengelola, dan memanfaatkan sumberdaya perairan dalam rangka melindungi dan memelihara sumberdaya tersebut dengan memperhatikan bukti ilmiah terbaik yang ada. 6 Alat tangkap dan operasi penangkapan ikan yang aman dan selektif terhadap lingkungan perlu dikembangkan dan diterapkan dalam rangka memelihara keanekaragaman hayati, mengkonservasi struktur populasi dan ekosistem serta menjaga kualitas ikan. 7 Pemanenan, penanganan, pengolahan, dan distribusi ikan dan produk-produk perikanan harus dilaksanakan dengan menjaga nilai gizi, mutu, dan keselamatan produk, mengurangi sampah hasil pengolahan dan meminimalisasi dampak terhadap lingkungan. 8 Semua habitat ikan yang kritis baik ekosistem air laut ataupun air tawar seperti lahan basah, mangrove, terumbu karang, laguna, daerah asuhan, dan pemijahan ikan harus diproteksi dan direhabilitasi. 9 Setiap negara harus memastikan bahwa kepentingan perikanan di masing- masing negara sudah mencakup konservasi, diperhitungkan sebagai multiple use daerah pesisir dan terintegrasi dalam pengelolaan pesisir secara terpadu. 10 Dengan memperhatikan kompetensi masing-masing negara terhadap hukum internasional dan aturan organisasi regional, masing-masing negara perlu memastikan tingkat kepatuhan dan penegakan hukum dalam kegiatan konservasi dan indikator pengelolaan serta menetapkan mekanisme yang efektif yang sesuai untuk memonitor dan mengontrol kapal panangkap ikan dan kapal pendukungnya. 11 Negara pemberi ijin penangkapan ikan harus melakukan kontrol yang efektif terhadap kapal yang diijinkan untuk memastikan kapal tersebut melaksanakan tata cara perikanan yang bertanggung jawab CCRF. 12 Setiap negara, sesuai dengan hukum internasional dan kesepakatan organisasi regional dan internasional, harus memastikan kegiatan perikanan merupakan perikanan yang bertanggung jawab dan adanya kegiatan konservasi serta perlindungan sumberdaya perairan baik di dalam ataupun di luar yurisdiksi nasional masing-masing negara. 13 Setiap negara dalam menerbitkan kebijakan perikanan, harus menjamin proses-proses pembuatan kebijakan tersebut transparan dan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Masing-masing negara harus memfasilitasi seluruh komponen terkait dalam bidang perikanan dalam pengembangan kebijakan tersebut. 14 Perdagangan ikan dan produk perikanan di tingkat internasional harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh WTO dan lembaga internasional lainnya. 15 Setiap negara wajib bekerja sama untuk mencegah perselisihan di bidang perikanan. Setiap perselisihan antar negara diselesaikan secara tepat, damai, dan bersama-sama sesuai dengan perjanjian internasional atau perjanjian yang disepakati. 16 Setiap negara wajib mengkampanyekan kegiatan perikanan bertanggung jawab melalui pendidikan dan pelatihan. Negara wajib menjamin keterlibatan nelayan dalam merumuskan kebijakan dan implementasi perikanan yang bertanggung jawab. 17 Setiap negara harus memastikan semua sarana dan prasarana perikanan memperhatikan keamanan, kesehatan, dan keadilan yang sesuai standar internasional. 18 Setiap negara wajib memperhatikan nelayan skala kecil, artisanal, dan subsisten dengan pertimbangan sumbangan sektor tersebut terhadap tenaga kerja, pendapatan, dan ketahanan pangan. 19 Setiap negara harus memperhatikan kegiatan budidaya perikanan untuk menciptakan keragaman sumber penghasilan dan bahan makanan. Implementasi tatalaksana ini terutama pada bidang : 1 Fisheries management pengelolaan perikanan  Memperhatikan prinsip kehati-hatian precautionary approach dalam merencanakan pemanfaatan sumberdaya ikan.  Menetapkan kerangka hukum-kebijakan.  Menghindari ghost fishing atau tertangkapnya ikan oleh alat tangkap yang terbuangterlantar.  Mengembangkan kerjasama pengelolaan, tukar menukar informasi antar instansi dan negara.  Memperhatikan kelestarian lingkungan.