Formulasi permasalahan pada sistem perikanan panah

tinggi. Terutama disebabkan oleh penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti cantrang dan penggunaan alat tangkap panah dengan alat bantu kompresor sehingga produktifitasnya sangat tinggi. Kondisi ini menyebabkan nelayan panah kurang mendapat sambutan yang baik dari nelayan alat tangkap lain, karena dianggap bertanggung jawab terhadap menurunnya stok sumberdaya ikan.  Tidak menimbulkan konflik sosial Nelayan perikanan panah, memanah semua jenis ikan yang dijumpai dan mempunyai nilai ekonomis. Hal tersebut, menimbulkan keluhan dari nelayan alat tangkap lainnya, terutama dari nelayan pancing. Menyikapi hal tersebut dan untuk mencegah timbulnya konflik, kedua kelompok nelayan tersebut membuat kesepakatan diantara mereka untuk lebih arif dalam melakukan operasi penangkapan ikan.  Tidak berisiko tinggi atau tidak membahayakan keselamatan jiwa nelayan Mayoritas nelayan panah Karimunjawa menggunakan alat bantu kompresor. Operasi penangkapan ikan dilakukan dengan cara menyelam dengan kompresor. Menyelam merupakan kegiatan yang berisiko tinggi, oleh karena itu nelayan harus mengikuti standar baku penyelaman untuk menekan risiko yang mungkin timbul. 5 Aspek lingkungan  Unit penangkapan ikan tidak merusak lingkungan atau ekosistem; tidak menangkap di habitat kritis seperti hutan bakau dan terumbu karang. Dewasa ini masalah lingkungan menjadi isu yang cukup sensitif. Target penangkapan perikanan panah terutama adalah ikan-ikan karang, sehingga daerah penangkapan ikan nelayan panah ada di daerah ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu perlu diperhatikan metode operasi penangkapan ikan agar tidak merusak ekosistem terumbu karang. Masalah ini juga menjadi perhatian bagi pengelola Taman Nasional Karimunjawa. Sebagian besar nelayan panah Karimunjawa menyelam tanpa menggunakan fin, selain berenang, nelayan juga kadang-kadang berjalan di dasar perairan. Ketika berada di ekosistem terumbu karang, kaki nelayan berisiko terluka apabila tidak menggunakan coral boot, selain itu juga dapat merusak terumbu karang. 6 Aspek pasca panen  Proses penanganan, pengolahan, dan distribusi hasil tangkapan mempertahankan nilai gizi, mutu, dan keamanan ikan dan produk perikanan. Sore hari nelayan mulai bergerak menuju daerah penangkapan ikan. Operasi penangkapan ikan dilakukan pada malam hari, kemudian dini hari menjelang pagi nelayan kembali dari melaut. Ikan hasil tangkapan alat tangkap panah terdapat luka pada tubuhnya akibat tertembus panah. Ikan hasil tangkapan disimpan di dalam palka dan ditambahkan es, sesampainya di darat, hasil tangkapan lansung dijual, sehingga ikan hasil tangkapan masih segar ketika sampai ke tangan konsumen. 7 Aspek hukum  Unit penangkapan ikan legal atau tidak dilarang untuk dioperasikan Sampai saat ini belum ada peraturan, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang melarang beroperasinya unit perikanan panah.  Tidak menangkap biota yang dilindungi Target penangkapan perikanan panah adalah ikan karang. Berdasarkan data yang diperoleh, tidak ada jenis ikan yang dilindungi ditangkap oleh nelayan panah. Perikanan panah di Karimunjawa dilihat dari sudut pandang CCRF, belum sepenuhnya mendukung konsep CCRF. Aspek biologi, aspek teknologi, dan aspek sosial perlu dibenahi sehingga perikanan panah dapat benar-benar dapat dikategorikan sebagai alat penangkapan ikan yang mendukung konsep CCRF, sedangkan aspek yang dapat dikatakan mendukung konsep CCRF adalah aspek ekonomi, aspek lingkungan, aspek pasca panen, dan aspek hukum. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aspek-aspek tersebut, diantaranya adalah :  Aspek biologi; pengaturan pola penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya kondisi lebih tangkap atau penangkapan ikan yang melebihi kapasitas.  Aspek teknologi; selektifitas panah sangat tergantung kepada nelayan, sehingga pengetahuan dan pemahaman nelayan tentang konsep perikanan yang berkelanjutan perlu ditingkatkan.  Aspek sosial; metode penangkapan ikan unit perikanan panah merupakan kegiatan yang berisiko tinggi, oleh karena itu nelayan harus sangat berhati-hati dan tetap mengikuti standar baku penyelaman agar risiko bahaya yang mungkin muncul, dapat dihindari.

4.4 Analisis Pengembangan Perikanan Panah

Perikanan panah merupakan alat tangkap paling produktif yang digunakan nelayan di Karimujawa. Hasil tangkapan ikan perikanan panah pada periode November 2009 sampai Desember 2010 yaitu seberat 38.769,4 kg. Lebih banyak bila dibandingkan dengan alat tangkap lainnya yang dioperasikan di Karimunjawa, seperti jaring insang, pancing handline, muroami dan bubu, dengan jumlah hasil tangkapan masing-masing seberat 955,7 kg, 33.753 kg, 27.893,8 kg dan 1.593,5 kg WCS, 2010. Agar dapat melihat dan memprediksi pengembangan perikanan panah, maka diperlukan suatu analisis untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait di dalamnya baik internal maupun eksternal. Analisis yang dapat mengkaji faktor- faktor tersebut adalah analisis SWOT. Faktor internal yang dimaksud merupakan faktor yang mempengaruhi secara langsung kegiatan perikanan panah, faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor eksternal merupakan faktor dari lingkungan yang turut mempengaruhi berkembangnya perikanan panah di Karimunjawa. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman.