Analisis Keselamatan Kerja Job Safety Analysis – JSA

Tabel 1 Matriks External Factor Evaluation Faktor strategis eksternal Bobot Nilai Nilai Terbobot Peluang: 1. 2. : Ancaman: 1. 2. : Total Sumber: David 2003. Tabel 2 Matriks Internal Factor Evaluation Faktor strategis internal Bobot Nilai Nilai Terbobot Kekuatan: 1. 2. : Kelemahan: 1. 2. : Total Sumber: David 2003. Menurut David 2003, seberapa banyak pun faktor yang dimasukkan dalam matriks IFE dan EFE, akan menghasilkan jumlah nilai terbobot berkisar dari 1,0 yang terendah sampai dengan 4,0 yang tertinggi, dan 2,5 sebagai rata-rata. Total nilai rata-rata terbobot yang jauh di bawah 2,5 merupakan ciri organisasi yang lemah secara internal. Sedangkan jumlah yang jauh di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga wilayah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda. Pertama, sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun. Strategi intensif penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk atau strategi integratif paling sesuai untuk bagian ini. Kedua, sel III, V, atau VII pendekatan terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga dan mempertahankan strategi, penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi umum yang biasa digunakan. Ketiga, resep umum untuk sel VI, VIII, atau IX adalah panen atau mengalihkan. Organisasi yang sukses, mampu mencapai portofolio bisnis diposisikan pada atau sekitar sel I dalam Matriks IE. Panen dan divestasi TOTAL NILAI IFE YANG DIBERI BOBOT TOTAL NILAI Lemah Kuat Rata-rata 3,0-4,0 1,0-1,99 2,0-2,99 Gambar 4 Matriks internal- eksternal David, 2003 Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. 1 Strategi SO strength-opportunity Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran suatu perikanan tangkap, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2 Strategi ST strength-threat Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. 3 Strategi WO weakness-opportunity Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. EFE YANG DIBOBOT 3,0 4,0 1,0 2,0 3,0 2,0 1, Tinggi 3,0- Sedang 2,0-2,99 Rendah 1,0-1,99 Tumbuh dan membangun II I III IV V VI VII VIII IX Pertahankan dan pelihara 4 Strategi WT weakness-threat Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Matriks SWOT disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Matriks Strengths Weaknesses Opportunities Threats Kekuatan strength Kelemahan weakness Peluang opportunities Strategi SO : Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO : Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Ancaman threats Strategi ST : Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WT : Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Internal Eksternal Empat set kemungkinan strategi di atas, dapat dikaitkan dengan setiap faktor internal dan eksternal, sehingga peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh suatu organisasi dapat dikaitkan dengan kelemahan dan kekuatan internalnya. Model perumusan strategi dapat dilihat pada Gambar 5. Analisis Internal Perumusan Pernyataan Misi Mengembangkan Alternatif Strategi Alternatif Strategi Analisis Eksternal Gambar 5 Model perumusan strategi Nurani, 2008.

3.4.5 Analisis keselamatan kerja Job Safety Analysis – JSA

JSA dilakukan setelah setiap tahapan dalam operasi perikanan panah diidentifikasi secara rinci, termasuk peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan tersebut. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya yang mungkin timbul pada setiap tahap operasi penangkapan ikan dan untuk merekomendasikan metode yang paling aman untuk melakukan operasi penangkapan ikan tersebut. Empat langkah awal dalam melakukan JSA adalah:  memilih pekerjaan yang akan dianalisis  menguraikan pekerjaan kedalam suatu urutan langkah-langkah  mengidentifikasi potensi bahaya  menentukan langkah-langkah preventif untuk mengatasi bahaya-bahaya tersebut. Idealnya, semua tahap pekerjaan harus dikenakan JSA. Dalam beberapa kasus ada kendala praktis yang ditimbulkan oleh jumlah waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk melakukan JSA. Pertimbangan lain adalah bahwa setiap JSA akan membutuhkan revisi ketika terjadi perubahan pada peralatan, bahan baku, proses, atau lingkungan. Untuk alasan ini, biasanya diidentifikasi pekerjaan mana yang harus dianalisis terlebih dahulu. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas untuk analisis pekerjaan meliputi:  Frekuensi kecelakaan dan tingkat keparahan : pekerjaan di mana kecelakaan sering terjadi atau jarang terjadi namun menghasilkan cedera parah.  Potensi cedera atau penyakit parah : konsekuensi dari suatu kecelakaan, kondisi berbahaya, atau paparan zat berbahaya yang berpotensi menimbulkan cedera dan atau penyakit parah.  Pekerjaan baru : karena kurangnya pengalaman dalam pekerjaan ini, bahaya mungkin tidak jelas atau tidak diantisipasi.  Modifikasi pekerjaan : bahaya baru mungkin berhubungan dengan perubahan dalam prosedur pekerjaan.  Pekerjaan yang jarang dilakukan : pekerja mungkin berada pada risiko lebih besar ketika melakukan pekerjaan yang tidak rutin. Setelah pekerjaan dipilih untuk analisis, tahap berikutnya adalah mengurai pekerjaan menjadi langkah-langkah. Langkah pekerjaan didefinisikan sebagai segmen dari operasi yang diperlukan untuk memajukan pekerjaan. Kehati-hatian harus diambil agar tidak membuat langkah-langkah terlalu umum. Akan tetapi, jika terlalu rinci, akan ada terlalu banyak langkah. Sebuah aturan menjadi praktis ketika sebagian besar pekerjaan dapat digambarkan kurang dari sepuluh langkah. Jika langkah lanjutan diperlukan, pekerjaan dapat dibagi menjadi dua segmen, masing-masing dengan JSA yang terpisah, atau menggabungkan langkah-langkah yang sesuai. Hal penting untuk diingat adalah untuk menjaga langkah-langkah dalam urutan yang benar. Setiap urutan langkah yang salah dapat menghilangkan potensi bahaya yang serius atau menimbulkan bahaya baru. Setiap langkah dicatat berdasarkan urutan. Buatlah catatan tentang apa yang dilakukan bukan bagaimana hal itu dilakukan. Setiap komponen analisis dimulai dengan kata kerja. Langkah pekerjaan dicatat di kolom sebelah kiri, potensi bahaya dituliskan pada kolom tengah tabel, diberi nomor untuk mencocokkan dengan langkah pekerjaan, seperti disajikan pada Tabel 4 : Tabel 4 Lembar kerja analisis keselamatan kerja No Urutan Langkah Kerja Potensi Bahaya Kecelakaan Tindakan Pencegahan 1 2 3 ... Sumber : http:www.ccohs.caoshanswershsprogramsjob-haz.htmltphp