Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.
JSA merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial di tempat kerja yang dapat diidentifikasi, dianalisa, dan direkam. Hal-hal yang dilakukan dalam
penerapan JSA :
Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap langkah dari pekerjaan yang berpotensi dapat menyebabkan bahaya serius.
Menentukan bagaimana metode mengontrol bahaya.
Membuat bahan tertulis yang dapat digunakan untuk melatih staf lainnya.
Bertemu dengan pelatih dari lembaga terkait untuk mengembangkan
prosedur dan aturan kerja yang spesifik untuk setiap pekerjaan. Keuntungan dari melaksanakan JSA adalah :
Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan prosedur kerja
efisien.
Membuat kontak keselamatan pekerja.
Mempersiapkan pengamatan keselamatan yang terencana.
Mempercayakan pekerjaan ke pekerja baru.
Memberikan instruksi pre-job untuk pekerjaan yang berisiko tinggi.
Meninjau prosedur kerja setelah kecelakaan terjadi.
Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan metode kerja.
Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja.
Penyelia dapat mempelajari pekerjaan yang mereka pimpin.
Partisipasi pekerja dalam hal keselamatan di tempat kerja.
Mengurangi absen pekerja.
Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah.
Meningkatkan produktivitas.
Adanya sikap positif terhadap keselamatan www.batikyogya.files. wordpress.com200707job-safety-analysis.doc.
Oleh karena itu JSA merupakan sebuah prosedur yang membantu penerapan prinsip dan praktek keselamatan dan kesehatan pada suatu pekerjaan tertentu.
Pada prakteknya, setiap tahap pekerjaan diidentifikasi untuk mengetahui potensi bahaya yang mungkin timbul dan untuk merekomendasikan cara paling aman
untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Manfaat pengembangan JSA akan terlihat dalam tahap persiapan. Proses analisis dapat mengidentifikasi bahaya yang sebelumnya tidak terdeteksi dan
meningkatkan pengetahuan tentang pekerjaan untuk personil yang terlibat dalam pekerjaan tersebut. Meningkatnya kesadaran akan keselamatan dan kesehatan
kerja, komunikasi yang baik antara pekerja dan pengawas, dan prosedur kerja yang aman dapat diterima dengan baik. Secara khusus, JSA akan membantu
dalam menyelesaikan investigasi kecelakaan kerja secara komprehensif www.ccohs.caoshanswershsprogramsjob-haz.html.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 – November 2011 yang bertempat di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Peta kepulauan Karimunjawa disajikan pada Gambar 3. Proses pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Keselamatan Kerja dan Observasi Bawah
Air, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan sistem di lapangan. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis berdasarkan
aspek-aspek yang terkait.
3.3 Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : 1 jumlah unit perikanan panah; 2 ikan hasil tangkapan; 3 komposisi ikan hasil tangkapan; 4
biaya operasi penangkapan ikan; 5 harga jual ikan hasil tangkapan; 6 nelayan perikanan panah; dan 7 informasi mengenai metode operasi penangkapan ikan.
Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara kepada 14 orang nelayan panah yang mewakili 14 unit kapal panah yang ada di Karimunjawa dan dari WCS –
Indonesia Program.
3.4 Analisis Data
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
3.4.1 Deskripsi unit perikanan panah
Deskripsi unit penangkapan ikan digunakan untuk menggambarkan secara terperinci keadaan unit perikanan panah di perairan Kepulauan Karimunjawa.
Deskripsi secara rinci meliputi unit penangkapan ikan, ikan hasil tangkapan, metode operasi penangkapan ikan, serta nilai ikan hasil tangkapan.
Sumber : WCS
Gambar 3 Peta kepulauan Karimunjawa
3.4.2 Analisis sistem perikanan panah
Perikanan panah di Karimunjawa merupakan sistem yang cukup kompleks sehingga metode pendekatan masalah yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode pendekatan sistem. Metode ini digunakan untuk menganalisis kebutuhan, memformulasi masalah, dan mengidentifikasi sistem untuk menghasilkan operasi
sistem yang dianggap efisien. Langkah-langkah dalam pendekatan sistem, yaitu: 1
Analisis kebutuhan Pada analisis kebutuhan, langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi
dan menganalisis kebutuhan dari pihak-pihak pelaku yang terkait dalam sistem.
2 Formulasi masalah
Formulasi masalah yaitu mendefinisikan masalah secara spesifik sehingga dapat menemukan alternatif pemecahan masalah. Formulasi masalah dapat
ditentukan dari informasi yang didapat selama identifikasi sistem. Penelitian yang dilakukan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
merumuskan masalah. 3
Identifikasi sistem Dalam mengidentifikasi suatu sistem, diperlukan informasi mengenai
keterkaitan antar elemen yang saling berhubungan dalam sistem tersebut. Untuk mengidentifikasi sistem diperlukan diagram sebab akibat causal
loop yang dapat memperlihatkan keterkaitan antar elemen. Kemudian dibuat diagram kotak gelap black box yang menginformasikan input-output yang
ada pada suatu sistem dan parameter yang membatasi.
3.4.3 Analisis perikanan panah berdasarkan CCRF
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui status perikanan panah di Kepulauan Karimunjawa apakah termasuk dalam kategori ramah lingkungan atau
tidak berdasarkan Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF. Terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji terhadap suatu unit penangkapan ikan, sehingga
unit penangkapan ikan tersebut dapat dikatakan mendukung CCRF. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah :
1 Aspek biologi
Menjamin konservasi spesies target. Menjamin konservasi spesies yang ada pada ekosistem tersebut atau
terkait atau tergantung pada spesies target; meminimumkan hasil tangkapan non-target, sampingan dan yang dibuang, baik ikan maupun
non-ikan. Mencegah lebih tangkap atau penangkapan ikan yang melebihi kapasitas.
2 Aspek teknologi
Unit penangkapan ikan selektif Aman digunakan
Mudah digunakan Produktif
3 Aspek ekonomi
Menguntungkan 4
Aspek sosial Persepsi nelayan alat tangkap lain terhadap nelayan panah
Tidak menimbulkan konflik sosial Tidak berisiko tinggi atau tidak membahayakan keselamatan jiwa
nelayan 5
Aspek lingkungan Unit penangkapan ikan tidak merusak lingkungan atau ekosistem; tidak
menangkap di habitat kritis seperti hutan bakau dan terumbu karang 6
Aspek pasca panen Proses penanganan, pengolahan dan distribusi hasil tangkapan
mempertahankan nilai gizi, mutu dan keamanan ikan dan produk perikanan
7 Aspek hukum
Unit penangkapan ikan legal atau tidak dilarang untuk dioperasikan Tidak menangkap biota yang dilindungi
Dalam operasinya mematuhi peraturan yang berlaku.