32 menambah masukan input untuk dikembangkan sebagai objek wisata
bahari 2
Kelas S2 : Sesuai Suitable : kawasan ekosistem terumbu karang yang mempunyai pembatas agak berat untuk pemanfaatan sebagai kawasan
wisata bahari secara lestari. Faktor pembatas tersebut akan mengurangi pemanfaatan kawasan tersebut, sehingga diperlukan upaya tindakan-
tindakan tertentu dalam membatasi pemanfaatan dan mengupayakan konservasi dan rehabilitasi
3 Kelas N : Tidak sesuai Not Suitable: kawasan ekosistem terumbu karang
yang mengalami tingkat kerusakan yang tinggi, sehingga tidak memungkinkan untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari.
Untuk itu sangat disarankan untuk dilakukan perbaikan dengan teknologi tinggi dengan tambahan biaya dan perlu waktu yang lama untuk
memulihkannya melalui konservasi dan rehabilitasi kawasan tersebut.
3.4.3. Pemetaan kelas kesesuaian wisata
Pemetaan kelas kesesuaian wisata menggunakan analisis keruangan spatial analysis
. Dengan analisis ini akan dihasilkan peta kesesuain untuk kegiatan wisata selam dan snorkelling. Dalam penelitian ini, penggunaan analisis
keruangan untuk mengidentifikasi pemanfaatan ruang dilakukan dengan pendekatan sistem informasi geografis SIG menggunakan program ArcView
Version 3.3. Proses delineasi kawasan dilakukan berdasarkan pemantauan secara visual
terhadap sebaran tutupan karang di lapangan. Masing- masing stasiun ditentukan batasan area yang diasumsikan dapat mewakili daerah sekitarnya berdasarkan
tutupan karang.
3.4.4. Analisis nilai daya dukung kawasan
Konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan dua hal, yaitu 1 kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dan manusia, dan 2
standar keaslian sumberdaya alam Yulianda 2007. Analisis daya dukung ditujukan para pengembangan wisata bahari dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara
33 lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism,
mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, sehingga perlu adanya penentuan daya dukung kawasan.
Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam, menggunakan konsep daya dukung kawasan DDK. Daya
dukung kawasan DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung dikawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa
menimbulkan gangguan pada alam dan manusia, menggunakan rumus:
? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ?
? ? ?
? ? ? ?
?
Keterangan: DDK = daya dukung kawasan
K = potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp = luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt = unit area untuk kategori tertentu
Wt = waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu
hari Wp
= waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu. Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis
kegiatan yang akan dikembangkan Tabel 9. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir
pengunjung sehingga keaslian tetap terjaga. Setiap melakukan kegiatan ekowisata, setiap pengunjung akan memerlukan ruang gerak yang cukup luas untuk
melakukan aktivitas seperti diving menyelam dan snorkelling untuk menikmati keindahan pesona alam bawah laut, sehingga perlu adanya prediksi waktu yang
dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata Tabel 10. Tabel 9. Potensi ekologis pengunjung K dan luas area kegiatan Lt
Jenis kegiatan Jlh Pengunjung
orang Unit area
Lt Keterangan
Snorklling 1
500 m
2
Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m
Selam 2
2000 m
2
Setiap 2 orang dalam 200 m x 10m
Sumber : Yulianda 2007
34 Tabel 10. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata
Jenis kegiatan Waktu yang dibutuhkan
Wp-jam Total waktu 1 hari Wt-
jam
Snorklling 3
6 Selam
2 8
Sumber : Yulianda 2007
3.4.5. Analisis nilai ekonomi wisata