72 Peta kesesuaian
wisata dibuat dengan pendekatan SIG dengan mempertimbangkan informasi beberapa parameter yang dianalisis dan sebaran
tutupan karang hasil pengamatan di lapangan. Tutupan karang di masing- masing stasiun penelitian relatif menyebar secara merata. Namun di beberapa titik
ditemukan pengisi substrat dasar berupa pasir dan patahan karang mati. Di perairan sekitar Pulau Putih relatif homogen kecuali di antara stasiun P01 dan P04
menghadap Pulau Janggi dan sebelah utara Pulau Putih antara P02 dan P03. Substrat dasar di daerah tersebut didominasi pasir dan patahan karang mati.
Kondisi ini juga terlihat di beberapa bagian pantai timur Pulau Mansalar, yakni di sekitar stasiun M05 dan M04 yang didominasi oleh substrat pasir. Perairan antara
stasiun M04 dengan M03 memiliki tutupan karang yang kurang baik, berdasarkan pemantauan di lapangan bahwa substrat pengisi dasar perairan tersebut di
dominasi oleh patahan karang mati, sedangkan tutupan karang hidupnya hanya berupa tumpukan-tumpukan kecil dan tersebar sepanjang dasar perairan. Kondisi
serupa juga terlihat di antara stasiun M03 dengan M02. Di sebelah selatan Pulau Mansalar yakni sekitar stasiun M01 juga memliki kondisi tutupan karang yang
tidak jauh berbeda dengan yang lain. Hasil pemantauan ini menjadi dasar pertimbangan dalam proses mendelineasi kawasan untuk memvisualisasikan peta
kesesuaian wisata dengan pendekatan SIG dengan asumsi bahwa delineasi kawasan dapat merepresentasikan daerah sekitarnya.
4.4.1. Wisata snorkelling
Hasil analisis terhadap kesesuaian wisata snorkelling di semua titik sampling pengamatan ditunjukan pada Tabel 26. Dari tabel tersebut dapat dilihat
bahwa 11 stasiun pengamatan termasuk dalam kelas ’’sesuai’’ untuk wisata snorkelling
dengan kisaran IKW 59.65-70.18. Indeks kesesuaian wisata tertinggi terdapat pada stasiun J02 IKW 70.18 dan terendah pada stasiun P04
dan M05 IKW 59.65. Luas area pemanfaatan untuk wisata snorkelling berdasarkan analisis SIG
seluas 39.191 ha. Luasan ini meliputi area yang sesuai di seluruh daerah pengamatan seperti ditunjukan pada peta kesesuaian wisata snorkelling Gambar
12.
73 Tabel 26. Nilai indeks kesesuaian wisata snorkelling
Lokasi Stasiun
Jumlah N Jumlah N Max IKW Kelas
Pulau Putih P01
40 57
68.42 S2
P02 39
57 68.42
S2 P03
36 57
63.16 S2
P04 34
57 59.65
S2 Pulau Mansalar M01
36 57
63.16 S2
bagian timur M02
35 57
61.40 S2
M03 36
57 63.16
S2 M04
36 57
63.16 S2
M05 34
57 59.65
S2 Pulau Janggi
J01 35
57 61.40
S2 J02
40 57
70.18 S2
Sumber : Data primer 2009 Berdasarkan nilai IKW, stasiun P01, P03 dan J02 masuk dalam kelas S2
sesuai, namun karena ke tiga stasiun tersebut memiliki kedalaman di atas 6 meter maka area tersebut lebih sesuai untuk pengembangan wisata selam Gambar
13. Dari Gambar 12 dapat dilihat area yang sesuai untuk wisata snorkelling yaitu di stasiun P02 dan P04 sebelah barat dan timur Pulau Putih, antara stasiun J01 dan
J02 bagian utara serta beberapa daerah pengamatan sekitar Pulau Mansalar.
4.4.2. Wisata selam
Berdasarkan analisis kesesuaian wisata selam pada semua titik sampling pengamatan menunjukan seluruh stasiun pengamatan termasuk dalam kategori
’’sesuai” untuk wisata selam dengan nilai IKW berkisar 53.70 -74.07. IKW tertinggi terdapat pada stasiun J02 dan terendah pada stasiun P04 dan J01 Tabel
27. Area wisata selam yang sesuai seperti ditunjukan pada peta kesesuaian
wisata selam Gambar 13 dengan luas area pemanfaatan yaitu 39.116 ha. Meskipun stasiun P02, M02, M03, dan J01 memiliki nilai IKW dalam kelas
sesuai, namun karena stasiun-stasiun tersebut memiliki kedalaman dibawah 6 meter, maka daerah tersebut lebih diarahkan untuk pengembangan wisata
snorkelling . Beberapa stasiun dapat dimanfaatkan untuk kedua jenis wisata seperti
terlihat pada Gambar 13.
74 Tabel 27. Nilai indeks kesesuaian wisata selam
Lokasi Stasiun
Jumlah N Jumlah N Max IKW Kelas
Pulau Putih P01
37 54
74.07 S2
P02 32
54 59.26
S2 P03
35 54
64.81 S2
P04 29
54 53.70
S2 Pulau Mansalar
M01 32
54 59.26
S2 bagian timur
M02 32
54 59.26
S2 M03
29 54
53.70 S2
M04 32
54 59.26
S2 M05
35 54
64.81 S2
Pulau Janggi J01
29 54
53.70 S2
J02 40
54 74.07
S2 Sumber : Data primer 2009
Berdasarkan nilai IKW, stasiun P01 dan J02 memilki lokasi penyelaman yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Selain memiliki tutupan karang
hidup yang baik, Di daerah tersebut juga memiliki komunitas biota lain dalam persentase yang tinggi seperti soft coral, sea anemone, spong serta kelimpahan
ikan dalam jumlah dan jenis yang menambah variasi yang dapat dinikmati pada saat menyelam.
Dalam peta kesesuaian wisata menunjukan bahwa secara umum kawasan Pulau Pulau Putih sesuai untuk pengembangan wisata snorkelling maupun selam.
Namun beberapa stasiun tidak sesuai untuk kategori jenis wisata tertentu. Hal ini disebabkan karena dibatasi oleh faktor kedalaman. Parameter ini penting
dipertimbangkan karena menyangkut kenyamanan dan keselamatan bagi penyelam maupun pelaku snorkelling.
Kedalaman di atas 6 meter, tidak memberikan kenyamanan bagi pelaku snorkelling
karena menyulitkan untuk menjangkau objek terumbu karang. Namun untuk meminimalisir tingkat kerusakan karang, dibutuhkan suatu kedalaman yang
cukup yang dapat memungkinkan pelaku snorkelling mengapung di atas permukaan air agar tidak terjadi kontak fisik secara langsung terhadap terumbu
karang.
45
Gambar 12. Peta kesesuaian wisata snorkeling di kawasan Pulau Putih
46
Gambar 13. Peta kesesuaian wisata selam pada kawasan Pulau Putih
77 Dalam pengembangan wisata bahari, perlu diperhatikan juga tingkat
kerentanan terumbu karang pengisi substrat dasar perairan karena masing- masing lifeform
karang memiliki daya tahan yang berbeda terhadap dampak kerusakan akibat snorkeling maupun selam. Berdasarkan analisis terhadap substrat dasar di
temukan bahwa karang jenis Non-Acropora lebih banyak ditemukan dibanding dengan jenis Acropora Tabel 23. Hal ini menunjukan bahwa kondisi karang
yang menjadi area wisata di kawasa Pulau Putih memiliki tingkat kerentanan yang tinggi.
Ditinjau dari nilai indeks kesesuaian wisata baik selam maupun snorkelling memiliki nilai yang relatif rendah dan hampir merata di masing- masing stasiun
yaitu dibawah 80. Ini artinya bahwa faktor-faktor penentu bagi kesesuaian wisata tersebut masih minim. Ekosistem terumbu karang yang menjadi objek
wisata perlu ditingkatkan kualitasnya karena mutu daya tarik kegiatan wisata bahari sangat tergantung pada sumberdaya alam, diantaranya terumbu karang,
dan apabila terjadi kerusakan akan menurunkan mutu daya tarik pariwisata di kawasan tersebut.
Jenis karang Acropora, Non-Acropora, soft coral dan berbagai lifeform karang lainnya dapat dinikmati pada zona-zona wisata yang telah diidentifikasi.
Jenis karang maupun ikan karang tersebut menyebar merata di seluruh kawasan. Disamping itu, beberapa jenis fauna seperti biawak dan camar laut menambah
variasi wisata di kawasan ini, karena destinasi ekowisata tidak tertuju pada satu tujuan saja melainkan keanekaragaman sumberdaya yang terdapat dikawasan
tersebut termasuk keindahan bentangan alamnya.
4.5. Daya Dukung Kawasan