69
c. Jumlah jenis lifeform karang
Kekayaan jenis karang pada satu daerah ditentukan oleh variasi habitat, sejarah geologi dan letak geografi. Seperti halnya perairan di pantai barat
sumatera, terumbu karang di kawasan Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan terumbu karang dengan tipe karang lautan Hindia yang dicirikan dengan
keanekaragaman yang relatif rendah dibanding dengan perairan Indonesia bagian timur seperti Sulawesi, Maluku, Bali, NTB, NTT, Pulau-pulau Raja Ampat yang
merupakan daerah yang subur bagi pertumbuhan karang dengan tingkat keragamannya yang tinggi, bahkan di sekitar Sulawesi diyakini sebagai pusat
keanekaragaman karang di dunia dan merupakan salah satu lokasi asal usul karang di dunia yang ada saat ini Suharsono 2008.
Jenis lifeform karang dalam wisata bahari dibutuhkan sebagai variasi yang dapat dinikmati di bawah laut. Hal ini penting diketahui untuk mengidentifikasi
karakteristik masing- masing kawasan penyelaman karena setiap jenis lifeform karang memiliki daya tarik yang berbeda. Selain itu lifeform karang memiliki
tingkat kerentanan yang berbeda terhadap kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas snorkelling dan selam. Penelitian terdahulu mengemukakan bahwa
karang bercabang paling sensitif terhadap dampak yang ditimbulkan oleh kerusakan akibat trampling dibanding bentuk pertumbuhan karang massive,
digitata, sub massive ataupun karang lunak Planthong et al. 2000; Scleyer Tomalin 2000; Zakai Chadwick Furman 2002; Hasler Ott 2008.
Jenis lifeform karang di kawasan Pulau Putih relatif merata di seluruh titik pengamatan yakni berkisar antara 8-13 jenis. Karang jenis Non-Acropora
merupakan yang tertinggi, sedangkan jenis Acropora sangat sedikit dijumpai, artinya bahwa karang yang menjadi objek wisata di daerah tersebut memiliki
tingkat kerentanan yang tinggi.
d. Jumlah jenis ikan karang
Tiap kumpulan ikan mempunyai habitat yang berbeda, tetapi banyak spesies yang terdapat pada lebih dari satu habitat. Umumnya tiap spesies mempunyai
kesukaan pada habitat tertentu. Interaksi ikan dengan terumbu karang berlangsung selama habitatnya
memenuhi kebutuhan ikan, baik sebagai tempat berlindung, maupun mencari
70 makan. Terumbu karang yang sehat, ikan akan berlimpah dalam jumlah dan jenis.
Kondisi ini yang kerap kali diminati oleh para penyelam. Tingkat ketertarikan wisatawan semakin tinggi jika dalam ekosistem terumbu karang memiliki
keragaman biota yang tinggi pula. Hal ini sesuai dengan beberapa survey para peneliti sebelumnya terhadap wisatawan yang melakukan snorkeling di Great
Barrier Reff Australia Shafer dan Inglish 2000, mereka mengemukakan bahwa semua komponen yang berhubungan dengan karang dan ikan sangat
meningkatkan kepuasan pengunjung. Selanjutnya dijelaskan bahwa yang paling mempengaruhi kepuasan pengunjung adalah jenis ikan, ukuran karang dan
banyaknya jenis karang. Jumlah jenis ikan pada lokasi penelitian, diidentifikasi sebanyak 38 jenis
dalam 16 suku dan bervariasi setiap stasiun pengamatan. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dari hasil penelitian Coremap II-LIPI yang berhasil mengidentifikasi
jenis ikan di seluruh kawasan lokasi Coremap di Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2008, yaitu sebanyak 245 jenis ikan karang dalam 33 suku.
e. Kedalaman
Dalam penetuan zona pariwisata bahari, kedalaman perairan mempunyai bobot yang lebih kecil dibandingkan parameter lainnya. Hal ini dikarenakan faktor
kedalaman tidak membatasi secara mutlak parameter lainnya. Sebagai gambaran, kedalaman perairan meskipun merupakan faktor yang membatasi pertumbuhan
terumbu karang, tetapi pada perairan yang jernih dan kondisi lingkungannya yang
memungkinkan, terumbu karang dapat hidup sampai kedalaman 50 meter.
Parameter kedalaman perairan dibutuhkan untuk segi keselamatan para wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata. Dalam analisis ini, tingkat
kedalaman keberadaan komunitas karang yang ideal adalah tergantung pada peruntukan zona untuk wisata tertentu. Wisata selam akan lebih baik menyelam
pada kedalaman 6-15 meter. Sedangkan untuk wisata snorkeling tidak efektif melakukan kegiatan snorkeling pada kedalaman lebih dari 6 meter, melainkan
pada daerah yang lebih dangkal. Di kawasan Pulau Putih umumnya memiliki tingkat kedalaman yang berbeda antar stasiun pengamatan karena kontur dasar
perairan tidak merata.
71
f. Lebar hamparan datar karang