Identifikasi faktor-faktor strategi eksternal

97

4.7.3. Identifikasi faktor-faktor strategi eksternal

Peluang 1. Adanya kebijakan daerah dalam menetapkan Pulau Mansalar sebagai kawasan ekowisata Kebijakan daerah untuk menetapkan Pulau Mansalar sebagai kawasan wisata alam, merupakan langkah positif dan memberikan peluang bagi lokasi wisata kawasan Pulau Putih untuk berkembang. Berdasarkan inventarisasi potensi, kawasan Pulau Putih direncanakan sebagai salah satu kawasan wisata bahari. Dalam perencanaan tersebut, bagian darat dari Pulau Mansalar akan menjadi wisata perburuan dan resort. Manifestasi dari kebijakan ini telah disusun dalam master pla n Pulau Mursala sebagai langkah awal bagi pengembangan Pulau Mansalar sebagai objek wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah. 2. Adanya potensi kunjungan wisatawan Kebijakan daerah dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Tapanuli Tengah memberikan peluang untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. hal ini didukung dengan tersedianya transportasi laut, udara dan darat yang memudahkan wisatawan untuk menjangkau daerah tersebut. Potensi pengunjung atau wisatawan baik lokal maupun mancanegara cukup besar, hasil wawancara terhadap pengelola diperoleh informasi bahwa kawasan wisata di Pulau Putih tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan domestik saja melainkan wisatawan dari manca negara. 3. Adanya perhatian pemerintah dan LSM terhadap kelestarian terumbu karang Perhatian pemerintah dan LSM terhadap kelestarian terumbu karang diwujudkan dengan adanya kawasan konservasi terhadap sumberdaya terumbu karang di daerah tersebut. Kelembagaan pengelolaan kawasan konservasi ini pun telah ada dan melibatkan berbagai stakeholders termasuk kelompok masyarakat. Ancaman 1. Degradasi terumbu karang oleh kegiatan penangkapan ikan Kerusakan terumbu karang di wilayah perairan Kabupaten Tapanuli Tengah umumnya disebabkan oleh aktivitas perikanan yang tidak bertanggung jawab. 98 Tingginya permintaan pasar terhadap produk-produk perikanan memacu nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapannya dengan cara-cara yang mudah tanpa mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan. Kapal perikanan yang beroperasi diperairan tersebut tidak hanya masyarakat Tapanuli Tengah, tetapi nelayan dari daerah lain datang beroperasi ke daerah tersebut yang mungkin belum memahami arti konservasi. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi daerah setempat untuk mengupayakan penyebarluasan informasi serta peningkatan koordinasi antar lintas daerah. 2. Adanya konflik kepentingan antara pemerintah dengan pihak pengelola Peluang terjadinya konflik antara pemerintah dan pengelola kemungkinan ada, terutama dari aspek ekonomi maupun ekologi. Dari aspek ekologi, terjadi konflik pemanfaatan ruang. Kawasan Pulau Putih berada pada dua tujuan pemanfaatan yakni sebagai kawasan konservasi yang merupakan zona inti dan sebagai kawasan wisata bahari. Melihat kondisi ini, diperlukan suatu tata kelola yang jelas untuk menghindari tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya agar tidak muncul satu kegiatan yang diuntungkan sementara mematikan kegiatan yang lain. Dari aspek ekonomi, daerah belum mendapat kontribusi bagi pendapatan daerah selama kawasan Pulau Putih dikelola sebagai tempat tujuan wisata oleh pengelola, sementara tujuan ekowisata salah satunya adalah mampu meningkatkan PAD yang kemudian dana itu sebagian dialokasikan untuk kepentingan konservasi. Sejauh pengamatan di lapangan, memang pemerintah belum mempermasalahkan hal ini namun dimasa mendatang bisa diprediksi kalau peluang itu bisa saja terjadi seiring perkembangan kawasan tersebut di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka di perlukan suatu kebijakan strategis yang mampu mengakomodasi kepentingan pengembangan kepariwisataan di kawasan Pulau Putih, karena potensi pasar sangat besar dan berpeluang untuk dikembangkan. Selain dukungan sosial masyarakat, secara ekologis, daerah tersebut memiliki potensi yang besar, hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai daya dukung kawasan. 99 Melihat kenyataan bahwa nilai ekonomi yang dihasilkan sangat rendah maka perlu ada upaya peningkatan jumlah kunjungan ke daerah tersebut. Namun hal ini hanyalah merupakan tujuan akhir. Untuk mencapai tujuan itu membutuhkan implementasi program yang nyata, hingga benar-benar tercipta suatu kondisi yang menyebabkan kawasan tersebut dianggap ’’layak” untuk dipromosikan secara gencar dan luas. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini seperti kondisi aktual sumberdaya, status pengelolaan wilayah, hubungan pemerintah dengan pengelola, kebijakan politik dan hukum, sosial masyarakat, dan sebagainya. Sehingga rencana strategis yang diharapkan lebih diprioritaskan pada kebijakan yang mengatur pengelolaan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang yang dapat memberikan efek spill over kepada masyarakat terutama nelayan yang mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap ekosistem terumbu karang. Berdasarkan hasil penelitian ini, indeks kesesuaian wisata sangat rendah dan hal ini merupakan representasi dari kondisi sumberdaya yang ada, maka langkah- langkah konservasi perlu ditingkatkan, karena kualitas sumberdaya terumbu karang merupakan modal utama wisata bahari. Promosi secara luas dan gencar dilakukan apabila kondisi sumberdaya sudah cukup menjanjikan kepuasan yang tinggi untuk berwisata. Namun untuk kondisi saat ini, promosi tetap dilakukan untuk menghidupkan kepariwisataan di kawasan Pulau Putih seiring dengan upaya penataan secara intern kawasan wisata tersebut. Informasi kondisi sumberdaya yang ada dapat menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan segmen pasar agar pengembangannya bisa berjalan dengan efektif. Selain itu, mengingat status kawasan Pulau Putih sebagai zona inti dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD, maka perlu adanya ketegasan pemanfaatan kawasan oleh pemerintah daerah. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan pengertian yang kontradiktif antara zona inti yang bersifat ’’tertutup” dengan rekomendasi kegiatan ekowisata yang diperkenankan pada zona tersebut. Hal ini berhubungan dengan konsekuensi pengelolaan kawasan Pulau Putih sebagai kawasan ekowisata bahari. Keterkaitan masing- masing faktor tersebut di atas ditunjukan dalam matriks formula arahan strategi pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Putih Tabel 30. 100 Tabel 30. Matriks formula arahan strategi pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Putih Kekuatan Strength Kelemahan Weakness 1. Memiliki potensi terumbu karang dan bentangan alam yang menarik. 2. Sebagai Kawasan konservasi 3. Memilki nilai daya dukung kawasan yang tinggi 4. Dukungan pemerintah 5. Dukungan masyarakat 1. Aksesibilitas kawasan yang sulit 2. Pemanfaatan potensi wisata belum optimal 3. Belum ada tata ruang pesisir dan laut 4. Kurangnya promosi potensi wisata serta saranaprasarana fisik belum memadai 5. Sulitnya Pengawasan dan penegakan hukum masih lemah 6. Tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat masih rendah 7. Nilai eknomi wisata rendah Peluang Opportunity 1. Adanya kebijakan pemerintah daerah dalam menetapkan kepulauan Mansalar sebagai kawasan ekowisata 2. Adanya potensi pengunjung wisatawan 3. Perhatian pemerintah dan LSM terhadap kelestarian terumbu karang SO1 Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan LSM beserta stakeholder lainnya dalam upaya pelestarian sumberdaya terumbu karang S2,S4,S5,O3 SO2 Mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan ekowisata sebagai upaya konservasi terumbu karang S1,S2,S3,O1,O2 SO3 Kebijakan pengelolaan objek wisata secara terpadu S1,S3,S4,S5,O1,O2 WO1 Mengembangkan program promosi potensi wisata W2,W4,W7,O2 WO2 Membuat tata ruang wilayah pesisir dan laut W2,W3,O1 WO3 Meningkatkan pembangunan saranaprasarana fisik yang menunjang kegiatan pariwisata untuk kenyamanan berwisata W1,W4,W7,O2 Ancaman Threats 1. Degradasi ekosistem terumbu karang oleh kegiatan penangkapan ikan 2. Adanya konflik kepentingan antara pemerintah dengan pengelola ST1 Meningkatkan upaya pemulihan ekosistem terumbu karang melalui pemberdayaan masyarakat S1,S2,S3,S4,S5,T1 ST2 Meningkatkan kerjasama antar pemerintah dengan pihak swasta dalam mengelola objek wisata kawasan Pulau Putih S1,S3,S4,T2 ST3 Penetapan pemanfaatan kawasan secara tegas oleh pemerintah daerah terhadap pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang kawasan Pulau Putih S1,S2,S3,S4,T1,T2 WT1 Meningkatkan penegakan hukum serta keterlibatan masyarakat dalam pengawasan sumberdaya terumbu karang W5,T1 WT2 Memberikan bimbingan teknis dan kebijakan permodalan bagi penduduk lokal dalam meningkatkan peluang berusaha guna mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya terumbu karang W6,T1 Sumber : Data primer 2009 IFE EFE 101

4.7.4. Perengkingan strategi