Sistem Informasi Geografis SIG Daya Dukung dan Kesesuaian Wisata

14 Tantangan dalam pengembangan wisata bahari adalah memanfaatkan terumbu karang yang ada secara berkelanjutan tanpa menimbulkan dampak– dampak yang merugikan. Hal ini penting karena kegiatan wisata bahari pada hakekatnya memadukan dua sistem, yaitu kegiatan manusia dan ekosistem laut dari terumbu karang. Adanya kegiatan wisata bahari sangat tergantung pada sumberdaya alam, diantaranya terumbu karang, dan apabila terjadi kerusakan akan menurunkan mutu daya tarik pariwisata di Indonesia Yulianda 2003. Selanjutnya, penataan kawasan ekowisata bahari yang memperhatikan prinsip konservasi ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan alam. Sistem zonasi merupakan suatu upaya untuk melindungi sumberdaya alam dan mempermudah pelaksanaan pengelolaan. Zonasi ekowisata bahari dapat ditentukan sebagai zona inti, zona khusus, zona penyangga dan zona pemanfaatan. Penentuan zonasi dilakukan dengan mempertimbangkan faktor ekologi, sosial dan ekonomi. Faktor ekologi yang dipertimbangkan adalah keberadaan satwa yang dilindungi dan kerentanan habitatekosistem serta tingkat ancaman kerusakan. Faktor sosial mempertimbangkan kegiatan masyarakat dan pengunjung serta gangguan yang ditimbulkannya. Faktor ekonomi yang dipertimbangkan berupa nilai manfaat yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan Yulianda 2003. Terumbu karang dapat menjadi sumber devisa yang diperoleh dari penyelam dan kegiatan wisata bahari lainnya. Bahkan dewasa ini berbagai jenis biota yang hidup pada ekosistem terumbu karang ternyata banyak mengandung senyawa bioaktif sebagai bahan obat-obatan, makanan dan kosmetika. Selain itu terumbu karang juga menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi perhatian bagi para ahli, mahasiswa, perusahaan farmasi sebagai obyek penelitian Dahuri 2003.

2.4. Sistem Informasi Geografis SIG

Sistem Informasi Geografis adalah suatu teknologi baru yang pada saat ini menjadi alat bantu tools yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan data spasial Prahasta 2005. SIG bukanlah suatu sistem yang semata- mata berfungsi untuk membuat peta tetapi merupakan alat analitik analytical tool yang mampu memecahkan masalah spasial secara otomatis, cepat dan teliti. Hampir semua bidang ilmu yang bekerja 15 dengan informasi keruangan memerlukan SIG, diantaranya bidang kehutanan, perikanan, pertanian, pariwisata, lingkungan, perkotaan dan transportasi Jaya 2002. Sehubungan dengan pemanfaatan SIG dalam bidang pariwisata, Aronnof 1993 in Sigabariang 2008 menyatakan bahwa pemetaan zona kegiatan wisata pesisir dengan SIG ini tentu akan sangat membantu pemerintah daerah dalam menyusun rencana pengembangan wisata pesisir di wilayahnya. Penerapan teknologi SIG biasa menjadi salah satu alternatif untuk pengembangan potensi daerah yang terkait dengan wilayah pesisir, yakni ekowisata pesisir.

2.5. Daya Dukung dan Kesesuaian Wisata

Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan DDK yaitu jumlah maksimal pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia Yulianda 2007. Analsisis daya dukung ekologi ditujukan untuk menganalsis jumlah maksimum wisatawan yang diperbolehkan melakukan kegiatan wisata bahari disuatu kawasan, dalam hal ini kawasan ekosistem terumbu karang, tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem tersebut. Gangguan keseimbangan ini diakibatkan oleh kerusakan biophisik ekosistem secara langsung dan tidak langsung, misalnya melalui pencemaran. Berdasarkan sumber gangguan ekosistem tersebut, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kawasan objek wisata ekosistem yang rentan terhadap kerusakan langsung dan pendekatan maksimum beban limbah Orams 1999. McNeely et al. 1992 menyatakan bahwa daya dukung wisata merupakan tingkat pengunjung yang memanfaatkan suatu kawasan wisata dengan perolehan tingkat kepuasan yang optimal dengan dampak terhadap sumberdaya yang minimal. Konsep ini meliputi dua faktor yang utama yang membatasi perilaku pengunjung berkaitan dengan daya dukung, yaitu : 1 kondisi lingkungan dan 2 kondisi sosial budaya masyarakat. Daya dukung wisata menunjukan tingkat maksimum pengunjung yang menggunakan dan berhubungan dengan infrastruktur yang dapat ditampung suatu 16 wilayah. Jika daya dukung melampaui, akan mengakibatkan kemerosotan sumberdaya di wilayah, mengurangi kepuasan pengunjung dan atau berdampak merugikan pada aspek sosial, ekonomi. Pengertian daya dukung wisata saat ini meliputi empat komponen dasar yaitu biofisik, sosial budaya, psikologi dan manajerial Angamanna 2005. Hawkins dan Roberts 1997 merekomendasikan sebanyak 5000 – 6000 penyelam per lokasi setiap tahun dapat digunakan untuk menduga daya dukung kawasan Daerah Perlindungan Laut untuk mendukung wisata selam dan snorkelling , tergantung pada jumlah lokasi penyelaman yang dapat digunakan. Selanjutnya, Dixon et al. 1993 menyarankan batas jumlah maksimum sebanyak 4000 – 6000 penyelam per lokasi per tahun, sebelumnya dimana penyelaman menyebabkan perubahan kerusakan pada struktur komunitas karang di Taman Laut Bonaire Karibia. Diasumsikan 300 hari per tahun penyelaman pada lokasi tertentu, angka rekomendasi dari Dixon et al. 1993 dan Hawkins dan Roberts 1997 menyetarakan 13 – 20 penyelam per lokasi selam per hari. Dengan asumsi waktu yang baik untuk penyelaman dalam sehari 8 jam, maka didapat 2 orang penyelam per lokasi perjam. Kesesuaian ekologi ekowisata bahari adalah suatu kriteria sumberdaya dan lingkungan yang disyaratkandibutuhkan bagi pengembangan ekowisata bahari Yulianda 2007. Dalam pengembagan ekowisata yang berbasis pada ketersedian potensi sumberdaya hayati suatu kawasan sangat ditentukan oleh kesesuaian secara ekologis. Untuk wisata bahari seperti wisata selam dan snorkelling sangat didukung oleh kesesuaian ekosistem terumbu karang yang sehat dan berada dalam kondisi yang bagus, yang akan menjadi objek dan daya tarik yang diincar oleh wisatawan. Kesesuaian kondisi ekosistem terumbu karang untuk kegiatan wisata bahari meliputi kesesuaian wisata selam dan wisata snorkelling. Kriteria yang dipakai untuk wisata selam adalah : kecerahan perairan, tutupan komonitas karang, jenis lifeform karang, keragaman jenis ikan karang, kecepatan arus dan kedalaman terumbu karang Yulianda 2007. Kriteria kesesuaian kawasan ekosistem terumbu karang untuk wisata snorkelling meliputi : kecerahan perairan, tutupan komonitas karang, jenis 17 lifeform, keragaman jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang dan lebar hamparan terumbu karang Yulianda 2007.

2.6. Metode Biaya Perjalanan TCM