101
4.7.4. Perengkingan strategi
Untuk menentukan prioritas strategi penge mbangan yang harus dilaksanakan maka dilakukan penjumlahan bobot yang berasal dari keterkaitan
antar unsur-unsur SWOT yang terdapat dalam suatu alternatif pengelolaan. Secara rinci penentuan ranking prioritas disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31. Ranking prioritas strategi pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Putih.
No. Unsur
Keterkaitan Skor
Ranking
1. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan LSM
beserta stakeholder lainnya dalam upaya pelestarian sumberdaya terumbu karang
S2,S4,S5,O3 1.23
6
2. Mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan
ekowisata sebagai upaya konservasi terumbu karang
S1,S2,S3,O1,O2 1.80
3
3. Kebijakan pengelolaan objek wisata secara terpadu
S1,S3,S4,S5, O1,O2
2.03 2
4. Meningkatkan upaya pemulihan ekosistem terumbu
karang melalui pemberdayaan masyarakat S1,S2,S3,S4,
S5,T1 1.79
4 5.
Meningkatkan kerjasama antar pemerintah dengan pihak swasta dalam mengelola objek wisata kawasan
Pulau Putih S1,S3,S4,T2
1.39 5
6. Penetapan pemanfaatan kawasan secara tegas oleh
pemerintah daerah terhadap pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang kawasan
Pulau Putih S1,S2,S3,S4,
T1,T2 2.15
1
7. Mengembangkan program promosi potensi wisata
W2,W4,W7,O2 0.82
8 8.
Membuat tata ruang wilayah pesisir dan laut. W2,W3,O1
1.02 7
9. Meningkatkan pembangunan saranaprasarana fisik
yang menunjang kegiatan pariwisata untuk kenyamanan berwisata
W1,W4,W7,O2 0.79
9
10.
Meningkatkan penegakan hukum serta keterlibatan masyarakat dalam pengawasan sumberdaya terumbu
karang W5,T1
0.68 10
11. Memberikan bimbingan teknis dan kebijakan
permodalan bagi penduduk lokal dalam meningkatkan peluang berusaha guna mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya terumbu karang
W6, T1 0.67
11
Sumber : Data primer 2009
102
4.7.5. Rencana strategi pengembangan ekowisata
Berdasarkan perangkingan jumlah dari setiap strategi, maka urutan yang dapat dijadikan sebagai rencana strategis dalam pengembangan ekowisata di
kawasan Pulau Putih Kabupaten Tapanuli Tengah, adalah sebagai berikut : 1. Penetapan pemanfaatan kawasan secara tegas oleh pemerintah daerah
terhadap pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang kawasan Pulau Putih.
2. Kebijakan pengelolaan objek wisata secara terpadu. 3. Mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan ekowisata sebagai upaya
konservasi terumbu karang. 4. Meningkatkan upaya pemulihan ekosistem terumbu karang melalui
pemberdayaan masyarakat. 5. Meningkatkan kerjasama antar pemerintah dengan pihak swasta dalam
mengelola objek wisata kawasan Pulau Putih. 6. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan LSM beserta stakeholder lainnya
dalam upaya pelestarian sumberdaya terumbu karang. 7. Membuat tata ruang wilayah pesisir dan laut.
8. Mengembangkan program promosi potensi wisata. 9. Meningkatkan pembangunan saranaprasarana fisik yang menunjang kegiatan
pariwisata untuk kenyamanan berwisata. 10. Meningkatkan penegakan hukum serta keterlibatan masyarakat dalam
pengawasan sumberdaya terumbu karang. 11. Memberikan bimbingan teknis dan kebijakan permodalan bagi penduduk
lokal dalam meningkatkan peluang berusaha guna mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya yang terdapat pada
ekosistem terumbu karang. Dari 11 alternatif strategis yang dihasilkan, yang menempati rangking lima
besar merupakan prioritas utama rencana strategis dalam pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Putih Kabupaten Tapanulu Tengah, yaitu :
Strategi pertama , Penetapan pemanfaatan kawasan secara tegas oleh
pemerintah daerah terhadap pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang kawasan Pulau Putih. Strategi ini menjadi yang utama karena berhubungan
103 dengan status kawasan Pulau Putih sebagai zona inti dalam pengelolaan Kawasan
Konservasi Laut Daerah KKLD yang ditetapkan melalui Keputusan Bupati Tapanuli Tengah No. 1421DKP2007 tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah
Tapanuli Tengah. Selain eksistensi kawasan Pulau Putih sebagai daerah wisata bahari, hal ini juga sangat kontradiktif dengan pengetian zona inti yang bersifat
’’closing” sebagaimana dinyatakan dalam PP Nomor 60 Tahun 2007 dengan rekomendasi wisata bahari yang diperkenankan pada zona tersebut, sesuai yang
tercantum dalam strategi umum pengembangan pengelolaan kawasan konservasi laut daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Tapanuli Tengah 2008. Dalam laporan akhir pembuatan studi master plan Pulau Mursala Kabupaten
Tapanuli Tengah Tahun 2003, kawasan Pulau Putih menjadi salah satu kawasan wisata bahari sebagaimana keberadaanya saat ini. Rekomendasi itu merupakan
sebagai bagian dari rencana daerah dalam menjadikan Pulau Mansalar sebagai kawasan ekowisata.
Mengacu pada peraturan perundang-undangan tersebut di atas, penetapan pemanfaatan kawasan ini perlu ditegaskan karena terkait dengan konsekuensi
terhadap pengelolaan kawasan Pulau Putih. Jika tetap sebagai zona inti maka konsekuensinya adalah daerah tersebut merupakan full protected area dan itu
artinya, aset-aset wisata tidak diperkenankan beroperasi di kawasan tersebut. Sebaliknya, jika ditetapkan sebagai daerah wisata, maka penzonasian kawasan
konservasi laut daerah perlu ditinjau kembali, kemudian kepariwisataan diteruskan.
Strategi kedua, Kebijakan pengelolaan objek wisata secara terpadu.
Pengelolaan kawasan Pulau Putih memerlukan keterpaduan program dan kerjasama antar lintas sektoral maupun lintas daerah untuk mendukung
pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli Tengah terhadap program pengembangan pariwisata sebagai salah satu kebijakan strategis dalam mempercepat
pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut. Potensi terumbu karang kawasan pulau putih dan potensi alam lainnya
seperti air terjun di Pulau Mansalar, wisata pantai, wisata sejarah dan kebudayaan merupakan satu kesatuan dari potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Tapanuli
104 Tengah. Potensi wisata tersebut diakomodasi dalam rumusan kebijakan strategis
untuk menghidupkan kepariwisataan di daerah tersebut dengan melibatkan perangkat hukum dan politik serta birokrasi baik antar lintas sektoral maupun
lintas daerah. Kebijakan yang diharapkan lebih diarahkan pada penanaman investasi, upaya konservasi, pengawasan dan penegakan hukum, pendidikan
konservasi lingkungan, pemberdayaan masyarakat, atraksi kebudayaan lokal, pengembangan destinasi wisata, penanggulangan dampak pariwisata dan
kebijakan strategis lainnya yang menciptakan iklim pariwisata yang kondusif. Dengan demikian, diharapkan kepariwisataan dapat tumbuh dan berpeluang
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di daerah tersebut.
Strategi ketiga,
Mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan ekowisata sebagai upaya konservasi terumbu karang. Pengelolaan ekowisata di kawasan
Pulau Putih dapat dioptimalkan dengan berdasar pada informasi potensi yang ada untuk menghidupkan kepariwisataan berwawasan konservatif. Pengembangan
kawasan tersebut harus lebih mengutamakan kelestarian sumberdaya dengan tidak mengesampingkan kepentingan ekonomi agar sumberdaya yang menghidupkan
pariwisata tersebut tetap berkelanjutan penggunaanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Budowski 1976 bahwa dalam kondisi tertentu terdapat hubungan yang
saling menguntungkan antara kegiatan pariwisata dan konservasi. Potensi hubungan yang saling menguntungkan antara konservasi terumbu karang dan
pariwisata meliputi: -
Konservasi dapat memelihara atau meningkatkan kualitas keindahan dan daya tarik suatu objek wisata; karena itu konservasi dapat meningkatkan kepuasan
pengunjung dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan nilai daya saing ekonomi dari daerah tujuan wisata tersebut Mihalic 2000; Huybers Bennet
2003; -
Pariwisata dapat memberikan kontribusi langsung terhadap inisiatif upaya konservasi yang dilakukan secara lokal melalui kontribusi secara finansial
ataupun tenaga sukarela dari pengunjung Ziffer 1989; Dharmaratne et al. 2000; Driver dan Bruns 2001.
105 Pembangunan pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan yang
berkelanjutan. Wisata bahari bukan semata- mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan
wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem
pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dimasa kini dan masa yang akan datang.
Penetapan aturan serta rambu-rambu berwisata secara jelas sangat membantu mencapai misi konservasi seperti memberikan mooring buoy pada zona
wisata agar kapal wisata tidak sembarang tempat dalam menempatkan jangkar, Dengan pendekatan ekowisata ini memberikan banyak peluang untuk
memperkenalkan kepada wisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal. Ekowisata juga dapat secara langsung
memberikan kontribusinya dalam usaha konservasi melalui sokongan dana yang diperoleh untuk disisihkan bagi kepentingan konservasi.
Strategi keempat, Meningkatkan upaya pemulihan ekosistem terumbu
karang melalui pemberdayaan masyarakat. Meningkatkan upaya konservasi sumberdaya terumbu karang merupakan salah satu strategi yang penting dalam
mengembangkan ekowisata bahari, karena keindahan bawah laut adalah modal utama bagi kelangsungan ekowisata.
Pemberdayaan masyarakat dalam upaya konservasi sumberdaya terumbu karang dapat dilakukan melalui pemberian insentif kepada masyarakat nelayan
seperti alternatif mata pencaharian. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap sumberdaya yang ada pada ekosistem tersebut.
Masyarakat juga dihimbau untuk berpartisipasi dalam mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
peraturan daerah yang mengatur pemanfaatan sumberdaya terumbu karang. Dengan adanya program seperti ini, diharapakan mampu menekan laju kerusakan
terumbu karang sehingga proses pemulihannya dapat dipercepat. Pengetahuan dan keterlibatan masyarakat perlu ditingkatkan dalam
pengelolaan ekowisata bahari. Masyarakat pesisir yang sehari- hari hidup bergantung pada wilayah pesisir perlu diberikan pemahaman bahwa penangkapan
106 ikan dengan alat dan bahan yang tidak ramah lingkungan akan berdampak pada
kerusakan ekosistem terumbu karang, selain itu juga penangkapan dengan bom, bius akan menurunkan nilai jual ikan itu sendiri. Oleh karena itu, perlunya
diberikan penyuluhan, pelatihan agar masyarakat menjaga dan melestarikan sumberdaya peisir yang ada. Upaya pelestarian terumbu karang ini dapat
dilaksanakan apabila peran serta masyarakat sudah optimal untuk menjaga sumberdaya alam secara langsung dan menikmati ha sil dari pengelolaan
sumberdaya tersebut.
Strategi kelima, Meningkatkan kerjasama antar pemerintah dengan pihak
swasta dalam mengelola objek wisata kawasan Pulau Putih. Peran serta pemerintah dalam pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Putih sangat
membantu pihak swasta dalam menjual potensi yang ada kepada wisatawan. Kerjasama yang dibangun dapat berupa investasi, promosi potensi, pengendalian
lingkungan, kebijakakan penetapan kawasan Pulau Putih sebagai kawasan ekowisata serta hal lain yang dapat menduk ung pengembangan kawasan tersebut
sebagai objek wisata yang legal. Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan koordinasi, perencanaan,
pelaksanaan serta monitoring pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam. Sektor swasta juga harus berperan aktif dalam pengembangan ekowisata karena
produk ekowisata berkembang sangat pesat. Tren ekowisata saat ini semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya manusia yang ingin kembali ke
alam back to nature dan hal ini merupakan peluang untuk pengembangan. Salah satu faktor minimnya tingkat kunjungan di kawasan Pulau Putih
adalah aksesibilitas yang cukup sulit ke objek wisata, sehingga masyarakat pada umumnya cukup sulit menjangkau daerah tersebut. Dengan adanya transportasi
regular yang membuka hubungan ke wilayah kawasan Pulau Putih akan memudahkan masyarakat untuk berwisata ke kawasan tersebut. Disini pemerintah
dapat menanamkan modal untuk pengadaan fasilitas yang mendukung. Manfaat ekonomi dapat dihasilkan dari penjualan tiket dan biaya-biaya jasa lainnya. Tentu
hal ini perlu koordinasi dan membutuhkan komitmen agar dalam pengelolaanya tidak ada yang dirugikan. Kerjasama yang kuat akan mampu menyedot jumlah
kunjungan ke kawasan Pulau Putih, tidak hanya masyarakat lokal melainkan wisatawan dari daerah sekitar, karena posisi kabupaten Tapanuli Tengah sangat
strategis dan mempunyai peluang pasar, sehingga manfaat pengelolaan kawasan tersebut dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah dan masyarakat.
107
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. Kondisi terumbu karang di Kawasan Pulau Putih termasuk dalam kategori
“sedang” dimana rerata tutupan karang hidup yang dimiliki sebesar 41,71.
2. Kawasan Pulau Putih cukup sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan
ekowisata bahari baik snorkelling maupun selam dengan rata-rata jumlah maksimum yang dapat ditampung per hari sebanyak 157 oranghari untuk
wisata snorkelling dan 156 oranghari untuk wisata selam. Jumlah maksimum rata-rata per hari sebanyak 313 oranghari.
3. Hasil pendugaan nilai ekonomi wisata di kawasan Pulau Putih masih rendah berdasarkan kondisi pariwisata yang ada yaitu sebesar Rp. 583
. 89
6. 892,- per
tahun dengan consumer surplus per individu sebesar Rp. 1 .
269 .
341,- dengan kata lain, bahwa nilai ekonomi sumberdaya terumbu karang di kawasan Pulau
Putih per hektar sebesar Rp. 3 .
719 .
799,- 4. Berdasarkan analisis SWOT, maka rencana strategi utama dalam
pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Putih lebih dititik beratkan pada kebijakan mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya
terumbu karang serta koordinasi antar stakeholders dalam upaya pengembangan ekowisata secara berkelanjutan.
5.2. Saran
1. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai ekonomi terumbu karang kawasan Pulau Putih unt uk wisata sangat lemah dan belum melibatkanmemberikan
manfaat ekonomi terhadap masyarakat. Jika berdasar pada pertimbangan tersebut, maka kawasan Pulau Putih akan lebih penting sebagai zona inti
dalam konservasi laut daerah yang memiliki nilai efek spill over kepada masyarakat.
2. Penelitian serupa dapat dilakukan pada daerah yang lain sekitar Pulau Mansalar untuk mendukung rencana pemerintah setempat dalam
mengembangkan ekowisata di Kabupaten Tapanuli Tengah.