Identifikasi faktor-faktor strategi internal

92 Sedangkan keterisoliran dianggap sebagai potensi yang kurang berarti karena menyangkut aksesibilitas yang sulit.

4.7.2. Identifikasi faktor-faktor strategi internal

Kekuatan Strength 1. Memiliki potensi terumbu karang dan bentangan alam yang menarik. Daya tarik utama di kawasan Pulau Putih adalah keindahan dasar la ut dan bentangan alam yang menarik. Di kawasan ini masih menyimpan terumbu karang yang masih bagus untuk dinikmati beserta ikan karang dan hayati laut lainnya. Dari hasil analisis terhadap tutupan karang hidup diketahui bahwa kondisi terumbu karang di kawasan tersebut termasuk dalam kategori sedang dengan variasi tutupan antara 29.57-59.73. Rerata tutupan karang hidup sebesar 41.71. Kelimpahan ikan karang juga hadir dalam jumlah dan tingkat keragaman yang bervariasi. Potensi karang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wisata selam maupun snorkeling terdiri dari karang keras, karang lunak, dan biota lain yang berasosiasi dengan karang. komunitas-komunitas ini mempunyai nilai daya tarik wisata karena mempunyai variasi morfologi dan warna yang menarik. Selain ekosistem terumbu karang, kawasan Pulau Putih memiliki pesona pantai yang cukup indah. Meski tidak semua sisi pulau memiliki pantai, namun beberapa lokasi yang diidentifikasi di kawasan tersebut memiliki karakteristik pantai yang menarik. Kawasan Pulau Putih memiliki rata-rata lebar pantai 9 meter dengan kemiringan 12.32 o . Selama pengamatan terlihat vegetasi pantai masih terlihat utuh dan alami dengan dasar perairan yang sangat jernih dan bisa tembus pandang hingga kedalaman 10 meter. Kondisi demikian harus dipertahankan karena dalam pengembangan ekowisata, keaslian alam merupakan prioritas utama. 2. Sebagai kawasan konservasi Perairan kawasan Pulau Putih merupakan bagian dari kawasan konservasi laut daerah KKLD yang ditetapkan melalui program Coremap II di Kabupaten Tapanuli Tengah. Wilayah konservasi tersebut meliputi perairan yang mengelilingi Pulau Mansalar beserta pulau-pulau kecil disekitarnya. Penetapan perairan Pulau Mansalar sebagai kawasan konservasi merupakan 93 suatu kekuatan dalam mempertahankan atau merehabilitasi ekosistem yang telah rusak, karena program konservasi tersebut membawa misi untuk menjaga sumberdaya terumbu karang dari pengrusakan sehingga tetap lestari. Meskipun demikian, keberhasilan upaya konservasi tersebut tetap kembali pada konsistensi semua unsur yang terlibat. Karena kegiatan ekowisata bahari sangat mengandalkan potensi biofisik kawasan, maka hal ini memperkuat komitmen terhadap pengawasan lingkungan untuk kelestarian. 3. Memiliki nilai daya dukung kawasan yang cukup tinggi Areal potensial secara ekologis kawasan pulau putih memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk menampung jumlah wisatawan. Hal ini dilihat dari nilai daya dukung kawasan yang mencapai 313 orang per hari . Kondisi ini merupakan salah satu faktor kekuatan yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan daerah tersebut sebagai kawasan ekowisata di Kabupaten Tapanuli Tengah. 4. Dukungan Pemerintah Adanya kebijakan daerah dalam mengembangakan pariwisata di Kabupaten Tapanuli Tengah, secara tidak langsung dapat meningkatkan potensi wisata yang ada di daerah tersebut. Untuk menghidupkan kepariwisataan di daerah ini, pemerintah mengembangkan potensi bahari sebagai kawasan wisata dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di kepulauan. Terdapat 20 pulau-pulau kecil yang ditetapkan sebagai tempat tujuan wisata dan membuka peluang kepada investor untuk mengelola. Selain itu, kerusakan ekosistem pesisir yang menjadi permasalahan di wilayah pesisir di Kabupaten Tapanuli Tengah mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat LSM setempat. 5. Dukungan masyarakat Pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Putih memberikan respon positif dari masyarakat. Hal ini ditunjukan pada hasil wawancara terhadap responden yang memberikan pendapat setuj u sebesar 92 dengan berbagai alasan yang dikemukakan, diantaranya yaitu peluang terbukanya suatu lapangan kerja yang baru. Dukungan ini cukup beralasan dimana di daerah Kabupaten 94 Tapanuli Tengah memiliki tingkat pengangguran yang cukup tinggi, disamping kebutuhan masyarakat untuk berwisata cenderung meningkat. Dengan adanya dukungan pemerintah pada sektor pariwisata akan memberikan peluang kepada masyarakat untuk mendapatkan sesuatu dari jasa-jasa pariwisata itu sendiri, sehingga selain angka pengangguran bisa ditekan, PAD juga dapat ditingkatkan. Brandon 1996; Brown 2002 mengatakan bahwa pariwisata dapat memberikan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir, sehingga secara ekonomi dapat memberikan insentif untuk konservasi, dan membantu mengurangi ketergantungan pada kegiatan perikanan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kelemahan 1. Aksesibilitas kawasan cukup sulit Letak kawasan pulau putih cukup jauh dari Kota Pandan yaitu sekitar 12 mil laut. Kondisi ini membuat kawasan tersebut sulit dijangkau karena transportasi laut yang menghubungkan Kota Pandan dengan lokasi wisata belum tersedia secara regular, transportasi yang dikomersilkan oleh pengelola di Kota Sibolga cukup mahal dan sulit terjangkau oleh masyarakat biasa. 2. Pemanfaatan potensi wisata belum optimal Potensi yang ada saat ini belum termanfaatkan secara optimal, di Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki 23 gugusan pulau-pulau kecil yang cukup berpotensi sebagai destinasi wisata bahari yang handal jika mendapat pengelolaan yang baik. Letak geografis daerah yang strategis sangat mungkin menjadikan daerah tersebut sebagai kawasan wisata yang bisa bersaing dengan daerah-daerah lain yang memiliki program wisata sejenis. Program pengembangan wisata selama ini terbatas pada wisata pantai yang ada di pusat kota kabupaten seperti pantai pandan, pantai kalangan, pantai binasi Kecamatan Sorkam, Pantai Tiris-tiris Kecamatan Andam Dewi dan sebagainya, yang kebanyakan dikunjungi oleh wisatawan local, sedangkan wisata di daerah kepulauan belum optimal diupayakan. 3. Belum ada tata ruang pesisir dan laut Tata ruang pesisir dan laut sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan. Hal ini diperlukan untuk meminimalisir berbagai konflik 95 kepentingan yang mungkin muncul sebagai konsekuensi beragamnya sumberdaya pesisir yang ada serta karakteristik wilayah pesisir yang “open acces ” yang mendorong wilayah pesisir telah menjadi salah satu lokasi utama bagi beberapa sektor pembangunan multi-use. Dalam hal ini, konflik kepentinga n tidak hanya terjadi antar “users”, yakni sektoral dalam pemerintahan dan juga masyarakat setempat dan pihak swasta dalam pemanfaatan sumberdaya yang ada seperti kegiatan perikanan budidaya maupun tangkapan, pariwisata bahari dan pantai, perhubungan laut dan alur pelayaran, kegiatan konservasi laut dan pesisir seperti hutan bakau, terumbu karang dan biota laut lainnya. 4. Kurangnya promosi wisata serta saranaprasarana fisik belum memadai Promosi tempat tujuan wisata merupakan strategi untuk pengembangan pariwisata di suatu lokasi wisata dan strategi ini sangat menentukan dalam menghidupkan kepariwisataan karena berhubungan dengan tingkat kunjungan wisatawan. Program pengembangan promosi wisata di kabupaten Tapanuli Tengah selama ini dilakukan dengan penyebaran informasi melalui media cetak dan penyelenggaraan acara serta lomba olah raga pantai. Upaya promosi ini dinilai belum optimal karena sasarannya masih terbatas masyarakat lokal saja. Disamping itu, ketersediaan sarana dan prasarana belum sepenuhnya memadai seperti transportasi laut, fasilitas air bersih, kelistrikan dan sebagainya. 5. Sulitnya pengawasan dan penegakan hukum masih lemah Semakin tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya laut menyebabkan terjadinya eksploitasi besar-besaran terhadap sumberdaya yang ada, sehingga tak jarang menyebabkan kerusakan ekosistem akibat pola pemanfaatan yang tidak sesuai aturan. Pengawasan terhadap sumberdaya dan penegakkan hukum bagi setiap pelanggaran masih sangat sulit diterapkan. Dari konsultasi pribadi di peroleh informasi bahwa tidak jarang pelaku pelanggaran dilaut telah dilaporkan kepada pihak yang berwenang, namun dengan mudah sipelanggar bebas tanpa 96 jeratan hukum yang berlaku. Kondisi ini sangat dikuatirkan karena mengancam pemanfaatan sumberdaya secara keberlanjutan. 6. Tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat masih rendah Masyarakat sekitar pantai, sebagian besar masih belum mengenyam pendidikan yang tinggi sehingga pemahaman akan pelestarian ekosistem sumberdaya alam yang ada sangat kurang. Hal ini ditunjukan pada hasil wawancara kepada masyarakat yang menjadi responden. Berdasarkan karakteristik pendidikan masyarakat menunjukan bahwa masih banyak responden yang berpendidikan rendah yaitu sebesar 45.94 yang terdiri dari tamatan SD sebanyak 10.81, tamatan SLTP sebanyak 18.92, Tamatan SLTA sebanyak 16.22, sedangkan sisanya sebesar 54.06 yaitu sarjana. Tingkat kesejahteraan juga sangat mempengaruhi pola masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada. Sebagian besar nelayan yang berpenghasilan rendah mempunyai andil pada kerusakan sumberdaya alam dengan berbagai praktek ilegal fishing dalam upaya meningkatkan pendapatannya. 7. Nilai ekonomi wisata masih rendah Besar kecilnya suatu nilai ekonomi wisata dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya keindahan dan keunikan yang dimilikinya karena hal itu akan mempengaruhi tingkat kepuasan dalam berwisata. Tingkat kepuasan seseorang dapat diukur dari biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan dalam mengunjungi suatu lokasi wisata. Secara umum, suatu lokasi wisata dikatakan memiliki nilai ekonomi yang tinggi apabila tingkat dan frekuensi pengunjung yang mendatangi daerah tersebut tergolong tinggi. Nilai ekonomi wisata kawasan Pulau Putih masih sangat rendah, hal ini ditunjukan dengan nilai konsumer surplus individu yang hanya mencapai Rp.1 . 269 . 341,-. Hal ini juga terlihat dari jumlah pengunjung yang sangat rendah yaitu 460 orangtahun dengan frekuensi rata-rata kunjungan 2 kalitahun, sehingga total nilai ekonominya baru mencapai Rp. 583 . 896 . 892,- per tahun. Jumlah tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia yang mencapai miliar rupiah setiap tahunnya. 97

4.7.3. Identifikasi faktor-faktor strategi eksternal