18
3. METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di muara arah laut dan muara arah sungai Cimaja, Citiis, Citepus dan Sukawayana yang mengalir menuju Teluk Palabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Perbedaan muara arah sungai dengan muara arah laut yaitu dilihat berdasarkan jarak antar kedua lokasi tersebut. Jarak
pengambilan contoh di muara arah laut berkisar 10-15 meter dari mulut muara sungai itu sendiri. Studi pendahuluan telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010
untuk survei lokasi dan penetapan stasiun penelitian. Pengambilan sampel larva ikan dilakukan setiap gelap bulan mulai bulan Maret 2011 hingga Juli 2011.
Gambar 9. Peta lokasi penelitian, memperlihatkan aliran sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu. Kotak-kotak berwarna adalah
lokasi pengambilan contoh
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi contoh larva dan juvenil ikan, formalin 4 dan alkohol 70 untuk mengawetkan sampel ikan,
buku identifikasi larva karangan Leis and Ewart 2000, Fischer and Whitehead
19 1974, Allen 1999 dan Okiyama 1988, alat tulis, botol sampel, saringan, botol
film, baki, perahu nelayan, Global Positioning System GPS untuk menentukan posisi stasiun pengamatan, penggaris dengan ketelitian 0,5 mm, mikroskop
binokuler Olympus CH2O perbesaran 4 kali, dinolite untuk memfoto sample larva ikan, larva net mesh zise 350-
500 μm, diameter 60 cm, waring berbentuk persegi 1m x 1m dengan mesh size 0.5 cm, sirib berbentuk segitiga sama kaki dengan
panjang alas 1 m dan panjang sisi kaki 1.5 m kamera digital, timbangan digital dan alat bedah
.
3.3 Prosedur Penelitian
Pengambilan contoh sampling larva ikan dilakukan sebanyak 5 kali. Pengambilan contoh ke-1 dan ke-2 memiliki rentan waktu 2 minggu dan kemudian
untuk selanjutnya pengambilan contoh dilakukan dalam rentan waktu sebulan sekali. Pada pengambilan contoh ke-1 pada tanggal 19 Maret 2011 sampel larva ikan tidak
ditemukan karena bertepatan dengan bulan terang. Oleh karena itu, pengambilan contoh dilakukan pada saat bulan gelap yang jatuh pada sekitar tanggal 29 akhir
bulan hingga tanggal 3 pada awal bulan, sehingga pengambilan contoh dilakukan sebulan sekali. Pengambilan contoh larva ikan awalnya yaitu pada pengambilan
contoh ke-1 19 Maret 2011 dan ke-2 1 April 2011 dilakukan di daerah Cimandiri, Cikeueus, Citepus dan Sukawayana, akan tetapi karena adanya keterbatasan teknis
maka pengambilan sampel larva ikan di daerah Cimandiri dan Cikeueus dipindahkan ke daerah Cimaja dan Citiis pada pengambilan contoh ke-3 30 April 2011, ke-4
30 Mei 2011 dan ke-5 3 Juli 2011. Kegiatan penelitian ini dilakukan di lapang dan di laboratorium. Kegiatan di
lapang meliputi penentuan lokasi titik sampling menggunakan GPS, pengambilan contoh larva ikan di laut sekitar muara Sungai Cimaja, Citiis, Citepus, dan
Sukawayana menggunakan larva net dengan mesh zise 350- 500 μm, diameter 60 cm
dan menggunakan waring berbentuk persegi berukuran 1m x 1m dengan mesh size 0.5 cm. Pengambilan contoh larva di lokasi sekitar laut dilakukan pada pagi dini hari
dari pukul 03.00-07.00 dengan cara menyisir kolom perairan secara horizontal melawan arus selama 10-15 menit menggunakan perahu fiber yang panjangnya
sekitar 8 meter dengan lebar 2 meter dan tinggi 75 cm pada kecepatan ± 3 knot sebanyak tiga hingga lima kali ulangan. Selain itu, sampel larva juga diambil dari
20 bagan yang beroperasi di laut sekitar muara Sungai Cimaja, Citiis, Citepus dan
Sukawayana. Pengambilan sampel larva juga dilakukan di muara Cimaja, Citiis, Citepus dan Sukawayana arah sungai pada sore hari pukul 16.00-18.00
menggunakan alat tangkap sirib berbentuk segitiga sama kaki dengan panjang alas 1 m dan panjang sisi kaki 1.5 m. Selanjutnya dilakukan penyusuran dari muara sungai
ke arah hulu dengan jarak ± 5 m dan dengan penangkapan dilakukan pula berdasarkan arus dan gelombang yang datang ke arah muara sungai dengan lama
waktu 30 menit. Larva ikan yang ditemukan kemudian dikumpulkan dan diawetkan dalam formalin 4. Kegiatan dilapang juga meliputi wawancara yang dilakukan
kepada nelayan payang dan bagan 16 orang untuk mengetahui harga ikan pepetek dan biaya operasional selama satu kali trip melaut, serta nelayan yang
mengoperasikan alat tangkap pancing ulur dan rawai 8 orang untuk mengetahui harga ikan layur dan biaya operasional dalam penangkapan ikan layur.
Kegiatan di laboratorium meliputi, pengantian formalin 4 dengan alkohol 70 untuk mengawetkan sampel larva ikan, menghitung jumlah individu larva dan
juvenil ikan, kemudian dilakukan identifikasi dengan menggunakan petunjuk buku identifikasi larva ikan Leis and Ewart 2000, Allen 1999, Fischer and Whitehead
1974 serta dengan bantuan mikroskop binokuler Olympus CH2O perbesaran 4 kali yang dilakukan di Laboratorium Biologi Makro II.
Identifikasi larva ikan menggunakan buku karangan Leis and Ewart 2000, dilakukan dengan cara mengukur proporsi tinggi tubuh body deep = BD terhadap
panjang tubuh body length = BL yang kemudian akan dibedakan berdasarkan kategori very elongate, elongate, moderate, deep, dan very deep. Larva ikan yang
dimasukkan dalam kategori very elongate jika BD 10 BL, elongate BD 10-20 BL, moderate BD 20-40 BL, deep BD 40-70 BL dan very deep BD 70 BL.
Setelah itu, untuk mengetahui jenis larva ikan tersebut dilakukan dengan bantuan mikroskop untuk melihat pigmentasi yang terdapat pada tubuh, melihat bentuk
mulutnya, serta menghitung jumlah siripnya. Identifikasi ikan stadia juvenil dengan cara menyamakan larva ikan dengan gambar pada literatur karangan Allen 1999 dan
Fischer and Whitehead 1974 yang dilihat berdasarkan pewarnaan tubuh, kelengkapan sirip, dan bentuk mulut. Larva dan juvenil ikan dibedakan berdasarkan
warna tubuh dan kelengkapan sirip-siripnya. Larva ikan memiliki tubuh yang masih
21 transparan, blok-blok urat dagingmyomer terlihat serta siripnya yang belum
lengkap, sedangkan juvenil memiliki tubuh yang sudah menyerupai ikan stadia dewasa hanya ukurannya yang masih relatif kecil. Setelah dilakukan identifikasi,
contoh larva dan juvenil ikan ditimbang kemudian difoto menggunakan dinolite yang dilakukan di Laboratorium Biologi Mikro 1, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.4 Pengumpulan Data Sekunder