47 baik karena memiliki nilai indeks keanekaragaman H’ dan keseragaman E yang
tinggi serta indeks dominansi C yang rendah, sedangkan kondisi lingkungan yang kurang baik berada pada lokasi muara Cimaja arah sungai, dimana nilai indeks
keanekaragaman H’ dan keseragaman E tinggi serta indeks dominansi C yang tinggi.
4.6 Komposisi Larva dan Juvenil Ikan dalam Bagan
Komposisi larva dan juvenil ikan dalam salah satu bagan di sekitar muara Sungai Citepus dihitung berdasarkan proporsi jenis dalam contoh bagan yang
diambil sebanyak 75 gram dari total tangkapan bagan sebesar 5 kilogram. Setelah diamati dan diidentifikasi komposisi hasil tangkapan dalam sampel bagan sebanyak
75 gram tersebut hanya terdiri dari jenis Sicyopterus sp. Setelah dikonversi dalam seluruh hasil tangkapan bagan sebesar 5 kilogram maka diduga terdapat jenis
Sicyopterus sp. sebanyak 29 000 individu. Tabel 4. Komposisi larva ikan dalam bagan Citepus
Nama spesies Jumlah
individu ekor
Berat contoh gr
Komposisi berat dalam total
tangkapan Komposisi Jumlah
dalam total tangkapan Sicyopterus sp.
435 75
5 000 29 000
Komposisi ikan dalam salah satu bagan di daerah Sukawayana pada pengambilan contoh ke-4 30 Mei 2011 yang terlihat pada Tabel 5, telah ditemukan
beberapa spesies dari 186 gram sampel yang diambil dalam hasil tangkapan bagan sebesar 15 kilogram. Larva dan juvenil ikan yang ditemukan meliputi larva dan
juvenil ikan pepetek Secutor indicius dan larva Sicyopterus sp. impun menga, serta ikan yang telah mencapai ukuran dewsa yang terdapat dalam bagan yaitu teri
famili Engraulididae. Setelah dilakukan konversi dari proporsi bobot dan jumlah individu larva ikan contoh 186 gram ke dalam seluruh hasil tangkapan bagan
sebesar 15 kilogram, maka diduga terdapat 24 706 individu dari Sicyopterus sp. dan 1 043 individu dari spesies Secutor indicius, serta ikan teri famili Engraulididae
yang ditemukan sebanyak 2 647 individu. Pada Tabel 4 dan 5 menunjukkan proporsi larva terbesar yang tertangkap
dalam bagan di laut sekitar muara Sungai Citepus dan Sukawayana pada pengambilan contoh ke-4 30 Mei 20011.
48 Tabel 5. Komposisi larva dan non-larva ikan dalam bagan Sukawayana
Nama spesies Jumlah
individu ekor
Berat contoh gr
Komposisi bobot dalam total
tangkapan Komposisi Jumlah
dalam total tangkapan Secutor indicius
13 10
802 1 043
Sicyopterus sp. 308
76 6 096
24 706 Engraulididae
33 101
8 102 2 647
Total 534
187 15 000
42 834
Proporsi terbesar yang tertangkap dalam bagan Sukawayana adalah dari jenis Sicyopterus sp. yang masih dalam stadia larva. Proporsi terbesar ke-2 yaitu dari
kelompok ikan pelagis kecil yaitu ikan teri famili Engraulididae dan komposisi larva terbesar setelah Sicyopterus sp. yang tertangkap dalam bagan yaitu larva ikan
pepetek Secutor indicius . Berdasarkan data ini dapat kita lihat bahwa bagan yang memiliki ukuran mata jaring yang kecil 0.3 cm dan ditargetkan untuk menangkap
ikan-ikan berukuran kecil seperti ikan teri, menyebabkan bukan hanya ikan teri saja yang tertangkap melainkan ribuan ikan yang masih dalam stadia larva dan juvenil
pun ikut tertangkap. Hal ini dapat mengganggu keberlangsungan hidup dari suatu spesies, karena tertangkapnya ikan-ikan yang masih dalam stadia larva ini dapat
memutuskan perkembangbiakan dari suatu jenis ikan. Menurut Syahailatua 2006, tingginya tingkat mortalitas dari iktioplankton larva ikan dapat menurunkan laju
kelangsungan hidupnya survival rate. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses rekruitmen ikan dewasa dan produksi sumberdaya perikanan. Dua
hipotesa tentang tangkap lebih overfishing yang terjadi pada sumberdaya perikanan yaitu tangkap lebih yang diakibatkan oleh banyak tertangkapnya ikan-ikan muda
growth overfishing dan tangkap lebih yang diakibatkan oleh gagalnya proses rekruitmen recruitmen overfishing. Penelitian ini menunjukan bahwa gagalnya
proses rekruitmen bukan hanya karena mortalitas alami melainkan disebabkan pula penangkapan yang terjadi pada stadia larva dan juvenil ikan. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan tertangkapnya ribuan larva dan juvenil ikan dalam alat tangkap berupa bagan dan tradisi nyalaweanngala impun yang terjadi di Teluk Palabuhanratu.
4.7 Perbandingan Harga, Berat dan Jumlah Individu antara Larva dan Juvenil Ikan dengan Ikan Dewasa