9 Ikan-ikan yang hidup di laut, periode larva berlangsung lebih lama. Pada
ikan sardin dan ikan-ikan karang sampai ½ minggu, pada ikan belut Anguilla sp. dapat berbulan-bulan Sjafei 1992. Menurut Houde 1994 perbedaan dinamika dan
sifat energentik dari larva ikan laut dan air tawar memiliki implikasi penting dalam menentukan perkembangan awal daur hidup ikan. Larva ikan laut memiliki berat
yang lebih ringan, memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi, mempunyai kebutuhan metabolisme yang lebih tinggi dan memiliki durasi menjadi larva yang
lebih lama dibandingkan dengan larva ikan air tawar. Perbedaan ukuran tubuh antara kedua kategori larva tersebut, yaitu larva ikan laut lebih kecil dibandingkan dengan
larva ikan air tawar, dimana hal ini merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi dinamika pertumbuhan dan sifat energetik. Larva ikan laut lebih
memungkinkan terjadinya mortalitas akibat kelaparan karena ukuran tubunya yang kecil dan memungkinkan material makanannya lebih besar. Hal ini terkait pula
dengan kebutuhan metabolismenya. Houdo 1994 mengemukakan bahwa ketahanan hidup rata-rata survival
rate larva ikan air tawar diduga lebih tinggi dibandingkan dengan larva ikan laut. Survival rate ini berhubungan terbalik dengan fekunditas. Sjafei 1992 ikan-ikan
yang fekunditasnya tinggi mempunyai mortalitas yang tinggi terutama pada fase embrio dan larva. Pengurangan dan penambahan pada survival rate periode larva
akan berpengaruh besar terhadap ukuran populasi ikan dewasa.
2.4 Stok dan Rekruitmen
Jaminan stok berbagai komoditas perikanan umumnya tergantung pada keberadaan fase larva, dimana larva inilah yang menjadi rekruit di suatu perairan
untuk mempertahankan kelestarian stok sumberdaya ikan Anwar 2008. Menurut Cushing 1968 penurunan stok perikanan dikarenakan ikan-ikan kecil yang tidak
diproduksi dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan stok perikanan. Banyak kegagalan yang terjadi dalam perikanan disebabkan karena kegagalan dalam
rekruitmen. Menurut Rounsefell 1958 1956 in Cushing 1968 kegagalan rekruitmen menjadi stok ikan dikaitan dengan penangkapan ikan.
Menurut Widodo dan Suadi 2006 peningkatan increment populasi ikan diperoleh dari sejumlah ikan-ikan muda yang dihasilkan setiap tahun. Sedangakan
penurunan dari populasi tersebut decrement akibat dari mortalitas baik karena
10 faktor alami predasi, penyakit, dll maupun mortalitas yang disebabkan eksploitasi
oleh manusia. Faktor yang mempengaruhi stok perikanan adalah pertumbuhan, rekruitmen,
penangkapan dan mortalitas alami. Hubungan stok dewasa dengan rekruitmen adalah berbanding lurus, dimana ketika jumlah stok dewasa banyak maka jumlah
rekruitmennya pun akan banyak. Namun, pada kondisi ketika jumlah stok dewasa banyak tetapi jumlah rekruitmen sedikit, hal ini disebabkan karena adanya mortalitas
perekruitmen Syahailatua 2006. Watanabe 2002 in Syahailatua 2006 menyatakan bahwa penyebab
menurunya produksi perikanan akibat tangkap lebih overfishing. Tangkap lebih ini diakibatkan karena banyak tertangkapnya ikan-ikan muda dan gagalnya proses
rekruitment recruitment overfishing. Penangkapan yang intensif dalam pengeksploitasian ikan-ikan dewasa juga akan menurunkan stok biomas pemijahan
dan kemudian akan berdampak pada produksi telur yang rendah dalam setahun, dimana rekruitmen mengalami kegagalan. Kegagalan dalam rekruitmen juga
disebabkan karena faktor lingkungan perairan yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ichthyoplankton.
Syahailatua 2006 juga menjelaskan bahwa tingginya tingkat mortalitas dari ichthyoplankton mengindikasikan penurunan laju kelangsungan hidupnya survival
rate. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses rekruitmen ikan dewasa dan sekaligus mempengaruhi produksi perikanan.
2.5 Model Bioekonomi Gordon-Schaefer